Part 34

2.2K 138 10
                                    

"Aku pulang." Seketika pintu rumah terbuka dan suara seorang bocah laki-laki menggema memasuki ruang tamu. Diana, Jason, serta Devian sontak menoleh ke sumber suara.

Senyum di bibir Diana terukir kala ia melihat adiknya--Jimmy telah tumbuh menjadi remaja, tubuhnya tinggi menjulang, rambutnya yang dulu berwarna pirang kini entah bagaimana berubah menjadi warna kecoklatan mengikuti warna rambut Diana. Jimmy yang menggunakan jaket hoodie membuat dirinya tampak lebih dewasa dan terkesan nakal. Jimmy berhambur ke pelukan kakaknya. Memeluk tubuh Diana yang tampak kecil di pelukan Jimmy dengan segenap perasaan rindu yang perlahan berbondong-bondong muncul kepermukaan. Diana kembali meneteskan air matanya, lengkap sudah kebahagiaannya sekarang. Diana tidak menginginkan apa-apa lebih dari ini. Seakan hal ini sudah dapat membuatnya bahagia, memang benar adanya bahwa tidak ada tempat seindah rumahmu sendiri.

Jason dan Devian yang melihat ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh keduanya, membuat dua laki-laki itu tanpa sadar melengkungkan bibirnya ke atas.

"Kenapa kau tidak bilang bahwa kau akan datang?" Tuntut Jimmy dengan kesal.

"Aku ingin memberikan kejutan." Ucap Diana memamerkan jajaran giginya yang putih itu.

"Dan kau cukup berhasil."

"Kau sudah besar, huh?" Diana melerai pelukannya dan mengacak-acak rambut Jimmy dengan gemas.

"Dan tampan." Tambah Jimmy diselingi tawa renyahnya membuat Diana memeluk adiknya kembali. "Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang." Ucap Diana yang langsung membuat Jason berdiri tanpa harus disuruh.

Jimmy mengernyitkan dahinya bingung melihat laki-laki yang tampak asing di matanya. "Jason, ini adikku yang pernah kuceritakan, Jimmy. Nah Jimmy, ini Jason. Uhm..." Diana agar canggung mengucapkannya, ia merasa pipinya panas karna malu sekarang. Dengan sangat cepat Jimmy tahu bahwa Jason adalah laki-laki spesial bagi kakaknya. Jimmy sadar bahwa mereka memiliki hubungan. Jika tidak, mana mungkin Diana datang bersama laki-laki ini. Jason yang melihat Diana seperti salah tingkah itu memaklumi dan mengulurkan tangannya memperkenalkan diri. "Hai Jimmy, senang bertemu denganmu."

Dengan sedikit ragu, Jimmy membalas uluran tangan Jason sambil tersenyum simpul, "senang bertemu denganmu juga."

Jason tahu, di dalam mata Jimmy terdapat sarat tidak suka akan kehadirannya disini. Namun Jason berusaha tidak memikirkan hal itu, mungkin saja bocah itu masih bingung dengan adanya dia disini, pikir Jason positif.

Setelah beberapa detik keheningan menerpa keduanya, Evelyn datang dan berkata bahwa kamar untuk Diana dan Jason telah siap. Kebetulan di rumah mereka terdapat satu kamar tamu yang tidak terlalu besar namun cukup nyaman untuk ditempati. Tetapi dengan sangat sopan Jason mengatakan maksudnya untuk tidak ikut serta tinggal disini melainkan di hotel dengan alasan pekerjaan dan sebagainya agar keluarga Diana tidak tersinggung atas ucapannya. Meskipun begitu, Evelyn dan Devian tetap menawarkan makan malam bersama yang dengan senang hati diterima oleh Jason.

**
"Saya pamit pulang dulu. Terima kasih untuk makan malamnya Evelyn, Devian." Ucap Jason mengulurkan tangan kepada Evelyn dan Devian  kala kedua orang tua Diana serta Diana ikut mengantarnya ke depan pintu.

"Besok mampirlah lagi. Hati-hati di jalan, anak muda." Balas Evelyn ramah sambil menjabat tangan Jason. Jason hanya tersenyum tulus. Sedangkan Devian tidak mengatakan apapun, hanya menjabat tangan Jason dan tersenyum simpul.

Evelyn dan Devian pamit masuk terlebih dahulu, meninggalkan Diana dan Jason yang masih berdiri di ambang pintu. "Berhati-hatilah, J." Ucap Diana berhambur ke pelukan Jason. Pelukan yang sudah ia anggap sebagai rumah keduanya. Jason mengusap rambut Diana dengan sayang dan menciumi pucuk kepalanya. "Aku akan datang besok. Jangan macam-macam saat kutinggal." Ancam Jason yang diselingi tawa oleh mereka berdua.

Sebelum Jason pergi menuju hotel, ia memberikan kecupan singkat di bibir Diana. Hingga akhirnya kini mobil Jason perlahan menjauh dari penglihatan Diana.

**
"Boleh ibu masuk?" Diana yang sedang menata pakaiannya langsung mengangguk mengetahui ibunya datang ke kamarnya.

Evelyn mengelus perlahan kepala Diana dengan kelembutan dan kerinduan yang terdalam. Diana refleks memejamkan kedua matanya dan langsung memeluk Evelyn dengan perasaan luar biasa senang.

"Aku sangat merindukanmu, bu. Oh.. Aku masih tidak percaya bahwa aku berada disini, saat ini." Ucap Diana mengeratkan pelukannya pada Evelyn.

Evelyn hanya tersenyum dan membiarkan Diana memeluknya dan menghantarkan kehangatan pada dirinya yang selama ini selalu menunggu kapankah puterinya itu akan datang.

"Jadi, sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengan Jason?" Tanya Evelyn yang sebenarnya penasaran dengan hubungan mereka. Jason adalah laki-laki yang baik, Evelyn menyukainya.

"Cukup lama bu, banyak sekali yang kami lalui." Diana melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan ibunya.

"Oh, anakku, soal Nick ibu turut berduka. Dan maaf sekali, saat itu ibu tidak bisa datang untuk menemanimu."

"Tidak apa, bu. Jason selalu menemaniku. Dan kau tahu? Jason adalah adik sepupu Nick."

Evelyn tampak terkejut, Diana dapat melihat kebingungan di wajah Evelyn. Namun sebelum Evelyn mengeluarkan sepatah kata, Diana langsung menjawab, "akan kuceritakan sekarang. Jadi begini."

Mengalirkan cerita yang selama ini Diana pendam dari ibunya. Mulai dari putusnya hubungan Diana dan Nick, kemudian hari dimana ia bertemu Jason, dan saat segalanya menjadi rumit dan menyakitkan.
Saat Diana tersakiti berulang kali oleh Jason yang dipikirnya sudah memiliki kekasih, saat semua kebohongan tanpa kejelasan dari Nick yang terkuak, saat mengetahui bahwa Nick sekarat, dan saat Nick meninggalkannya untuk selamanya.

Diana berjanji bahwa Nick akan selalu berada di suatu tempat di hatinya yang akan selalu ia kunci dan ia tutup, hingga hanya Diana-lah yang tahu setiap detik kenangan saat bersama Nick hingga Nick pergi ketika berada di genggamannya.

Diana dan Evelyn terisak kala bercerita mengenai Nick, meskipun Evelyn belum pernah bertemu dengan Nick, tetapi dulu saat Diana masih bersama lelaki itu, Diana selalu bercerita betapa bahagianya hidup bersama Nick. Betapa indahnya dicintai oleh Nick. Namun kini semua hanya tinggal kenangan, kenangan terindah yang akan terus Diana simpan di bagian dirinya terdalam.

***
Hai! Update-an akhir tahun!
First, gue minta maaf banget udah lamaaaaaaa banget gak update. Sekalinya update malah dikit banget hhehe 😰😅
Tapi gue janji gue bakal kasih yang terbaik. Ya fyi juga, beberapa part gue private, jadi yang bisa baca cuma yng follow. Gue hanya menghindari tindak plagiatisme. Be a wise and smart readers ya guys.
Don't forget to leave ur vomments!

Happy New Year!!!!!🎊🎉🎈

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang