Part 6

3.9K 281 11
                                    

Diana pergi ke salah satu taman didekat kampusnya. Berniat untuk mencari ketenangan sehabis pergulatannya dengan Ashley tadi. Suasana hatinya benar-benar kacau saat ini. Ia lelah, kesal, dan kecewa dengan apa yang terjadi dihidupnya beberapa minggu ini.

Ia mengambil tempat duduk disudut taman yang diteduhi oleh pohon yang lumayan cukup besar.
Benar-benar membuatnya tenang.

Ia mencoba fokus pada pikirannya sendiri. Mengesampingkan suara-suara manusia yang tertangkap oleh telinga. Ia ingin merasa tenang dan damai.

Dirasakannya bahwa bangku yang didudukinya mengerit. Itu berarti ada seseorang disampingnya.
Ketika ia melihat kesamping, Jason duduk dengan ekspresi yang datar menatap lurus kedepan. Diana terlalu malas untuk berbicara hingga ia pun kembali memalingkan wajahnya ikut menatap lurus kedepan.

"Kau tidak masuk kelas?" Jason melirik Diana dan membuka percakapam setelah lima belas menit mereka saling membisu.

"Malas." Jawab Diana tanpa menoleh.

"Ada apa? Kau punya masalah?" tanya Jason bersikap pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi di kantin tadi.

Kaulah masalahku, batin Diana berbicara kesal.

Diana hanya diam sambil mendengus sebal. Dia benar-benar dalam suasana hati yang kurang baik.

Saat mendapati pertanyaannya tidak direspon, Jason kembali menoleh ke Diana dan menaikkan satu alisnya. Dia tidak suka diabaikan.

"Kuanggap jawabannya iya." Sambung Jason, "apakah karna kejadian di kantin tadi?" Lanjutnya.

Diana sontak menoleh dengan mata birunya membulat sempurna. Alisnya berkerut tanda ketidaksukaannya pada pertanyaan Jason yang gamblang.

"Kau melihatnya?" tanya Diana masih tidak percaya. Sungguh dia malu, malu jika memang benar Jason melihat kejadian tadi. Dia tidak benar-benar mengakui bahwa dirinya dekat dengan lelaki itu. Itu hanya cara untuk membuat Ashley kesal.

"Aku melihat dan mendengarnya sampai selesai." Ujar Jason cuek dan kembali menatap lurus kedepan.

Diana terkejut dan malu. Wajahnya yang putih mendadak merah padam dan terasa panas. Laki-laki ini bisa saja merasa dirinya hebat, begitulah pikiran Diana.

"Dengar, ini tidak seperti yang kau kira." Jelas Diana mencoba meyakinkan.

"Memangnya seperti apa yang kukira itu?"

"Uhm, maksudku. Semua yang kuucapkan tadi hanya untuk memancing emosi Ashley. Kau dan aku tidak saling mengenal. Kita baru bertemu beberapa hari yang lalu. Kau bisa jelaskan itu pada wanitamu." Jelas Diana panjang lebar, bermaksud agar Jason tidak menganggapnya mengaku-ngaku.

"Kenapa kau panik begitu? Aku bahkan tidak peduli."

"Aku hanya--" Diana menggantungkan ucapannya, sembari menggigit bibir bawahnya tanda ia bingung tentang apa yang harus dikatakannya.

Jason menoleh, menunggu kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh Diana.

"Ah, sudahlah. Lupakan." Lanjutnya.

Suasana kembali canggung dan sunyi. Entah apa yang dipikirkan oleh Jason, namun secara tiba-tiba ia menarik tangan Diana hingga Diana tersentak.

"Hei, apa yang kau lakukan? Kita mau kemana?" Diana yang berceloteh di belakang Jason mencoba menyeimbangi langkah kaki Jason dengan terseok-seok. Jason membawanya ke parkiran tempat mobil Jason diparkir.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Diana menyentakkan tangan Jason dengan paksa. "Hei, kau mencoba menculikku?!" Pekik Diana kesal sambil memegangi pergelangan tangannya, meskipun tidak sakit sedikitpun. Ia hanya kesal.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang