Part 9

2.8K 228 7
                                    

Dentingan jam dinding bergema dikamar tidur Diana. Melajukan waktu yang tidak pernah ia inginkan untuk melewatinya. Ia ingin berhenti pada waktu dimana ia tidak harus bertemu dengan Jason lagi. Dimana waktu memudarkan perasaannya terhadap lelaki itu. Ia berharap perasaannya pulih seperti sedia kala.

Perasaannya yang dicampakkan begitu saja

Diana berusaha datang ke kampus dengan penampilan yang 'baik-baik saja' dan perasaan yang 'baik-baik saja'. Bagaimanapun, ia tidak mau membuat Jason berpikir bahwa ia telah memporak-porandakan Diana dalam waktu yang sekejap. Walaupun tidak dapat dipungkiri, Diana masih memikirkan lelaki itu.

Setiap dikampus, Diana selalu menghindar bertatapan dengan lelaki itu. Bahkan ia menghindar untuk berpapasan dengan Jason. Diana selalu membuat dirinya sibuk dengan aktifitas yang ia sendiri sadari bahwa itu tidak terlalu penting. Terkadang, saat Jason ingin mengajaknya berbicara, Diana menyibukkan dirinya dengan teman-teman kelasnya. Bahkan ketika Jason ingin mengajaknya makan siang bersama, ia memilih pergi dengan Vicky-teman kampusnya itu.

Diana tidak habis pikir, apa yang ada dipikiran lelaki itu setelah semua ini.

**
Anggap saja ia pengecut. Diana menghindari Jason secara terang-terangan sejak kejadian beberapa hari yang lalu. Harga dirinya terasa jatuh kala itu.

"Diana." Panggil Jason pada Diana ketika Diana berjalan keluar dari kelasnya.

Diana pura-pura tidak mendengarnya, ia terus saja berjalan keluar dari kelas dan langkahnya semakin cepat.

"Diana! Tunggu!' Kali ini Jason menarik pergelangan tangan Diana dengan satu tarikan yang berhasil membalikkan tubuh Diana.

Diana meringis lantaran cekalan Jason di pergelangan tangannya cukup menyakitkan.

"Kau menyakitiku, Mr. Anderson." Ucapnya.

"Oh, maafkan aku." Jason yang menyadari bahwa ia menyakiti Diana langsung melepaskan pegangannya.

"Ada apa?" tanya Diana berusaha sedatar mungkin.

"Uhm-kau, apa kau akan pulang?" tanya laki-laki itu.

"Memangnya kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu makan siang." Jawabnya.

Jauh di dalam hatinya, Diana ingin sekali menerima ajakan Jason. Ia sangat merindukan saat-saat bersama lelaki itu. Tapi rasa malu dan sakit yang ia terima lebih besar dari keinginannya saat ini.

"Maaf aku tidak bisa. Aku ada janji dengan seseorang." Jawab Diana bohong.

"Seseorang?" Jason menaikkan sebelah alisnya tanda curiga.

"Ya, ada yang salah?" Jawab Diana sarkastik.

"Oh, tidak. Apa pacarmu?" Ucapnya sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Entah ada angin apa Jason penasaran dengan 'seseorang' tersebut.

"Kurasa bukan urusanmu, Mr. Anderson." ujar wanita itu sambil tertawa meledek.

Jason dibuat kebingungan atas perubahan sikap Diana padanya. Mulai dari Diana yang menghindarinya dan Diana yang memanggil nama belakangnya seakan bersikap formal. Apakah ini ada hubungannya dengan hari itu?

"Maaf."

Diana hanya memutar bola matanya tidak peduli. Bagaimanapun, ia harus bersikap biasa saja pada Jason. Diana tidak boleh ketahuan sedang berusaha menguatkan diri. Apa lagi, saat ini Jason bersikap lembut padanya seperti awal dulu mereka berkenalan.

"Masih ada yang ingin dibicarakan?"

"Uhm, tidak. Baiklah, sampai jumpa lagi." Ucap Jason sambil tersenyum pada Diana.

Diana membalasnya dengan senyum terpaksa. Berharap bahwa air matanya tidak mengkhianati dirinya nanti.

Diana berbalik pergi mendahului Jason. Hal yang tidak pernah ia lakukan padanya dulu. Namun sekarang, semua berubah. Sejak kejadian itu, semuanya mendadak tidak seperti biasanya.
Diana masih merasakan bahwa Jason menatap punggungnya. Tatapannya tajam, seakan mampu menusuk tepat dijantung Diana.

Kenapa sekarang Diana merasakan sesak dihatinya ketika menjauhi Jason. Kenapa pula ia tidak bisa mengenyahkan Jason dari pikirannya?

**
Jason mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Waktu sudah hampir tengah malam.

Kini yang ada dipikirannya hanyalah Diana. Ya, Diana Michelle.
Ia tidak bisa bersikap seakan tidak terjadi sesuatu diantara mereka. Ia pun bingung dengan dirinya sendiri yang mendadak merindukan Diana. Merindukan mata birunya yang menenangkan. Merindukan tawa dan senyuman Diana. Merindukan semburat kecil di pipi meronanya ketika ia malu-malu. Ia merindukan bibir mungil yang baru ia sentuh sekali dan mampu membuatnya hampir kehilangan dirinya sendiri.

Jason tahu bahwa Diana berusaha menghindarinya. Ia tahu bahwa Diana membencinya. Dan ia pantas dibenci atas kata-katanya tempo hari.

Lelaki itu meminggirkan mobilnya, mengacak-acak rambutnya frustasi dan memukul setir kemudi dengan kencang. Ia benci ini. Ia benci mengakuinya bahwa dia sudah jatuh hati pada wanita itu.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang