Bab 32

842 80 1
                                    

Selamat membaca...




















































Suasana ruang kerja indah begitu tegang, yang dimana seorang gito tidak menyukai sifat bundanya.

"Kenapa diam bun? Kenapa tidak ada ketegasan dari seorang direktur untuk memberi teguran kepada karyawannya? Jangan buat gito yang turun tangan menegur mereka kalau bunda sendiri gak bertindak sedikit pun?" Ucap gito kembali memberi pertanyaan yang membuat indah tetap diam.

"Maaf bang, bunda bukan gak mau menegur mereka. Ini jadwal cuti mereka, jadi bunda menghargai itu semua." Ucap sang bunda.

"Bun, lebih pilih menghargai waktu cuti mereka daripada nyawa pasien yang diambang kematian? Dimana hati nurani kalian sebagai dokter? Sampai anak training kalian biarkan lolos untuk ikut jadi asisten dokter dalam ruang operasi?" Ucap gito yang sedikit melepaskan rasa kesalnya.

"Kalian membiarkan tim si gita ikut operasi, sedangkan gitanya gak kalian kasih keluar ruang rapat direksi. Lalu shani kalian biarkan pergi karena hanya dia dokter anestesi dan mami melody. Benar-benar kecewa abang lihat sikap bunda seperti ini. Gak nyangka aja abang sikap bunda lebih memilih menghargai waktu cuti karyawan sendiri, daripada menghargai nyawa pasien yang darurat. Hati kalian dimana sih hah? Bunda mau reputasi rumah sakit ini buruk hanya karena rasa menghargai bunda yang terlalu tinggi atas cutinya para dokter anestesi itu." Lanjut gito yang benar-benar kecewa melihat sikap bundanya.

Mendengar ucapan kekecewaan dari gito, mereka bertiga tak bisa menjawab apapun. Indah tahu kalau anaknya sudah bertindak pasti akan mengerikan.

"Terus tindakan apa yang akan bunda buat sama mereka?" Tanya indah berhati-hati.

"Pecat yang gak mau menghargai nyawa pasien." Ucap gito dengan wajah datarnya.

Indah, melody dan gita dibuat tercengang sama sikap tegas gito. Mereka gak menyangka kalau gito buat keputusan sepihak begitu.

"Gak gitu juga bang, gak main pecat-pecat karyawan sembarangan." Ucap indah.

"Bun, bunda kira gito gak tahu ke 5 dokter anestesi itu punya rekam jejak buruk. Gito tahu semua bun, walaupun gito hanya seorang prajurit militer. Tapi gito gak bodoh, gito terus memantau mereka. Gito hanya mau rumah sakit ini citranya gak buruk dimata masyarakat karena ulah 5 karyawan itu." Jelas gito semuanya.

"Benar kata gito bun, pecat aja mereka ber 5 ayah juga gak suka melihat mereka seenaknya yang kerja itu." Ucap gracio yang tiba-tiba sudah ada di dalam ruangan itu.

Mereka bertiga kaget, tidak dengan gito dia tahu kalau ayahnya sudah ada dibalik pintu ruangan kerja bundanya yang sedang menguping.

"Abanggg gitooo." Ucap kathrin langsung memeluk gito.

"Atin kangen sama abang." Ucap kathrin dipelukan gito.

Gito membalas pelukan adiknya itu, dia memeluk erat kathrin karena dia tahu adik bontotnya itu sangat rindu sama dia.

"Bunda pecat aja mereka, kalau masalah pengganti mereka banyak dokter yang berpotensi dan jauh lebih baik dari mereka." Ucap gracio yang meyakinkan indah.

"Terus, siapa yang akan menggantikan mereka?" Tanya indah bingung.

"Bukankah kalian punya sahabat lama. Tante veranda, tante beby, tante shanju, tante nabilah dan tante frieska. Kan mereka spesialis anestesi seperti mami melody. Mereka berada di 5 rumah sakit besar yang ada diberbagai negara." Ucap kathrin yang tiba-tiba lepas dari pelukan abangnya.

"Atin kok kenal sama kelima sahabat bunda?" Tanya indah heran.

"Tau dong, kan semua pernah diceritain sama papa ji. Kalau papa ji bilang bunda sama mami punya 5 sahabat seperti kak gita punya 5 sahabat lagi selain ci shani." Jelas kathrin semuanya.

Cinta Sang PrajuritOn viuen les histories. Descobreix ara