Part 20

2.6K 194 18
                                    

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Vicky pada Diana ketika melihat gadis itu berjalan sempoyongan.

"Oh, hei Vic. Aku baik saja. Kepalaku hanya terasa sedikit pusing."

"Kurasa kau harus ke dokter sekarang."

"Aku tidak tahu, entahlah. Badanku terasa sangat lemas."

"Ayo! Aku antarkan kau ke rumah sakit sekarang juga."

"Apakah tidak merepotkanmu jika kau mengantarkanku?" Tanya Diana dengan polosnya.

Vicky yang gemas dengan sahabatnya itu, menarik hidung Diana dengan keras.

"Aw! Apa yang kau lakukan?" Ucap Diana merengek sambil mengusap-usap hidungnya yang mulai memerah saat ini.

"Kau itu bodoh! Bertanya apakah kau merepotkanku atau tidak? Kau itu sahabatku, mana mungkin aku tega membiarkan sesuatu terjadi padamu, bodoh! Ayo kuantarkan ke rumah sakit." Ucap Vicky sambil menarik tangan Diana.

"Tapi tidak usah menarik hidungku juga, sakit tahu!" Gerutu Diana. Vicky tidak menghiraukan Diana yang masih saja menggerutu karna hidungnya sepanjang jalan mereka menuju parkiran kampus tadi.

"Apa Jason tahu kau sedang sakit? Mengapa aku tak melihatnya denganmu siang ini?" Ucap Vicky sembari menjalankan mobilnya.

Diana menggelengkan kepalanya.

"Ck. Kau tidak mengabarinya?"

"Aku tidak ingin membuatnya khawatir."

"Oke, baiklah." Dengan begitu vicky diam dan tak berkomentar apa-apa.

Sedangkan Diana menatap ke luar jendela, pikirannya entah kemana. Perasaan aneh di hatinya tiba-tiba saja muncul. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Bukan hal baik, tetapi hal buruk. Perasaannya tidak enak.

**
Mereka tiba di rumah sakit terdekat dengan kampus mereka. Diana menunggu antrian untuk segera diperiksa dengan dokter. Dan Vicky dengan setia menunggu dan menemani sahabatnya itu.

"Ms. Diana Michelle." Panggil seorang suster.

"Ya?"

"Giliran Anda, Ms.."

"Oh, baiklah." Diana masuk ke ruangan dokter tersebut, sedangkan Vicky masih dengan setia menunggu Diana hingga selesai.

Sekitar 15 menit, Diana baru keluar dari ruangan dokter tersebut. "Bagaimana?" Tanya Vicky.

"Dokter bilang, aku hanya kelelahan, dan juga kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan membuat daya tahan tubuhku menurun. Tetapi aku sudah diberikan obat dan juga vitamin." Jelas Diana sambil menunjukkan resep obat kepada Vicky.

"Bagus sekali! Ayo, kita akan menebus obat dan aku akan mengantrkanmu ke supermarket. Kita akan membeli sayur-sayuran dan buah-buahan. Bila perlu satu truk. Biar sekalian kau menjadi vegetarian." Cerocos Vicky.

Diana tidak mengerti, mengapa sahabatnya ini bertambah cerewet. Apakah semakin bertambahnya usia maka Vicky akan semakin terdengar seperti ibu-ibu?

"Kau terlalu berlebihan. Apa-apaan kau ini?" Ucap Diana bingung.

"Diana, aku melakukan ini agar tidak terjadi sesuatu padamu. Dasar bodoh." Lagi-lagi Vicky menarik hidung Diana dengan gemas.

"Aw! Vickyyyy!" Jerit Diana. "Hidungku sakit, bodoh. Aku bisa jadi pinokio jika kau tarik terus menerus hidungku ini."

Vicky hanya tertawa melihat Diana jengkel karna ulahnya. Vicky begitu menyayangi sosok Diana. Diana terkadang bisa menjadi lebih dewasa darinya ibaratkan seorang kakak, namun Diana juga terkadang berlaku seperti anak kecil ibaratkan seorang adik bagi Vicky sendiri. Yang ia inginkan adalah, Diana baik-baik saja. Sebisa mungkin Vicky akan menjaga dan melindungi Diana. Mengingat gadis itu juga jauh dari kedua orang tuanya.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang