Sebenarnya, ia pernah mendengar nama itu, akan tetapi ia tidak tahu orangnya seperti apa. Bukan satu atau dua kali Adella mendengar nama Naufal, tapi cukup sering. Itu semua karena teman-teman Adella yang sering bercerita mengenai Naufal, entah bercerita karena mengagumi atau bercerita karena mereka-- teman-teman Adella salah satu dari mantannya. Setidaknya Adella berpikir bahwa Naufal itu seorang playboy mengingat hampir seluruh siswa di sini pernah menjadi mantannya. Adella tidak ingin cepat menyimpulkan dalam menilai Naufal, akan tetapi memang seperti itulah gosip yang beredar.

Adella hanya bisa menggeleng singkat. "Gue emang pernah denger namanya, tapi orangnya gue gak tau yang mana. Gue juga tau kok dia cukup terkenal di sini, cuma kan yang terkenal juga bukan dia doang, jadi ya, wajar dong kalau gue gak tau," balas Adella.

"Yah, kasian Naufal, terkenal nama doang," cibir Ryan.

Malas menanggapi mereka semua, Adella memutuskan untuk melanjutkan langkahnya. Belum juga ia melangkah, sebuah tangan milik seseorang sudah lebih dulu menahan lengannya. Adella menoleh ke belakang untuk melihat seseorang yang telah menahan lengannya. Awalnya Adella berpikir bahwa itu Ryan, tapi dugaannya salah. Ia sempat terkejut saat mengetahui bahwa yang menahan lengannya justru laki-laki yang tadi menabrak bahunya.

Adella menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Jangan pergi dulu," jawabnya.

Adella mengerutkan dahinya bingung. "Hah?"

"Iya, jangan pergi dulu, kita kan belum kenalan."

"Apaan sih, gak jelas banget." Adella melepaskan lengan laki-laki itu yang masih setia menahannya, lalu berjalan menjauh dari mereka semua.

Naufal benar-benar tercengang, bagaimana tidak? Gadis itu baru saja menolak dengan mentah-mentah untuk diajak berkenalan dengannya. Belum lagi, gadis itu menolak di depan teman-temannya sendiri membuat harga diri Naufal jatuh saat itu juga. Naufal sangat yakin sebentar lagi, mereka pasti akan melontarkan ejekan habis-habisan padanya.

Benar saja dugaannya, saat ini Revy-- salah satu temannya telah melontarkan ejekan yang ditujukan padanya. "Rasain lo, Fal! Gimana rasanya dicuekkin cewe?"

Belum sempat menjawab pertanyaan Revy, Ryan langsung menimpali, "Anjing gue gak nyangka ada juga cewe yang nolak diajak kenalan sama lo, bahkan dia gak tau lo yang mana."

"Bener banget, Yan, gue juga gak nyangka. Lo juga harus liat Fal ekspresi lo tadi itu kaya orang goblok, serius gue," ucap Aldo disertai tawanya.

Sebelum yang lainnya ikut melontarkan ejekkan padanya, Naufal buru-buru mengeluarkan suaranya. "Anjing berisik lo semua! Liat temen digituin malah seneng, temen macam apa lo semua bangsat! Udah ah, gue mau ke kelas."

**

Namanya Naufal Baskara. Di sekolahnya, ia sudah cukup dikenal. Dikenal karena sikapnya yang pemberani dan membuat semua orang segan dengan dirinya. Selain pemberani, ia juga mudah bergaul dengan kakak kelas di sekolah. Di saat siswa laki-laki seangkatannya sibuk menginginkan untuk masuk ke komunitas yang sama dengan kakak kelas atau senior, Naufal justru diajak langsung oleh salah satu kakak kelasnya.

Bahkan, saat kelas 10, dalam satu angkatan hanya dirinya yang bisa masuk ke dalam komunitas itu. Berbeda dengan sekarang, sudah banyak teman seangkatannya yang berhasil masuk ke dalam komunitas yang sama dengannya. Walaupun memang karena Naufal lah mereka semua bisa masuk.

Bermodalkan terkenal, tampan, dan kaya membuatnya dapat memilih gadis manapun yang ingin ia jadikan sebagai kekasih. Bukannya ia bermaksud sombong, tapi memang itu kenyataannya. Ia bukan seorang playboy, hanya hobinya bergonta-ganti pacar. Ia melakukan itu bukan karena ingin koleksi mantan, tapi ingin banyak mantan. Tapi serius, ia bergonta-ganti pacar karena dirinya merasa belum pernah menemukan gadis yang susah didapatkan dan membuat ia ingin terus memperjuangkan gadis itu.

Tidak bermaksud mengatakan semua gadis murahan, tapi setidaknya itulah yang Naufal ambil dari pengalamannya. Sebenarnya, Naufal tak pernah sedikitpun berniat untuk menjadi playboy, hanya saja gadis di luar sana yang kadang lebih tertarik dengan mobil yang Naufal punya membuat Naufal ingin sedikit bermain-main untuk menyakiti hatinya. Karena menurut Naufal, gadis-gadis itu juga telah menyakiti hatinya dengan cara menerima Naufal hanya karena dompet atau mobilnya saja tanpa ada rasa sayang sedikitpun.

Sebenarnya, tak masalah jika gadis-gadis itu menyukai mobil yang Naufal punya asalkan diiringi dengan rasa sayang. Karena pada dasarnya, laki-laki seperti Naufal pun jika mencari gadis akan dilihat dari cantiknya dulu baru hatinya. Menurut Naufal, zaman sekarang, sudah tak ada lagi yang berpacaran hanya berlandaskan cinta yang apa adanya. Kalaupun ada, mungkin hanya satu berbanding seribu. Jika masih ada orang di zaman sekarang yang masih berprinsip untuk pacaran apa adanya, mungkin semua gadis akan rela untuk diajak dinner di warteg ataupun diantar jemput menggunakan sepeda. Ya, itulah Naufal, kadang pikirannya terlalu realistis.

**

Begitu Adella masuk ke dalam kelas 11 IPA 2, matanya menyapu seisi kelas untuk mencari barangkali ada salah satu sahabatnya atau teman kelas 10 yang berada di kelas ini juga. Kini matanya terfokus pada salah satu gadis dengan rambut berwarna hitam pekat yang sedang sibuk mengobrol. Langsung saja Adella menghampirinya, saat melihat ia belum memiliki teman sebangku.

"Vir," panggil Adella sambil menepuk pundaknya.

Vira menoleh ke arah yang memanggilnya-- Adella. "Adel!" pekiknya semangat membuat seluruh siswa sontak menatap ke arah mereka berdua.

"Biasa, Vir, biasa," ucap Adella sambil mendelik sebal.

"Ya, maaf, gue kan gak nyangka kita bakal sekelas." Vira terdiam sesaat, tak lama ia berkata lagi, "By the way, lo belum punya temen sebangku, kan? Lo duduk sama gue aja."

Adella mengangguk singkat. "Tadi juga gue mau bilang gitu."

Baru saja Adella akan duduk di bangkunya, Vira sudah menarik lengannya seraya berkata, "Temenin gue ke kamar mandi."

"Lo sendiri aja, deh. Gue kan baru aja mau duduk."

Vira mengerucutkan bibirnya. "Pokoknya gue pengen dianter."

Adella menghembuskan napasnya. "Okay," jawabnya.

Sambil menunggu Vira yang sedang buang air kecil, Adella sibuk menata rambutnya di depan kaca. Rambutnya ditata sedemikian rupa dengan menggunakan cepolan yang biasa dipakai oleh anak remaja lainnya.

Drrrt

Tiba-tiba ponselnya bergetar, Adella pun memutuskan untuk mengambil ponsel yang berada di saku seragamnya. Ternyata notifikasi itu berasal dari aplikasi Line.

Naufal Baskara added you as a friend by LINE ID

Ini orang kenapa, sih? Gak jelas banget, batin Adella.

---

A/N:
Gimana nih prolognya? Yay or nay?

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang