Part 31

1.7K 137 17
                                    

Malam kini telah berganti pagi. Terang rembulan berganti menjadi sinar matahari yang begitu cerah. Diana meraba-raba tempat tidurnya disamping, masih dengan mata tertutup, mencari sesuatu yang biasanya selalu memeluknya erat kala pagi datang. Namun disampingnya kini hanyalah angin, dan terasa dingin.

Dengan perlahan Diana membuka matanya, Jason sudah tidak disampingnya. Lalu dengan susah payah Diana mencoba duduk, mengumpulkan segenap nyawanya yang berlarian ke alam bawah sadar. Dilihatnya di nakas, ada sebuah note kecil. Diambilnya kertas tersebut.

Saat kau bangun mungkin aku sudah tidak disampingmu, aku pergi ke kantor. Jangan lupa menghubungiku jika kau akan ke kampus.

Milikmu,
Jason.

Diana tersenyum membacanya, lalu bangkit menuju kamar mandi untuk bersiap. Saat ini sudah pukul 7 itu berarti masih ada satu jam untuk bersiap menuntut ilmu.

Diana mencari-cari bajunya yang kelonggaran agar bisa menutupi perutnya yang sedikit mulai membesar. Ia lebih memilih kemeja berwarna biru langit, lalu ditimpa dengan sweeter berwarna keabu-abuan yang lumayan cukup besar.

Setelah dirasa sudah siap, Diana ke dapur untuk membuat susu, namun ternyata ada sebuah piring bertutup dengan tudungnya, dan sebuah note kecil bersandar didepannya.

Sarapanlah yang baik.

Ketika dibuka, ternyata sebuah roti lapis. Diana tersenyum, Jason begitu memperhatikannya. Dengan cepat Diana melahap sarapannya jika tidak ingin datang terlambat.

**
Diana tiba lima belas menit sebelum pelajaran dimulai. Diana melirik ke bangku sampingnya, rasanya sepi tanpa Jason berada didekatnya seperti biasa. Diana menyadari bahwa kini ia sudah teramat bergantung dengan lelaki itu.

"Ms. Diana, bisakah kau menjelaskan bagaimana seharusnya seorang script writer atau penulis naskah melakukan tugasnya dengan baik?" Tanya Mr. Jordan ketika menyadari Diana tengah melamun disana.

Diana sontak kaget, namun ia berusaha tenang. Lalu berdehem sekali, "seorang penulis naskah tentunya adalah bagian terpenting dalam suatu produksi film, radio, dan semacamnya. Selain tugas mereka adalah sebagai pembuat naskah yang dimana mereka harus dapat membuat cerita semenarik mungkin agar diterima oleh produser dan kru-kru lain, mereka juga harus mampu mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan apa yang mereka tulis. Seorang penulis naskah juga harus memiliki intelijensi dan imajinasi yang kuat, sehingga pembaca atau penonton dapat terhanyut dalam cerita yang mereka buat." Jawab Diana santai. Dosennya yang masih berumur sekitar 38 tahun itupun tersenyum dan berkata, "baiklah, kurasa kau memang memperhatikanku." Diana tersenyum menanggapinya.

"Baiklah, semuanya. Kita akhiri mata kuliah hari ini, sampai bertemu minggu depan." Ujar Mr. Jordan lalu disusul oleh kerumunan mahasiswa yang berlarian keluar tidak sabar untuk segera pergi dari ruangan membosankan itu.

Diana rencananya akan ke toko buku untuk membeli beberapa buku novel karna rasanya sudah sangat lama ia tidak membaca novel-novel terbaru.

Seseorang menepuk pundaknya membuat Diana sontak membalikkan tubuhnya.

"Diana." Ujar Vicky tersenyum menampakkan jajaran giginya yang putih.

"Oh, Vic. Kau mengagetkanku. Ada apa?" Ujar Diana akhirnya.

"Uhm, aku ingin meminta maaf aku tidak bisa menghadiri pemakaman Nick beberapa waktu lalu. Aku sedikit...sibuk." Ujar Vicky menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Bagaimanapun ia merasa tidak enak pada Diana.

"Oh tidak apa-apa. Aku mengerti." Jawab Diana tulus. "Apa kau akan pergi dengan Jason?" Tanya lelaki itu. Sama pasalnya dengan Diana, Vicky pun telah mengetahui permasalahan sulit yang dialami Diana selama ini bersama Jason dan Nick. Bahkan kala itu Vicky meminta maaf karna telah membabakbelurkan wajah Jason.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang