Part 14

3.2K 249 19
                                    

Musim panas telah tiba, dan dedaunan tumbuh bermekaran dengan warna-warni yang begitu indah.
Burung-burung saling bersahutan menghiasi suasana dipagi hari yang sangat indah ini.

Diana berencana akan pergi ke Le Procope, salah satu restoran yang sangat ia sukai.
Untuk sampai ke Le Procope, kita harus menaiki kereta dengan tujuan akhir Stasiun Odeon. Stasiun ini berada di Latin Square yang banyak dihuni oleh pendatang dari Eropa selatan. Dari stasiun ke restoran itu jaraknya sekitar 300 meter. Dan dari stasiun hanya perlu menaiki mobil, Diana akhirnya menemukan Le Procope, tepatnya di 13, Rue de l'Ancienne Comedie, Paris.

Yang Diana tahu, Le Procope awalnya adalah salah satu kafe biasa yang menyediakan kopi dan makanannya yang biasa untuk para seniman-seniman. Namun akhirnya, kafe ini menjadi begitu besar dan terkenal sekarang. Begitu menakjubkan!

Pilihan makanan utama Le Procope dimulai dari yang berbasis daging sapi hingga ikan. Dekorasinya sangat klasik dan nyaman, terutama sejumlah benda-benda peninggalan seperti topi Napoleon Bonaparte, menu makanan Napoleon hingga sejumlah buku menu yang merupakan peninggalan beberapa restoran tersebut. Ada juga sejumlah catatan mengenai tokoh Voltaire dan Robespierre. Sudah pasti pengunjung yang datang langsung tertarik untuk berjalan-jalan di dalam restoran sambil melihat-lihat berbagai peninggalan itu. Diana sendiri sering melihat-lihat peninggalan yang menakjubkan itu. Jika beberapa orang mungkin bosan membaca dan mencari tahu tentang sejarah, namun berbeda dengan Diana. Ia sangat tertarik dengan hal itu.

Dengan berbagai peninggalan yang masih terawat, Procope hendak meyakinkan pengunjung bahwa tempat ini benar-benar bersejarah. Para tamu diperkenankan untuk memotret berbagai ruangan yang ada di restoran ini. Sebuah buku kecil berjudul "Le Procope, Once Upon a Time 3 Centuries of History" dijual di tempat itu. Buku ini berkisah tentang sejarah restoran tersebut. Sayang sekali buku ini terlalu kecil sehingga hanya memuat sebagian kisah dari restoran ini. Kini orang datang ke tempat itu bukan sekadar makan, melainkan juga mengenang sejarah. Sejarah Revolusi Perancis dan juga sejarah perkembangan kafe modern yang kemudian menyebar ke sejumlah negara. Kafe modern ini memang berkembang di Paris dan menyebar ke seluruh dunia sebagai tempat untuk mengobrol, minum, dan bersantai. Termasuk Diana--salah satu penggemarnya.

Hari yang pas untuk memesan satu Frappe dan juga cheese cake. Matahari sedang dipuncaknya, namun Paris begitu sejuk. Diana rasa, frappe sangat cocok untuk hari ini.

Untuk sejenak, Diana ingin meluapkan semua kekesalan dan kekecewaannya beberapa hari lalu dengan meminum kopi.
Diana memang bukan coffe addict, tetapi citarasa dari kopi itu sendiri mampu menenangkannya untuk sesaat.

Tidak ada teman untuk bercengkrama, dirasanya tidak ada masalah. Diana hanya ingin menghilangkan penat saat ini.
Ia merogoh tasnya, dan mengeluarkan buku novel Mark Twain yang berjudul "Adventures of Huckleberry Finn", salah satu novel klasik yang dari awal sudah langsung mendapat kritik karena Twain menggunakan bahasa yang kasar dan semakin jadi kontroversial di abad ke 20 karena menggunakan banyak stereotipe rasial serta istilah rasis "nigger" meskipun tokoh protagonis dan tenor buku itu sendiri terlihat sangat anti rasisme. Meskipun Diana telah berkali-kali membaca novel ini, namun ia tetap tertarik untuk membacanya. Karakter Huckleberry "Huck" Finn sangat kuat. Karakternya yang protagonis dan terkesan kuat serta tegar melalui hari-harinya serta ayahnya yang pemabuk yang selalu membuatnya menderita.
Entah mengapa, Diana begitu tergila-gila pada karakter Huck, yang bertualang mampu melewati kabut-kabut masalah hidup.

"Sendiri?"

Diana mendongakkan kepalanya ketika sebuah suara tertangkap oleh pendengaran.

"Maaf?" Tanya Diana heran kepada sosok laki-laki berambut pirang agak keriting.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang