--01. Perkara Hasduk--

837 80 11
                                    

[BAB ini sudah direvisi]
Happy reading and Happy kiyowo
Jangan lupa vote cerita ini dan Follow aku♥♥
.
.
.

Sekolah hari itu cukup ramai. Waktu menunjukkan pulul 06.53 WIB. Yang artinya hanya sekitar sepuluh menit sampai gerbang depan benar-benar ditutup. Penghuni SMK Techno sudah berjelal masuk lebih dulu demi menghindari hukuman setelah bel tanda masuk berbunyi.

Yerina berjalan tergesa dari parkiran. Masih dengan bibir meracau menyumpahi Jeje sialan. Karena cowok itu, Yeri si morning person jadi terlambat begini. Gadis mungil itu mengatur napas yang naik turun.

Jika saja ia bisa mengingat jika buku gambar tengah di kumpul oleh guru gambar teknik alih-alih percaya pada Jeje. Pasti dirinya sudah bebas makan di kantin ataupun keluyuran mencari teman.

Dengusan kasar kembali terdengar. Kini Yeri benar-benar berdiri di depan lobi sekolah. Mengibaskan sedikit rambut sebahunya yang agak lepek karena kemarin lupa keramas. Ia menarik napas panjang, berjalan tenang menuju deretan petugas osis pagi ini.

"Hasduknya mana?" seorang gadis dengan almamater biru navy mencegah Yeri yang mengangkat kedua alisnya. "Hasduknya pakai dulu,"

Yeri berdecak. Menepi ke pinggiran lobi untuk mencari hasduk miliknya. Awalnya Yeri masih sewot tak karuan. Mencari-cari di setiap inci tas ransel navy miliknya. Sampai akhirnya ia mengangkat wajah dan meneguk ludah merasa merana sendiri. Sialan!

Apa hari ini adalah hari lupa sedunia? Kenapa dari banyaknya penyakit yang Yeri miliki, si amnesia harus jatuh tempo hari ini? Why?

"Mati gue. Anjir Jeje sialan!" Yeri mendengus lagi.

Gadis mungil itu menggigit bibir. Dengan hati dongkol setengah mati berjalan meninggalkan area lobi sekolah. Menelusuri jalanan menuju gerbang hingga akhirnya menemukan Techno mart yang masih tertutup rapat. Tanda staf belum membuka mini market tersebut.

Baru hari ini Yeri merasa begitu nelangsa dengan hidupnya. Baru kali ini Yeri yang happy kiyowo harus menggelesor mengenaskan di depan mini market yang tertutup dengan harapan--ia bisa membeli salah satu hasduk di sana.

Apa ada orang yang bersuka rela maminjamkan hasduknya? Oh. Atau mungkin wearpack agar Yeri terbebas dari aturan mengenakan hasduk? Bahkan Yeri akan menerima wearpack yang belum dicuci berminggu-minggu.

Matanya melirik kemudian tak lama kembali berbinar seperti menemukan air di tengah gurun pasir. Gadis itu berdiri melambaikan tangan pada sosok yang kini menghampirinya dengan wajah datar.

"Arunika, cantik, lo bawa hasduk kan?" Arunika Nabilla--si teman sekelas lantas berhenti. Hanya untuk menunjuk tiga orang di area lobi.

"Dipake Yena tadi," jawab Nika dengan gaya teramat santai. Kembali melirik pada handphone di tangan. "Ayo masuk,"

"Bentar bentar," cegah Yeri yang teramat kecewa. Dia siap menerkam Yena nanti jika sampai di bengkel. "Gue gimana dong? Nggak bawa hasduk ini,"

Pada akhirnya Nika benar-benar menatap gadis di depannya. Menarik napas panjang sebelum dua orang lain mendekat.

"Wearpack lo kemana emang?" tanya Nika dengan tenang. "Pake wearpack aja kali, daripada susah pake hasduk segala,"

"Ho' hobi bener lu nyusahin diri sendiri," Yeri melengos. Agak melirik Dion yang berdecak karena waktu mereka justru habis mengurus Yeri yang begitu ribet.

"Kegedean tolong, malu gue pake wearpack. Tenggelam anjir,"

"Makanya tumbuh lo," Lukas menoyor kepala Yeri. "Ayok lah, nggak papa lo masuk juga,"

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Där berättelser lever. Upptäck nu