Part 18

3.5K 195 8
                                    

Lelaki itu duduk di ruang tunggu rumah sakit, ditemani oleh wanita yang sudah beberapa hari ini bersandar pada bahunya. Dilihatnya wanita cantik yang tengah tertidur pulas di sampingnya itu. Raut wajah kelelahan dan lingkaran hitam dibawah mata wanita itu begitu jelas di kulitnya yang putih pucat.

"Jason." Sapa seorang lelaki berumur sekitar 50 tahunan.

Jason mendongak, mendapati Mr. Davis--ayah wanita itu yang baru keluar dari ruang rawat.

"Kalian boleh pulang." Ucap lelaki paruh baya itu.

"Uhm, lalu bagaimana denganmu?"

"Aku akan disini dengan Kate. Kau dan Emily pulang saja. Kalian sudah sangat lelah menjaganya beberapa hari ini." Senyuman William Davis tampak tulus. Meskipun beberapa helai rambut-rambut putih telah menghiasi rambutnya yang hitam, namun itu tidak memudarkan kharismanya sebagai laki-laki tampan.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan membangunkan Emily sebentar lagi" Ucap Jason.

"Ya, jangan sampai kalian sakit. Kalau begitu, aku pergi dulu. Kate sudah lapar dan minta dibelikan makanan."

"Baiklah." Ucap Jason. William tersenyum lalu pergi meninggalkan Jason yang masih duduk di bangku, dengan Emily yang masih tertidur pulas di bahunya.

"Em." Panggil Jason.

"Em, bangun." Sesekali Jason menepuk-nepuk pipi Emily.

"Uhmm.." Emily menggeliat masih di alam tidurnya.

"Kita harus pulang, Em. Kumohon bangunlah." Geram Jason.

Setelah beberapa menit, barulah Emily sedikit tersadar dari tidurnya. "Ada apa?" Ucapnya mengantuk.

Jason meregangkan otot-ototnya, dua jam berada diposisi seperti tadi cukup membuat tubuhnya bertambah pegal. "Kita pulang. Will bilang dia yang akan bertugas menjaga malam ini bersama Kate."

"Oh, ya. Baiklah." Masih dengan setengah sadar, Emily bangkit dari duduknya dan menopang tubuhnya dengan berpegangan pada lengan Jason. Jason sendiri sudah terbiasa dengan tingkah laku Emily yang seperti itu. Tidak pernah berubah dari dulu, batin Jason

Setelah mengantarkan Emily ke rumah, Jason melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Emily.

Ada sesuatu yang mengganjal di pikiran dan di hati Jason. Mengenai seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak sempat ia kabari karna terlalu sibuk menemani Emily.
Diana, pikirnya.
Apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu? Apakah dia merindukanku?
Namun Jason tidak membiarkan semua pertanyaan itu menjadi semu tanpa jawaban. Dia memutar mobilnya berbelok arah ke satu tujuan yang sudah ada di pikirannya, apartemen Diana.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Seharusnya Diana belum tidur saat ini, maka dari itu Jason yakin bahwa Diana ada di apartemennya saat ini. Jason melaju dengan cepat, tidak sabar bertemu dengan wanita yang dirindukannya selama ini. Senyumannya, wajahnya yang senantiasa memerah jika digoda olehnya, dan bibirnya yang kemerahan itu.

Jason tersenyum. Diana Michelle. Wanita yang membingungkan hatinya, mencurinya, dan menyimpannya terlalu dalam, hingga Jason sendiri tak mampu keluar darinya.

Perasaan ini. Apakah benar ini adalah cinta, yang selalu dikatakan orang-orang itu?

**
"Tunggu sebentar." Diana baru selesai mandi dan masih menggunakan kimono langsung bergegas menuju pintu apartemennya. Ketukan di pintu apartemennya menuntut untuk segera dibuka. Membuat Diana hampir tersandung oleh kaki meja makannya.

Diana menggeram dalam hati. Pasalnya, belum ada yang bertamu padanya malam-malam seperti ini kecuali pengantar makanan.

Diana membuka kenop pintunya, dan pemandangan dihadapannya ini benar-benar diluar dugaan. Sosok yang selama ini ia rindukan, yang menghilang tanpa jejak selama empat hari namun terasa seperti empat tahun bagi Diana, sosok yang menghinggapi hatinya dan pikirannya hingga ke ubun-ubun, sosok yang mampu menjungkirbalikkan perasaannya, sosok yang ia benci sekaligus ia cintai dengan sangat dalam, sedang berdiri dihadapannya dengan kedua bola mata hijau emeraldnya dan senyumannya yang begitu mempesona, serta satu tangannya yang memegang satu bouquet bunga mawar putih dan satu mawar merah ditengah-tengahnya dan satu tangannya lagi dimasukkan kedalam saku celananya, terlihat tampan dan panas. Diana mendadak beku ditempat ia berdiri. Perasaan rindu, marah, terkejut, dan bahagia bercampur aduk didalam dirinya saat ini. Diana ingin langsung menerjang Jason dengan pelukan dan ciuman-ciuman rindu, tetapi untuk bergerak saja ia tak mampu.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang