--24. Jepit Rambut Lucu--

235 44 13
                                    

Mendekati hari olimpiade, Mark makin tak pernah kelihatan. Cowok itu selalu saja ada di ruang guru. Di meja paling pojok samping kubikel miss Tiffany untuk mengerjakan berlembar-lembar latihan soal. Beberapa kamus bahasa Inggris ada juga di atas meja.



Lalu, ia juga agak berbeda dengan kacamata bulat minus yang jarang ia bawa ke sekolah. Tapi akhir-akhir ini, mungkin dirinya terlihat lebih cupu dengan ini.


Mark menyugar rambutnya yang agak panjang ke belakang. Ia harus pergi ke barber shop langganannya. Cowok itu meraih botol air mineral. Menenggak isinya yang hanya seperempat hingga habis.

Ketika ia berdiri untuk membuang botol bekasnya--seraya meregangkan ototnya yang kaku-- Mark tersentak sendiri. Hampir menabrak gadis mungil itu yang muncul tiba-tiba dengan beberapa tumpuk buku di tangannya.


"Mark, sudah finish semua?" lalu, suara miss Tiffany memecah fokusnya dari gadis itu yang masih diam saja.


"Eh-- iya Miss, saya mau buang sampah dulu sebelum lanjut yang Miss kasih di drive,"


Miss Tiffany mengangguk saja. Sebelum mulai berjalan masuk ke kubikelnya sendiri. Membiarkan dua anak didiknya justru hanya saling diam seperti tak saling mengenal sebelumnya. Membuat Mark menghela napas lantas memutuskan jadi yang pertama kali pergi.


Yeri melirik itu. Merotasikan bola matanya dengan malas--sebelum mengikuti miss Tiffany untuk meletakkan buku tugas di meja si guru bahasa Inggris.


"Oh iya Mark," suara miss Tiffany menghentikan Mark yang kini ada beberapa langkah sebelum berbelok ke pintu. Laki-laki itu lantas berbalik badan.



"Ini mumpung ada Yeri, kamu bahas gih buat agenda yang Liana usulin," Yeri mengernyitkan kening. Kenapa juga ia harus berurusan dengan club bahasa?


"Usulan apa?" tanya gadis mungil itu tanpa sadar jadi kepo.

Lalu, beberapa saat Mark datang. "Liana usulin proker gabungan sama Radio kemarin. Baru agenda sih,"


"Kok--gue nggak tau ya?"


"Liana udah diskusi katanya sama Boban," suara miss Tiffany membuat Yeri mendengus tanpa sadar.



Ia mengutuk Boban saat ini juga. Dasar ketua ekskul radio tak beradab. Harus berapa lama lagi ia berhadapan dengan sosok yang setengah mati ia hindari ini?


"Kan bisa sama Boban aja Miss.." Yeri meringis kecil. "Kenapa harus sama saya ya?"


Miss Tiffany yang kini sibuk membuka halaman buku di depannya lantas mendongak. Kacamatanya agak melorot, membuat guru muda itu melepasnya.


"Jadi gini Yer," guru itu menggeser duduknya. "Kamu bisa duduk dulu di sini--"

Yeri menarik napas panjang. Ia mendudukkan diri, tepat di kursi depan miss Tiffany. Sedangkan Mark ada di belakangnya untuk menyimak.


"Actually, it's not a big program. Cuma kayak sharing-sharing biar people know about the english club ini," guru itu memang biasa mencampur-campur bahasanya. Persis--seperti cowok yang ada di belakangnya.


"A.. Eung, nanti mungkin bisa di bicarakan ya Miss, sama Boban juga. Sekarang saya harus ke ruang radio," jelas gadis itu. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini.


Berdekatan dengan Mark Endaru bisa memicu kontradiksi dalam dirinya. Ia tidak bisa jika begitu. Maka setelah miss Tiffany mempersilakan--ia buru-buru bangkit dan pergi ke ruang radio. Karena memang jam sekolah sudah berakhir.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang