--47. Gfriend VS Ex--

242 29 7
                                    

Kafetaria hari ini betulan penuh. Jam hampir menunjukan pukul 11. Dimana pergantian sift bengkel akan dilakukan oleh anak-anak kelas 12 yang tengah mempersiapkan praktek ujian mereka untuk tahun depan. Banyak anak-anak kelas 12 yang memilih ngadem di kafetaria sebelum mulai masuk ke bengkel untuk sift kedua.

Di sudut bagian dalam, Yerina tengah menyeruput cappucino cincau miliknya bersama Praja-- yang masih saja mengenai sosis-- cowok itu membuka bungkus kedua setelah yang Pertama sudah tandas. Sedangkan yang lain juga sibuk dengan mulut penuh mereka.


Seolah tak peduli mereka betulan pergi berdua puluh, hal yang membuat Doni hanya bisa menghela napas panjang sekali lagi memandangi teman-temannya yang kalap. Hafiz yang ada di sampingnya hanya tertawa, tanpa kata mengulurkan chiken teriyaki di piringnya ke depan mulut cowok itu.

"Persiapan. Sebelum tante Acha ngomel ngomel," lalu, cowok kalem itu tertawa keras setelah Doni benar-benar menyambar makanannya.

"Acha nggak bakal ngomel. Noh, anak kesayangannya asik makan Sosis di pojokan," tiba-tiba Lukas menyeletuk, memperhatikan Praja-- si anak kesayangan bu Acha.

Dimana kini Praja terus menerus meneguk lemon tea miliknya. Membuat Yerina yang ada di sisinya jadi memutar kedua bola matanya jengah. Bocah ini-- memang makin hari makin menjadi-jadi. Bahkan sepertinya ia tengah berlomba-lomba dengan Januar Chaniago si konten kreator dibidang makanan-- atau entahlah apa itu namanya. Yang tengah menyimpan go pro di atas meja bersama dengan Arunika.

Yerina meraih ponselnya, agak mendelik sebab sudah tiga puluh menit ia duduk di tempat ini dan Aldoni belum juga berkoar-koar untuk segera kembali ke kelas. Sebagai manusia yang memperhatikan nilainya dengan baik--meski bolos masih ada di urutan teratas-- Yerina jelas khawatir. Ini kalau pak Jidan menggeret mereka semua ke tengah lapangan mau jadi apa dirinya ini?

"Ini lumayan nih, tiga jam si Teya nggak ada--" Lukas yang awalnya ada di bagian paling luar ikut duduk di pojokan bersama Yerina dan Deya. "Jam terakhir Joko nggak bakal dapet banyak Job. Paling efektif sejam doang,"

Yerina jelas mencium bau-bau tai khas Gasendra Lukas.

Dion menjentikkan jari merasa si boss besar memang benar. "Kenapa nggak trabas aja sekalian si Joko nggak usah masuk? Penting juga kagak. Si Joko paling cuma kasih fotocopy buku paket doangan kan?"

Yena dan Deya sudah saling lirik. Sedangkan Yerina benar-benar masih dalam kesadarannya yang hampir seratus persen. Sementara Faujin jelas mengangguk setuju.

Guru sejarah itu memang hobi kasih fotocopy saja. Tanpa ada pembahasan materi mendalam. Untuk otak yang jarang diasah seperti dirinya ini tidak ada gunanya. Maka, Faujin mengangguk mantap.

"Bener, si Joko emang nggak berguna materinya,"

"Bentar! Gue mau kasih tau bapake dulu," cowok gingsul itu berlari ke meja Doni. Berdiskusi di sana dengan nada nyolot-nyolotan. Sampai akhirnya Yeri bisa melihat Doni melambaikan bendera putih.

Cowok jangkung itu lantas beridiri dari duduknya setelah mengirimkan bubble chat di grup kelas mereka yang biasa aktif di malam hari--biasanya di dominasi oleh celotehan tidak jelas Faujin, Janu, dan Yuvin.

Kembali pada suasana kafetaria yang mendadak hening, Yerina ikut berdiri. Ia berjalan ke arah kasir untuk memesan minuman untuk kali kedua. Sembari menunggu lemon tea miliknya siap, teman-temannya sudah keluar teratur tanpa membuat kegaduhan. Tumben.

Yerina ditemani Syena Marinka, yang sama-sama tengah memesan alpukat kocok. "Mau minggat kemana kira-kira nih bocah pada?" si kuncir ekor kuda itu menerawang dinding transparan kafetaria. Memperhatikan teman-temannya yang keluar satu per satu.

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now