Part 5

4.1K 306 11
                                    

Keheninganlah yang menghinggapi mereka saat ini di dalam mobil Jason. Sejak Jason memberikan pernyataan bahwa ia akan mengantarkan Diana, Diana tidak bisa menolak. Karena sepertinya kata-kata Jason tidak bisa dibantah.
Ditambah, ia masih terkejut dengan Jason yang dengan mudahnya memegang tangannya itu. Tidak. Diana bukan menyukai Jason, tetapi Diana tidak biasa bersentuhan dengan laki-laki yang baru ia kenal.

Diana melihat ke luar jendela kaca mobil, memperhatikan jalanan Paris yang ramai dan teratur itu. Sebenarnya Diana sedikit mengintip dari kaca mobil, mengintip sedikit bagaimana ekspresi Jason. Hanya sedikit.

"Jadi, dimana kau tinggal?" tanya Jason membuka percakapan.

"24, Rue Dauphine. Apartemen Dauphine Immobilier Rive Gauche." Jawab Diana singkat.

"Baik."

Setelah itu, tidak ada percakapan lagi diantara keduanya. Seakan saling berkutat dengan pikirannya masing-masing.

Setengah jam perjalanan mereka, akhirnya sampai di apartemen Diana.

"Uhm.. Terima kasih, Jason. Harusnya kau tidak usaha repot-repot. Tapi, terima kasih." ucap Diana kikuk.

"Tidak masalah." Balas laki-laki itu kemudian keluar dari pintu kemudinya dan berjalan mengitari mobil, membukakan pintu mobil untuk Diana.

Sungguh, Diana merasa dia bisa melakukannya sendiri. Jason bahkan tidak perlu merepotkan dirinya sendiri.

Dengan ragu, Diana keluar dari mobil itu dan dengan cepat Jason menutupnya.

"Selamat malam." ucap Diana sekali lagi.

Jason membalasnya hanya dengan senyuman kecil yang dapat Diana katakan bahwa laki-laki itu terlihat sangat tampan. Diana merasa malu dengan pikirannya dan bergegas masuk ke dalam gedung apartemen itu.

**
Sebuah album foto berwarna biru itu tengah menjadi pergulatan batin bagi Diana. Ia bingung apakah ia harus membuangnya, membakarnya, atau menyimpannya di tempat terjauh.

Meskipun Diana patah hati, tapi Diana tetap tidak bisa membuang Nick dari hidupnya begitu saja. Di dalam album itu, banyak gambarnya berdua dengan Nick. Dengan kondisi apapun, dimanapun, dan bahkan dalam ekspresi apapun.

Belum lagi beberapa bunga-bunga mawar putih yang sudah layu dengan beberapa kartu ucapan masih terpajang indah di kamarnya. Ada gantungan kunci yang mereka beli saat jalan-jalan berdua ke Singapura untuk beberapa hari. Semuanya.

Entah mengapa, Diana merasa tidak perlu membuang itu semua. Entahlah, ia hanya tidak ingin.

Lalu dengan keputusan pasti, Diana menaruh semua barang-barang pemberian Nick serta segala sesuatu yang bersangkutan dengan laki-laki itu ke dalam sebuah box besar. Menatanya dengan rapih lalu membungkusnya. Dan disimpan di dalam lemari yang masih ada satu tempat cukup besar di dalam sana untuk menaruh barang.

Diana menjalankan tangannya ke bibir mungilnya, mengecupnya lalu meletakkan tangannya di box tersebut sambil memejamkan matanya.
Meskipun terasa sesak dan pedih, ia harus tetap melangkah maju dan meninggalkan Nick di belakang.

Melupakannya perlahan meski terasa begitu sulit.

**
Hari yang cerah, namun rasanya Diana sangat malas menggerakkan tubuhnya saat ini. Ia ingin berlama-lama di dalam kelas lalu tertidur di mejanya sampai sore. Tapi ternyata tubuhnya memerlukan lebih. Tenaganya harus diisi.

Saat ini Diana sedang memegang sebuah nampan berisikan sepiring roti lapis, kacang, telur serta susu untuk makan siangnya. Kantin tampak tidak menyisakan satupun tempat duduk.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang