Part 4

4.7K 309 6
                                    

Dengan secangkir kopi dan sebuah buku di tangan, Diana mempu menepis sedikit demi sedikit pikirannya mengenai Nick dan segala hal yang menyangkut laki-laki itu. Ia menatap ke luar kaca jendela apartemennya. Musim berganti dengan cepat. Dan harapannya bahwa hidupnya juga dapat berbeda setelah ini.

Hari ini ia tidak mempunyai kegiatan apapun. Hal yang ingin ia lakukan adalah; pergi ke bar dan mabuk sampai malam, atau memotret sepuasnya di jalanan?

Opsi pertama; pergi ke bar dan mabuk sampai malam. Hal baik yang ia dapat jika melakukan itu adalah, pikirannya bisa teralihkan, ia akan minum sampai pagi dan pulang dengan keadaan lelah dan mengantuk lalu ia akan tidur sampai sore. Namun hal buruknya adalah, ia bisa mati karna minum terlalu banyak; ia bisa tidur dengan siapapun dan keesokan harinya dia akan terbangun tanpa ingat apapun, lalu hamil dan mengurus anak sendirian sampai tua.

Tidak! Tentu saja niat itu ia urungkan untuk sementara waktu.

Dan opsi kedua, memotret sepuasnya. Hal buruknya adalah; tidak ada.
Dan hal baiknya, ia bisa menjernihkan segala pikiran dan kepenatannya. Ia bisa mendapatkan hasil-hasil potret yang bagus dan mengeditnya lalu menjualnya kepada pihak majalah, dan lebih mengasyikkan lagi adalah, mendapatkan uang.

**
Ya, disinilah Diana sekarang. Selalu taman ini menjadi salah satu objek potretnya.
Saat Diana sedang mengambil gambar, tiba-tiba saja ia menangkap sosok laki-laki yang ia rasa mengenalnya.
Dengan rambut coklat keemasan yang tertiup angin membuatnya tampak begitu tampan. Dan mata hijaunya yang sedang fokus pada laptop yang dipangkunya memberikan kesan serius, dan entah kenapa laki-laki itu justru terlihat begitu panas.

Jason... Itu dia.

Diana berusaha untuk tidak menghiraukan keberadaan laki-laki itu disini. Toh, Diana tidak mengenalnya.
Tapi entah kenapa, mata Diana tertarik untuk melihat kearah Jason lagi. Namun saat Diana menolehkan pandangannya ke tempat tadi, Jason sudah tidak berada di tempat duduknya. Buku-buku, gelas kopi, dan laptop masih bertengger disana, tanpa si empunya barang.

Diana mengalihkan pandangannya mencari kemana perginya laki-laki aneh itu.

"Mencariku?" Suara itu tiba-tiba membuat tubuh Diana mematung. Suara serak dalamnya dengan nada datar namun mampu menggetarkan jantung Diana dalam sekejap. Menggelitik telinganya merasakan hembusan nafas Jason.

Ketika Diana menolehkan kepalanya ke belakang, benar saja! Jason berada dibelakangnya. Memandangnya dengan seulas senyuman simpul, matanya menatap bagai mangsa dengan intimidasi tiada henti yang dipancarkan oleh matanya yang hijau itu. Terkesan angkuh dan mengejek.

Untuk sesaat, mereka saling berpandangan. Tatapan Jason tidak lepas dari mata biru Diana yang membulat sempurna karna keterkejutannya dan mata itu tampak begitu indah dan memabukkan saat sinar matahari menyapukannya di mata Diana, memantulkan cahaya indah itu melalui iris matanya. Mampu menenggelamkan Jason pada keindahan mata itu. Sungguh. Mata itu sangat indah dan tersirat kepolosan yang entah itu natural atau di buat-buat, namun Jason tidak bisa lepas dari mata itu.

"Ka-kau. Sejak kapan kau berada dibelakangku?" tanya Diana gugup.

"Kau sendiri, sejak kapan menguntitku?" tanya Jason dengan pandangan menyelidiknya.

Diana bersusah payah meneguk salivanya saat ia menyadari bahwa jarak antara ia dan Jason begitu dekat. Tubuh Jason yang tinggi menjulang membuatnya harus mendongakkan kepala untuk sejajar dengan Jason, namun nihil. Diana hanya sebatas dada laki-laki itu.

Diana merasa gugup untuk menjawab pertanyaan Jason, yang secara tidak langsung Jason menyimpulkan hal itu adalah pernyataan 'iya aku menguntitmu'. Tapi tidak, Diana bahkan tidak tahu bahwa laki-laki itu disini. Dan percuma saja tampaknya menjelaskan, Jason terlihat tidak terlalu tertarik.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Jason pergi berjalan meninggalkan Diana menuju tempat semulanya. Diana tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, apakah berdiam diri di sini ataukah mengikuti Jason meskipun lelaki itu tidak mengajaknya.

"Kau mau ikut?" tanya Jason membuyarkan lamunan Diana.

"Kemana?" jawab Diana polos.

"Ya tentu saja duduk denganku. Disana. Apa kau ingin tetap berdiri disini?" ucap lelaki itu masih dengan pandangannya yang datar.

Diana tidak menjawab. Hanya diam dan menatap kakinya. Tiba-tiba saja ada tangah kokoh yang menariknya. Diana menaikkan kepalanya dan melihat dari belakang bahwa Jason berjalan di depannya, dan tangan lelaki itu menggenggam tangannya dengan gerakan yang sigap. Diana hanya bisa diam menatap tangan mereka yang bertautan. Semacam ada getaran listrik yang teralir saat tangan Diana bersentuhan dengan Jason, dan ini memusingkan Diana.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Diana hanya diam dan sesekali memotret sekitaran, dan Jason seperti sibuk berkutat dengan laptop dan buku-bukunya. Tentu sepertinya buku-buku itu bukanlah buku mata kuliah yang mereka pelajari. Sekilas Diana melihat bahwa itu buku-buku bisnis yang tidak Diana ketahui.

"Jadi, namamu Diana, 'kan?" tanya Jason seketika membuat Diana menolehkan pandangannya.

Diana mengangguk. "Dari mana kau tahu namaku?" tanya Diana kemudian.

"Kita satu kelas. Kau lupa?"

Diana hanya diam, seingatnya ia tidak pernah menyebutkan namanya di kelas atau ada seseorang yang memanggilnya saat itu. Lantas dari mana lelaki ini tahu namanya? Tidak mau pusing, Diana mencoba mengabaikannya.

Setelah itu tidak ada lagi percakapam antara mereka sampai hari beranjak petang.

Diana ingin segera pulang, ia tampak bosan dan lelah. Seakan dapat merasakan kegelisahan wanita itu, Jason melihat kearah Diana, "kau ingin pulang?" tanya Jason tanpa basa-basi.

"Uhm, ya." Jawab Diana singkat.

Tiba-tiba saja Jason membereskan semua peralatannya. Diana melihat Jason dengan pandangan aneh. Dan masih duduk disana memperhatikan gerak gerik lelaki itu.

Jason berdiri dan menggandeng tangan Diana kembali, "kuantarkan." Katanya.

***
Beberapa part ke depan akan dilakukan revisi jadi kalo kaliam baca ngerasa gak nyambung berarti belum di revisi ya. Terima kasih dan jangan lupa votes terus;)))))

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang