Part 10

2.9K 216 4
                                    

Rahang Jason mengeras, giginya saling beradu seraya menahan emosi yang dari tadi hinggap di relung hatinya. Dia sendiri tidak tahu mengapa ia begitu sakit dan marah melihat Diana tengah bersama dengan lelaki yang beberapa kali sudah membuat wanita itu menolak ajakannya, Vicky.

Ia tidak suka. Hanya itu saja.

Diana yang tertawa lepas ketika bersama dengan Vicky. Tawa yang tidak pernah Jason lihat sejak hari dimana Jason mengatakan kepada wanita itu untuk melupakan ciuman pertama mereka. Dulu, Jason-lah yang berada diposisi Vicky saat ini. Tapi dalam waktu sekejap, tempatnya telah digantikan oleh laki-laki itu.
Jason memang tahu bahwa Vicky adalah teman dekat Diana, bahkan sebelum Diana mengenal Jason.
Namun, entah apa yang merasukinya. Ia hanya tidak suka melihat Diana bahagia karna orang lain, bukan karnanya.

Jason sedang duduk di salah satu kafe yang sangat nyaman. Namun pemandangan diujung yang membuatnya tidak nyaman saat ini. Ya, ia tidak sengaja bertemu Diana ditempat ini, lebih tepatnya tidak sengaja 'menemukan' Diana ditempat ini bersama laki-laki lain.

Lahar panas yang siap menggelegar dari ubun-ubun Jason, sedikit meredup ketika ada yang menyentuh pundaknya.

"Sudah lama menunggu?" Tanya wanita itu dengan senyuman ramahnya.

Jason berbalik melihat ke arah dimana seseorang menyentuh pundaknya. "Oh, hei." Seketika senyuman Jason merekah mendapati seorang wanita yang tengah berdiri dihadapannya. Wanita yang sudah tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa dari sebelumnya, wanita yang bertambah cantik dan juga mempesona. Betapa ia merindukan sosok wanita itu. Tanpa ia sadari, kemarahan memuncak tadi menguap entah kemana.
Direngkuhnya tubuh mungil wanita itu kedalam pelukannya.

"Aku merindukanmu, Jason." Ucap wanita itu.

"Aku juga merindukanmu." Balas Jason sambil mengusap-ngusap rambut wanita itu.

**
Diana tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon Vicky tentang bagaimana ia di maki-maki oleh seorang nenek-nenek di supermarket.

Diana mengedarkan pandangannya ke ruangan kafe ini. Tempatnya sangat nyaman dengan lampu-lampu yang tidak terlalu terang, namun menumbuhkan perasaan damai. Interiornya-pun sangat pas dengan kesan teenagers-nya yang memang cocok untuk para muda-mudi untuk menghabiskan waktu luangnya disini.

Seketika, matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal.
Tegap tubuhnya, dengan tulang-tulang pipi yang kokoh, beserta rambut coklat keemasannya yang sangat Diana rindukan.

Namun yang membuat gemuruh dihati Diana adalah, Jason sedang memeluk seorang perempuan dengan pelukan sayang dan mata yang memancarkan rindu.

Tubuh Diana kaku. Dadanya naik turun tanda ia emosi dan siap mengeluarkan lahar itu sekarang juga.

"Diana? Hei?" Vicky mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Diana. Membuatnya tersadar bahwa ia sedang bersama Vicky saat ini.

"Eh, ya?" Tanya Diana linglung.

"Kau tidak memperhatikanku? Ada apa?" Mata Vicky mencari celah apakah ada yang salah pada Diana.

"Ugh-enggg.. Tidak ada apa-apa." Diana berusaha tersenyum dan menahan getaran suaranya.

Nafasnya kini hampir tercekat melihat pemandangan di ujung sana. Jason sedang duduk dengan wanita itu dan berbincang. Mata hijaunya menampakkan kerinduan yang mendalam kepada wanita itu.
Menyadarinya, Diana mengalihkan pandangannya. Takut jika air matanya akan luruh begitu saja.

"Uhm.. Vic, kita keluar saja, yuk. Aku sedang ingin menikmati udara segar."

"Oh, baiklah. Kau mau kemana?"

"Kemana saja." Jawab Diana. Asal tidak disini. Udara disini mendadak membuatku kehabisan oksigen, batinnya.

**
Diana tidak tahu akan pergi kemana. Namun saat ini, ia tidak menginginkan berinteraksi dengan siapapun. Maka dari itu, ketika keluar dari kafe tersebut, Diana meminta Vicky untuk mengantarkannya kembali ke apartemennya dan mengatakan pada Vicky bahwa tiba-tiba saja kepalanya pusing.

Dan disinilah Diana sekarang. Kembali bergulat dengan kesunyian apartemennya. Jika dulu ia bersedih atas kehilangan Nick, maka sekarang ia menangis tersedu-sedu karna perasaannya pada Jason. Lelaki itu. Lelaki yang memiliki mata berwarna hijau emerald yang begitu memabukkan Diana jika lelaki itu sedang menatapnya. Lelaki itu, yang hanya dengan senyuman tipisnya mampu membuat Diana gemetar terkagum-kagum. Lelaki itu, yang jika mengucapkan sebuah kata saja mampu menggugah rasa aneh yang menjalar di tubuh Diana. Lelaki itu, yang dengan tertawa renyahnya mampu membuat kupu-kupu diperut Diana mengepakkan sayapnya satu persatu.

Apakah aku tidak cukup baik untuknya? Apakah mungkin, aku mampu menjangkaunya yang bahkan sangat jauh dari gapaianku?
Tapi, tapi... Wanita itu. Siapa dia? Mengapa mata Jason memancarkan kerinduan yang sangat mendalam pada wanita itu? Apakah dia... Apakah dia, seseorang...yang berharga bagi Jason? Apakah dia... Kekasihnya?

Sekelebat pertanyaan menghantui benak Diana. Membuatnya gusar dan mengacak-acak rambutnya frustasi. Dalam waktu sekejap, Jason mampu meremukkan hati Diana menjadi tak berbentuk. Ibarat laut dan pantai. Diana adalah lautnya, dan Jason adalah pantainya. Laut tak mampu terlalu jauh menjangkau sang pantai. Hanya mampu setengah mendekatinya. Itupun, pantai akan kembali mengering dan laut akan membasahinya lagi, namun hanya setengahnya. Begitupun Diana, hanya mampu menjangkau Jason dalam skala kecil, kemudian Jason akan berbalik dan tidak menganggapnya ada. Dan Diana bimbang tentang apa yang ia rasakan terhadap laki-laki itu. Benarkah ia sudah jatuh cinta padanya?

Cinta? Tidak ada kata cinta yang bersarang di hati Diana sejak ia ditinggalkan Nick dengan keputusam sepihak. Cinta adalah duri yang ia genggam sendiri. Cinta adalah musuh yang harus dijauhinya.

Mungkin saja ini perasaan sementara. Mungkin saja ini hanya rasa terbiasa memiliki teman dekat. Mungkin saja ini hanya perasaannya saja yang selalu melebih-lebihkan sesuatu.

Diana mencoba mengolah otaknya sendiri untuk mengulang kata-kata tersebut. Ia mencoba memotivasi dirinya bahwa ini hanyalah perasaan biasa. Tidak perlu merasakan sakit yang begitu mendalam, karna ini bukan cinta. Ya, dia tidak mencintai laki-laki itu. Tidak mungkin.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang