Jason meraih Diana kedalam pelukannya. Memeluk Diana dengan erat seakan tak ingin melepaskan Diana selama-lamanya.

Diana tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang memperhatikan merek. Sudah lama Diana ingin berada diposisi seperti ini.

Rasanya Diana ingin waktu berhenti disini. Berhenti saat ini juga agar ia bisa merasakan pelukan Jason yang hangat dan nyaman untuk waktu yang lama.

"Aku merindukanmu, sayang." Bahkan suara Jason begitu merdu ditelinga Diana. Lembut seperti sutra dan indah seperti melodi.
Diana semakin mengeratkan pelukannya. Ia juga sangat merindukan Jason. Hingga rasanya tidak bisa bernafas satu haripun tanpanya.

Jason melerai pelukan mereka, ada rasa kecewa dan tidak rela di hati Diana ketika Jason melakukannya.

"Kau sakit apa?" Jason menatap Diana lekat-lekat, tangannya tak mau diam untuk selalu menyentuh wajah Diana seakan takut ada luka di wajah wanita yang ia cintai.

"Aku tidak apa-apa, Jason. Aku hanya sedikit kurang sehat." Jawab Diana memaksakan senyum. Apakah ini saat yang tepat untuk memberitahukannya tentang kehamilan Diana? Diana merasa tubuhnya berkeringat dan gugup.

"Jangan membuatku khawatir. Maafkan aku, Diana. Sudah satu minggu atau mungkin lebih aku tidak menanyakan kabarmu." Jason menatap Diana dengan nanar, pandangannya begitu lelah dan merasa tersiksa. Diana tidak mengerti apa arti dari tatapan itu. Ia benar-benar tidak tahu.

"Sudahlah, Jason. Aku--aku tidak mau membahasnya. Ngomong-ngomong, apa yang sedang kau lakukan disini?" Diana berusaha mengalihkan topik. Tentu saja ini bukan waktu yang tepat untuk membangkitkan luka itu. Ada hal lain yang menganggu pikiran Diana.

Jason hanya diam dan menggenggam tangan Diana dengan erat dan tanpa menjawab pertanyaan Diana, ia berkata, "kau mau pulang? Biar kuantarkan."

Diana menggeleng, "Tidak. Yang kutanyakan adalah, apa yang sedang kau lakukan disini?" Ulangnya.

Jason tertawa tetapi tawanya semacam dibuat-buat seperti menyembunyikan sesuatu dan mengalihkan sesuatu.

"Aku? Aku tidak sedang apa-apa." Entah kenapa wajah Jason berubah menjadi pucat. Ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Diana. Dan Diana tahu itu dari gelagat Jason yang aneh.

"Kau menjenguk temanmu? Di kamar itu? Atau kerabat?" Diana menunjuk pintu yang ada dibelakangnya. Jujur saja, ia penasaran sedang apa Jason disini. Diana yakin sekali Jason keluar dari ruangan itu tadi.

"Itu--hmm, hanya temanku. Iya, temanku." Diana mendelik curiga. Tingkah Jason benar-benar aneh. Dia seperti menyembunyikan sesuatu. Ada apa sebenarnya?

Diana mencoba sedikit mengintip dari jendela kaca yang tidak terlalu besar di pintu kamar itu, namun Jason seperti menutup-nutupinya. Jika itu hanya temannya, mengapa ia harus takut?

"Kau sedang apa?" Jason memegang bahu Diana dan mengalihkan tatapan Diana kepadanya.

"Tidak, aku hanya--" Tiba-tiba saja jantung Diana seakan berhenti. Seorang dokter permisi masuk ke dalam kamar. Dokter itu bersama dengan seorang suster maka pintunya terbuka sedikit lebar. Diana benar-benar merasa semuanya seperti mimpi. Ia merasa dipermainkan oleh waktu. Apakah ia sedang bermimpi? Ataukah ia mabuk? Mungkinkah ini pengaruh calon bayi di perutnya? Tidak, ini tidak mungkin! Diana tidak bisa percaya jika tidak melihatnya langsung.

"Diana kau mau kemana?" Jason menahan lengan Diana ketika Diana hendak ikut masuk ke dalam kamar itu.

"Biarkan aku melihat sebentar." Ucap Diana lirih. Ia tidak bisa menyembunyikan kegugupannya saat ini.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang