Bab 62

900 99 15
                                    

Selamat membaca..













































































































































Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya gito sadar tepat pukul 8 pagi.

Dia melihat ruangan putih yang dia tidak kenalin, dia merasa tadi malam dirinya ada di rumah dinasnya.

"Eeuuggghhh.." Gito mencoba mendudukkan badannya.

"Arrgghhh." Gito merasa pusing di kepalanya.

Gito melihat tangannya yang diinfus dan dia baru menyadari kalau dirinya sedang di rawat.

Gak lama gito terduduk, pintu kamar itu terbuka dan terlihat yang masuk shani dengan wajah yang tidak bisa dia artikan.

"C-ci s-shani." Gumam gito.

Tanpa ada aba-aba shani langsung berjalan memeluk gito, dia tiba-tiba menangis dipelukan gito.

"Cici kok nangis." Ucap gito heran.

"Gimana aku gak nangis, kamu pulang-pulang malah ngasih kabar masuk rumah sakit hiks hiks hiks." Jelas shani yang menangis dipelukannya.

"Maaf ya ci, aku gak bermaksud buat cici menangis." Ucap gito yang mengelus helai rambut shani.

"Yang penting kamu sudah siuman git." Ucap shani yang gak mau melepaskan pelukannya.

Beberapa menit shani masuk, ternyata sang bunda dan adik kembarannya juga ikutan masuk.

"Abangggg." Ucap gita yang lari memeluk gito dan shani.

Gita sama seperti shani malah nangis di pelukan gito.

"Ini juga kok ikutan nangis." Ucap gito bingung.

"Gimana gak nangis sih bang, orang kita dikasih kabar kamu masuk rumah sakit. Padahal baru kembali ke indonesia." Jelas indah yang mendekat ke gito.

Shani melepas pelukannya, tapi tidak dengan gita. Dia tetap memeluk kembarannya itu, karena di antara mereka berdua hanya gito yang sering sakit.

Sebenarnya saat gito sakit, gita juga merasakannya tapi hanya efek saja. Badan gita akan tiba-tiba demam kalau gito jatuh sakit.

"Dek badan kamu kok panas?" Tanya gito yang memegang kening gita.

Gita gak menjawab, dia hanya menggeleng kepalanya saja.

"Wajar itu bang, kamu sakit gini pasti gita merasakan efeknya. Badannya akan demam, seperti sekarang ini." Ucap indah memberi penjelasan ke gito.

"Maaf ya dek, abang yang sakit kamunya juga ikutan kena efeknya." Ucap gito mengelus rambut gita.

"Gak papa bang." Hanya itu jawaban yang gita keluarkan.

Sebenarnya gito tidak tega melihat adik kembarnya, tapi mau bagaimana lagi gito tidak bisa berbuat apapun.

Memang gak semua anak kembar akan merasakan sakit sama seperti kembarannya, tapi gitulah gita dia akan sakit walaupun hanya demam saja kalau gito mengalami sakit.

Mereka itu sebenarnya tidak bisa dipisahkan, tapi kali ini mimpi mereka berbeda. Gita menyelamatkan nyawa orang sakit, sedangkan gito melindungi negaranya.

Mereka berdua bisa disatukan karena mereka anak kembar, mimpi mereka juga sama yaitu saling melindungi. Cuma jalannya berbeda yang mereka ambil.

Pagi itu, gito hanya bisa membiarkan gita memeluk dirinya. Sedangkan indah dan shani hanya tersenyum bahagia melihat si kembar.

Cinta Sang PrajuritWhere stories live. Discover now