Part 15

3.3K 216 6
                                    

"Bagaimana bisa kau celaka seperti ini, Vic?!" Ucap Diana tak percaya dengan sosok laki-laki yang tengah terbaring di kamar rumah sakit ini.

"Well-uhm aku tidak tahu. Saat itu aku sedang mabuk dan mengendarai motorku. Untung motorku tidak apa-apa." Jawabnya enteng.

"Kau lebih peduli pada motormu dari pada nyawamu sendiri? Kau gila." Ucap Diana frustasi. Diana tidak habis pikir bagaimana bisa ia mempunyai sahabat yang kadar kewarasannya benar-benar terbatas.

"Hei, motor Ducati-ku itu sangat mahal."

"Terserahlah. Aku akan pergi keluar sebentar, aku lapar."

"Baiklah Diana." Sementara itu, Vicky melanjutkan nonton tv sementara tangan kirinya di gips.

Saat itu Diana sedang di kampus, kemudian ia mendapat kabar dari dosen Vicky bahwa laki-laki itu kecelakaan. Diana mengira bahwa Vicky sudah terbaring koma, ternyata makhluk itu masih hidup juga, ck!

Diana kini sedang berjalan hendak pergi ke kantin rumah sakit, bau obat-obatan membuatnya pusing. Dengan satu gerakan menoleh, tiba-tiba saja Diana melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi di indra penglihatannya. Jason, dan wanita itu.

Wanita itu menangis, dan Jason memeluknya sembari menenangkan wanita itu.

Hati Diana mencelos seketika melihat pemandangan yang sangat-sangat-sangat tidak mengenakan itu. Lagi lagi, Jason memeluk wanita itu. Diana bertanya-tanya dalam hati tentang siapakah wanita itu yang berkali-kali terlihat bersama Jason? Apa hubungan yang mereka miliki?

Jason mengusap air mata wanita itu tanda sayang dan peduli. Diana yang menyaksikan dari kejauhan hanya diam mematung sambil memegang dadanya yang sesak.

Diana termangu ditempatnya berdiri. Kakinya sendiri tak dapat digerakkan. Diana merasa bodoh karena masih memandangi adegan itu. Air mata itupun akhirnya tumpah. Air matanya mengkhianati dirinya sendiri. Membuncah keluar tanpa izin, bahkan sebelum Diana sempat menahannya mati-matian.

Jason melihat Diana. Dia melihat ke arah Diana. Untuk sesaat tatapannya mengunci mata Diana. Jason terlihat sangat tersiksa. Entah itu hanya perasaan Diana saja atau bukan, tetapi mata Jason menunjukkan kesakitan, dan dapat terlihat dengan jelas bahwa Jason terkejut melihat Diana disini.

Jason kemudian meninggalkan wanita itu yang telah masuk kesebuah ruangan--yang sepertinya adalah sebuah kamar rawat, dan berjalan menghampiri Diana sedikit berlari.

Menyadari akan hal itu, Diana baru akan pergi tetapi kakinya menahannya di tempat. Membuay Diana bersusah payah mengangkat kakinya yang sudah melemas.

Dengan perlahan, Diana berbalik meningalkan Jason yang berjalan kearahnya. Ingin sekali Diana berlari saat ini juga, tapi getaran di kakinya seakan tidak memberi ampun.
"Diana." Panggil sebuah suara yang sudah sangat dikenal Diana. Suara yang ia rindukan beberapa hari ini.

"Diana, tunggu." Diana berjalan semakin cepat saat menyadari bahwa Jason semakin mendekat.

"Diana, berhenti!" Jason mencekal pergelangan tangan Diana dengan cukup keras membuat Diana meringis. Tubuhnya berbalik seketika namun dengan sisa kekuatan yang ia miliki, ia berani menatap kedalam mata hijau laki-laki itu. Sarat akan keteduhan dan kerinduan.

"Ada apa?" Suara Diana mengkhianatinya. Kini terdengar serak dan menyedihkan. Diana merutuki dirinya sendiri yang tak bisa bekerja sama dengan baik.

"Diana, ini--ini tidak seperti yang kau kira." Ucap Jason bersuara lembut. Diana bahkan bisa runtuh sekarang juga mendengar suara Jason tetapi ia menahannya mati-matian.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang