**
Setibanya mereka di supermarket, Diana dan Vicky mencari bahan-bahan yang mereka perlukan untuk keperluan Diana. Tak lupa, Vicky menyelipkan beberapa bahan untuk dimasak oleh Diana. "Ini untuk apa?" Tanya Diana polos.

Vicky memutar bola matanya, "Yang jelas untuk dimasak, bodoh."

"Hei! Berhenti memanggilku bodoh. Aku tahu, maksudku, bukankah kita hanya mencari buah-buahan dan sayur-sayuran."

Vicky memukul kepala Diana dengan satu ikat sayuran. "Kurasa otakmu memang sudah bergeser ke arah lain. Tidak mungkin kau hanya memakan makanan seperti itu. Dan kau pikir, aku tidak lapar setelah seharian menemanimu? Kau harus memasak untukku setelah ini."

"Urgh! Baiklah." Ucap Diana kesal. Entah apa yang terjadi padanya saat ini. Tetapi kadar kepintarannya sedikit berkurang, dia menjadi tidak fokus hari ini.

Ketika Diana dan Vicky sedang asik memilah dan memilih bahan-bahan keperluan untuk Diana, Diana melihat seseorang yang tengah berada tidak jauh dari mereka. Pandangan Diana sedikit terkecoh, karna begitu banyak orang yang berlalu lalang. Diana seperti merasa mengenal sosok tersebut. Namun sosok yang dilihatnya sedang memunggunginya, sedang mencari sesuatu di rak makanan.

"Aku akan melihat kesana." Ujar Diana. Vicky hanya menganggukkan kepalanya, dan berlalu mencari keperluan untuknya sendiri.

Perlahan Diana mendekati sosok itu, namun tiba-tiba saja ketika hendak menyapa sosok tersebut, seorang wanita datang dari arah samping kiri orang tersebut. "Kau menemukannya? Aku sudah mendapatkan apa yang kucari." Ujar wanita tersebut.

Lelaki itu menoleh pada wanita tersebut dan tersenyum. "Sudah." Jawabnya.

Yang dilihat Diana adalah sesuatu yang tak ingin dilihatnya. Lelaki yang mengenakan kaos oblong serta jeans-nya itu, lelaki yang begitu tampan dan manis yang selalu membayangi pikirannya, lelaki dengan mata hijaunya. Lelaki yang begitu ia rindukan. Tak lain adalah Jason. Namun, hatinya meluruh bersamaan dengan rasa sakit ketika melihat Jason bersama dengan wanita itu lagi.

Diana tak dapat bergerak, sekujur tubuhnya kaku, ia berusaha menahan air mata yang mendesak keluar ketika melihat wanita itu menggandeng lengan Jason. Ini benar-benar diluar dugaan Diana.

Jason yang merasa dirinya tengah diperhatikan oleh seseorang, seketika itu juga menoleh kebelakang. Dan apa yang dilihatnya benar-benar membuat Jason terkejut. Ekspresi Jason benar-benar terlihat seperti orang yang melihat hantu. Tidak. Ini lebih buruk dari hantu. Ia melihat Diana sedang menatapnya lekat-lekat, sorot mata Diana yang begitu sendu membuat Jason tahu apa akibat dari sorotan mata itu. Jason tidak dapat berkutik, ia pun ikut mematung tidak tahu haru berbuat apa. Mata Diana jatuh melihat kearah lengan Jason tengah digandeng oleh wanita itu. Sedangkan wanita yang berada disamping Jason, bingung memperhatikan keduanya, melihat Jason dan Diana secara bergantian.

"Jason?" Panggil wanita itu. Namun empunya nama tak menanggapi. Masih diam membisu. Wanita itu dapat merasakan sekujur tubuh Jason menegang.

"Jason? Kau baik saja?" Panggilnya lagi.

"Ah? Uhm-ya. A-aku tak apa." Ucap Jason namun tidak melepaskan pandangannya dari Diana.

"Kau mengenalnya?" Tanya wanita itu penasaran.

"Hm? Uhm--aku..."

Diana berbalik dan mencoba untuk meninggalkan Jason di belakangnya. Diana menunduk dan merasakan seseorang menahan pundaknya.

Diana mendongakkan kepalanya dan mendapati Vicky tengah menatapnya dengan sedih. Mata biru Diana yang telah berkaca-kaca, siap menyemburkan lahar cairan bening itu. "Diana.." Ucap Vicky. Vicky tidak akan menanyakan apa yang telah Diana lihat tadi, karna Vicky-pun tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika Vicky tidak menemukan apa yang ia inginkan di supermarket tadi, ia berencana untuk menemani Diana saja mencari-cari semua bahan-bahan itu. Tetapi ketika hendak mendekati Diana, Vicky melihat apa yang Diana lihat. Vicky marah sekaligus sedih melihat sahabatnya terluka sedemikian rupa.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang