--58. Para Mama--

170 20 4
                                    

Yerina tertarik pasrah ketika sang mama memaksanya agar mau bertemu dengan teman lamanya semasa SMA. Mengadakan reuni kecil, karena ternyata anak mereka sama-sama ada di sekolah yang sama saat ini.


Yerina jadi curiga, jangan-jangan ia akan dijodohkan dengan si anak teman mama ini seperti dalam cerita yang sering ia baca dengan Deya. Tidak masalah sih, toh sekarang hubungannya dengan Mark Endaru merenggang gara-gara risoles mayo.


"Kamu yang anggun gitu loh Yer. Pasti anak teman mama ini ganteng, blasteran Kanada anaknya," Yerina memutar bola matanya malas, menatap mama yang masih sibuk memperbaiki penampilan di dalam mobil.

"Bapaknya orang Kanada?" tipis-tipis Yerina harus memancing Mama. Mengira-ira siapa si anak teman mama ini.

"Omanya yang orang Kanada. Tapi masih kebagian lah blasterannya," Mama menjawab singkat. "Inget ya, kamu harus keliatan anggun di depan tante Ina, beliau orangnya tenang nggak berisik kayak kamu,"

Gadis itu memundurkan diri tak terima. "Aku berisiknya ikut Mama ya?!" membuat sang Mama kini mendengus singkat menanggapi.

Yeri melengos, menatap jalanan yang agak ramai pagi ini. Rapat wali murid diadakan pukul 10.00 nanti, sementara jam sembilan ini mama sudah mengajaknya bertemu dengan teman lamanya. Pasti akan sangat membosankan jika dia harus berperilaku anggunly-- yang sangat tidak Yerina sekali.


Bisa saja ia berontak nantinya dan membuat teman mama ini ilfeel padanya. Tapi, jika si anak teman mama yang katanya ganteng ini ternyata beneran ganteng gimana?

Gadis itu mulai berpikir. Menjelajahi setiap jajaran cowok ganteng sekolah yang sekiranya mereka blasteran. Tidak banyak, tapi tidak sedikit pula--yang menyebabkan ia bisa sakit kepala.

Lalu, Yerina mulai mengingat lagi wajah-wajah agak Eropa dari teman-temannya di sekolah. Lalu satu nama muncul begitu saja. Kevin? Si cowok TSM 2 yang dikenal wajah Asia tapi keturunan Kanada?

Atau kakak kelas semacam Theo mungkin? Atau Justin?

Yerina mengulum bibirnya kegirangan sendiri. Sudah lama ia tidak membayangkan wajah-wajah ganteng selain Mark Endaru. Jadi, ketika Mama memanggilnya untuk kesekian kali, ia masih saja menuli.

"Yerina Mauryn? Mau turun atau Mama tinggal?" Gadis itu terkesiap. Mengerjap beberapa kali lantas membenarkan ikatan tali sepatu putihnya.

Ia segera keluar dari mobil menuju deretan kafe yang tak jauh dari sekolah. Ini lebih besar dari Onemis, jadi Yerina jarang datang kemari. Karena makanannya juga dikenal lebih mahal.

Mama memimpin jalan, kemudian berjalan menuju meja di serambi kiri yang lebih privat karena berada di bagian dalam. Yerina hanya mengikuti tanpa mengatakan apapun. Ia terus mengekor mama sembari memeriksa grup chat dari panitia festival yang ramai pagi-pagi begini.

Mereka berhenti, tapi Yeri tak jua menurunkan ponselnya. Membuat mama mencubit kecil lengannya dan menyadarkannya segera. Gadis itu menurut kini bergeser menempatkan diri di sebelah mama. Memperlihatkan wajahnya pada seorang perempuan paruh baya yang berdiri di seberang meja rendah itu.


"Loh--" suara perempuan itu berhenti mengudara. "--Yerina kan?"

Yerina tercekat. Ia ingin tenggelam dalam laut merah jika begini. Teman lama yang mama maksud itu pernah bertemu dengannya. Perempuan dengan dres putih dan rambut yang ditata rapi itu memang betulan anggun dan bertolak belakang dengannya. Sampai pernah ia mengatakan sesuatu tentang kebebasan memilih pendidikan pada sang putra.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now