Part 7

3.8K 245 9
                                    

Cahaya berwarna kekuningan dan kecoklatan yang bercampur membuat pemandangan di Arc de Triomphe terlihat semakin indah. Detik-detik matahari tenggelam seketika menghiasi langit-langit berwarna jingga itu.
Begitu tenang dan damai. Seperti hati Diana saat ini.
Dia merasa hidup kembali. Merasa bersemangat setelah semangatnya hilang beberapa bulan terakhir. Setidaknya untuk sementara waktu.

Saat matahari sepenuhnya tenggelam, dengan hitungan detik Arc de Triomphe menunjukkan cahaya warna-warninya. Kerlipan lampu-lampu itu memantul di mata Diana yang berbinar bukan main. Ia menyukainya. Oh, tidak! Dia-sangat-menyukainya.

"Tutup mulutmu itu." Ucap Jason saat melihat Diana membuka mulutnya tanda kekaguman dengan cukup lama. Benar-benar seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan.

"Jangan merusak kebahagiaanku." Ucap Diana ketus. Jason tersenyum geli melihatnya dan memilih diam. Menikmati malam itu.

"Jadi, dari mana asalmu?" Tanya Diana mencoba mencairkan suasana. Ya, setidaknya dia harus bersikap baik pada Jason karna laki-laki itu telah mengajaknya kesini.

"New York."

"Oh. Lalu apa yang membuatmu pindah kesini?" Tanya Diana lagi dengan penasaran.

"Ada perusahaan cabang ayahku yang harus kuurus. Dan ada sesuatu hal penting yang harus aku lakukan disini." Jelas Jason.

"Jadi kau bekerja sambil kuliah, betul?"

"Ya." Singkat Jason.

Diana hanya manggut-manggut, tidak berusaha mengusik lebih dalam tentang Jason dan apapun itu.

Diana kembali melihat kearah gapura Arc de Triomphe dengan senyumannya yang mengembang. Demi Tuhan, Jason yang melihatnya bisa menebak bahwa senyuman itu benar-benar senyuman dua belas sentimeter adanya. Yah, yang terpenting Diana menyukainya. Begitu pikir Jason. Jason hanya ingin melihat senyuman Diana. Entahlah, dia hanya menyukainya.

"Kau tinggal sendiri?" Tanya Diana kemudian. Lidahnya gatal untuk menanyakan sesuatu lagi kepada Jason. Mungkin hanya ingin membuat bahan pembicaraan. Atau memang, ia memang tipikal wanita yang ingin tahu semua yang terlintas dipikirannya.

"Ya, di apartemen."

"Kau punya keluarga disini?"

"Pamanku dan bibiku serta anak mereka berada disini." Jawab Jason singkat.

Diana hanya ber-oh-ria tidak melanjutkan kembali. Ia merasa kikuk.

"Bagaimana denganmu? Dimana orang tuamu?"

"Keluargaku di Birmingham, salah satu kota kecil di Inggris." Jawab Diana.

"Hidup sendiri lumayan sulit, huh?" Tanya Jason lagi.

Diana menjawab seadanya. Mengatakan bahwa semuanya tidak terlalu sulit jika dijalani dengan tulus. Setidaknya, lebih sulit ketika harus melupakan Nick, namun ia tidak menceritakan hal itu pada Jason. Jason tidak perlu tau semuanya.

Setelah seharian menikmati pemandangan yang sangat menakjubkan dari Arc de Triomphe, Jason mengantarkan Diana pulang ke apartemennya. Hari menunjukkan pukul 11 malam.

"Terima kasih sekali lagi, Jason." Ucap Diana ketika mereka telah sampai di depan gedung apartemen Diana. Jason hanya tersenyum dan mengangguk. Kali ini ia tidak membukakan pintu untuk Diana.

Senyuman Jason itu mampu membuat Diana kaku seketika. Itu senyuman terbaik yang pernah ditunjukkan Jason kepadanya selama ia bertemu dengan laki-laki itu.
Jantungnya berdentam-dentum tak menentu. Kesunyian yang berada dikeduanya, membuat Diana takut bahwa degupan jantungnya yang sangat cepat seperti sekarang akan terdengar oleh Jason. Diana tidak tahu apa yang terjadi padanya. Rasanya aneh. Tidak mungkin ia mulai menyukai Jason.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang