Part 30

2.1K 137 13
                                    

Oh hola!!!! Hahahhahahahahahha mau ngasih tau klo yg kmrn itu just a joke!!!!
Gue ga tega sama pembaca lainnya yg udh luangin waktu buat cerita ga seberapa gue ini. Ada yg sampe message gue dan gue ckup terhura, thx guys. Dan bener aja sehabis kemarin langsung banyak yg votes di part 29. Emg harus d ancam begitu dlu apa;") Tapi seriously, klo gue dpt respon yg kurang baik ya gue emg bener2 mau stop crta ini. Atau mgkn updatenya lama ya gatau trgantung moodlah.

Langsung aja, ini part khusus buat kalian semua pembaca kece!

***
Sudah dua bulan setelah kepergian Nick, Diana sudah mulai menjalani hari-harinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehilangan orang terkasih memang dapat membuat hidup seakan berhenti pada satu waktu. Namun akhirnya Diana sadar, kehilangan bukan akhir dari segalanya. Lihatlah sosok yang sedang menanamkan beberapa bibit bunga di pekarangan rumah keluarga Nick. Sosok yang begitu sabar menemani dan mengasihi Diana saat Diana berada dalam kondisi terburuk sekalipun.

"Selesai." Ujar Jason menghapus bulir-bulir keringat di dahinya. Diana tertawa dan menghapuskan keringat yang menetes dari pelipis Jason menggunakan sapu tangan yang telah ia siapkan dari tadi. Sejak kepergian Nick, Diana dan Jason berkunjung ke tempat orang tua Nick, meskipun tidak terlalu sering berkunjung, namun setidaknya jika ada waktu mereka akan menyempatkan diri untuk datang. Sedangkan Emily sendiri sudah kembali ke Swiss untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda karna menjenguk Nick di Paris.

"Masuklah. Makan siang sudah siap." Interupsi Kate membuat Diana dan Jason sama-sama menoleh dan mengatakan bahwa mereka akan segera menyusul.

"Ayo. Aku lapar." Diana merengek yang dibalas oleh kekehan kecil dari Jason. Jason lalu mengusap pelan rambut dan perut Diana dan berbisik ditelinganya.

"Aku mencintaimu. Kau tahu, Ms. Michelle." Ujar Jason. Hembusan nafasnya yang hangat mampu menghantarkan getaran kecil di satu titik diri Diana, yaitu hatinya. Diana tersenyum dan membalas, "aku tahu, Mr. Anderson. Aku lebih menggilaimu." Senyuman Jason merekah mendapati respon positif dari Diana, matanya berbinar dan tampak jelas bahwa Diana adalah pusat kebahagiaannya.

"Apa kabar bayi kecil di dalam sana? Sepertinya besok kita harus mengecek kandunganmu." Ujar Jason menciumi perut Diana. Diana hanya tertawa kegelian dan menurut. Kandungannya sudah masuk tiga bulan dan semakin lama perutnya semakin besar dan terlihat bahwa ia sedang hamil. Trimester pertama Diana akan muntaj setiap paginya dan Jason yang melihatnya selalu panik dan memanggil dokter. Dalam seminggu, tiga kali Jason memanggil dokter dan jawaban yang ia terima tetap saja sama, "Hal ini adalah hal yang wajar, Mr. Anderson. Anda hanya perlu memberikannya makanan yang cukup untuk perkembangan bayinya."

Sedangkan Diana harus memutar otaknya untuk menemui keluarganya dan mengambil cuti untuk kuliahnya sementara waktu.

Mereka melangkah masuk ke dalam rumah dan menemukan Kate serta William yang telah menunggu mereka di meja makan.

Jason mengambil tempat duduk di depan William, dan Diana menyusul di sampingnya.

**
"Terima kasih untuk makanannya, Kate. Sangat lezat." Ucap Diana jujur. Masakan Kate memang terbilang enak, bahkan sangat harum dan Diana tidak tahu bagaimana bisa dia sepandai itu memasak. Pantas saja Nick betah berlama-lama dirumah orang tuanya kala itu, mengetahui bahwa Kate begitu pandai memasak.

"Aku juga berterima kasih, kalian mau mampir kesini. Jason, terima kasih juga sudah membantuku menanam bibit itu." Ujar Kate mengantarkan kepulangan mereka di teras rumah. Diana memeluk Kate dan William bergantian. Dan dibalas hangat oleh mereka berdua. Diana merasa memiliki orang tua disini, mengingat sudah dua tahun dia tidak bertemu kedua orang tuanya serta adiknya dikarenakan urusan pendidikannya.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang