--10. Mark And His Think--

237 49 3
                                    

Mark baru saja keluar dari UKS. Tiba-tiba merasa pandangannya agak terganggu. Lalu, ia menggosok mata kanannya pelan. Yang tak lama, ia menemukan sehelai bulu mata menempel di jari tangannya. Membuat laki-laki itu perlahan menarik ujung bibir. Jadi teringat sosok mungil yang gemar menepuk tiap bulu matanya yang jatuh.

Mark berdeham pelan. Menoleh kanan kiri memastikan tak ada orang di sekelilingnya. Ia hanya melihat anak TKR tengah bermain basket setelah jam olahraga usai. Kemudian, ia menarik napas panjang. Meletakkan bulu mata di telapak tangan sebelum memejamkan mata berusaha fokus.

Memang tak tahu ia harus berdoa apa. Tapi kata Yeri, bulu mata ini bisa menyampaikan rindu.

Kok dia tiba-tiba degdegan gini?

Ia membuka mata lagi, masih tak menemukan tanda-tanda ada yang memperhatikan. Membuatnya langsung beraksi. Menepuk beberapa kali bulu matanya hingga jatuh--pada huruf ya tak ia ketahui karena lupa hitungan.

"Kalo dipikir-pikir, kok gue jadi ikutan aneh gini ya?" tanya laki itu pada dirinya sendiri. Kemudian bergerak menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Lantas, setelah terkekeh pelan menertawai kebodohannya, Mark mendongak. Matanya tepat menemukan Yerina yang tengah memakan roti lapis di koridor atas bersama Yena. Yang tak lama, gadis itu justru tersedak menemukannya.

Laki-laki itu menelengkan kepala dengan gaya santai. Hm. Apa doanya langsung terkabul?

Padahal dia tidak benar-benar berdoa ingin bertemu Yeri. Tapi, gadis itu justru sudah lebih dulu menemukan atensinya. Bahkan, mungkin saja melihatnya bertingkah menepuk bulu mata yang jatuh.

Mark hampir menarik ujung bibir dan melambai. Tapi Mina datang dan mengalihkan fokusnya dari Yeri.

"Ayo balik," cowok itu menipiskan bibir. Akhirnya menoleh pada gadis berpipi bulat itu.

"Udah baikan?" tanya Mark pada Mina yang baru saja keluar dari UKS dengan jaket hitam di tubuhnya.

"Hm.. Jam terakhir ini beneran kosong kan?"

Mark berdeham pelan menjawab. Menarik napas panjang melangkah beriringan dengan Mina. Meski pada akhirnya laki-laki itu menoleh sekali lagi--memastikan. Tapi lagi-lagi ia hanya dibuat mendengus karena gadis mungil itu justru sudah rusuh bersama Yena.

"Gue tiba-tiba pengen roti isi deh. Tadi liat Yena kayaknya enak banget," jika Mina sudah mulai membahas makanan, maka bisa dipastikan dalam beberapa menit gadis itu akan benar-benar sembuh.

"Nitip aja. Yunda di kantin," kata Mark membalas. Mengeluarkan benda pipih dari saku celana sebelum mulai berkutat di sana. "Jangan sama cola,"

Mina berdecak, bibirnya mencebik sebal karena tak bisa menuruti keinginannya. Lalu, ia menoleh pada cowok itu, mendengus kemudian sebelum akhirnya pasrah.

"Teh anget," pada akhirnya, Mina tak bisa memilih. Ia tersenyum kecut membayangkan roti isi tanpa minuman dingin. Bukankah ini hambar sekali? "Nggak banget deh. Es teh aja ya, boleh?"

"Na.." Mark berdecak lagi. "Nggak. Udah air putih aja," katanya final membuat Mina tambah melengos malas.

Kadang, Mina merasa Mark ini betulan mirip bapak-bapak. Bagaimana tingkahnya yang melarang ini itu. Termasuk mengonsumsi es setelah dirinya tadi muntah dan tidur beberapa jam di UKS. Emangnya salah es tuh apa sih?

Mark masih berjalan menyusuri koridor bersama Mina. Menuju kelasnya yang ada di sisi lobi. Sesekali menoleh ke gedung seberang, dimana gadis mungil itu masih saja sibuk berceloteh dengan Yena.

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now