--48. Kacau--

169 30 7
                                    

Yerina merapatkan bibir. Ia menarik napas panjang lalu tersenyum lebar sekali lagi. Pada sosok Arinda yang masih berdiri di depannya.

"Lo, beneran udah pacaran sama Mark ya?" untuk kesekian kali, pertanyaan itu keluar dari bibir Arinda. Dan harus berapa kali Yeri menjawabnya?

"Oh.. Gue kira, waktu itu Mark cuma bohongan,"

Waah! Sumpah!

"Lo sita waktu gue cuma buat tanya apakah gue beneran sama Mark? Ya," Yeri melengos sesaat. "Gue beneran sama Mark,"

Arinda mengerjap beberapa kali. Jarinya saling bertaut, dengan wajah mulai tak nyaman. Ia memang hanya akan bertanya mengenai itu, tak ada hal lain yang ingin ia katakan selanjutnya.

"Oh.." gadis cantik itu mengulum bibir. "Baik-baik ya sama Mark, jadwal dia padat banget jadi--"

"Semua orang tau itu, Arinda. Mark Endaru dan segala macam kesibukannya," Yeri menghela napas panjang. "Gue emang baru jadian sama Mark, tapi bukan berarti gue nggak kenal sama cowok gue sendiri,"


Gadis mungil itu hampir--meledak. Tapi jika ia perlakukan Arinda seperti beberapa bocah yang menggosipkan Abimanyu dan Yena-- ia akan viral dan jadi bulan-bulanan. Menyerang si pengurus osis cantik Arinda Kanza.

Mana ada yang akan membelanya? Hampir semua orang menyukai gadis yang cantik.


"Padahal waktu itu Mark bilang sama gue, kalo lo lucu dan mirip sama sepupunya dia--jadi.."

Yeri makin menajamkan matanya. Kedua alisnya hampir bersatu dengan gigi merapat. Menahan diri.

"Thank you Arinda. Lo mau dengerin bacotannya anak satu itu. Gue emang selalu kiyowo overload gini sih,"

Yerina akhirnya melengos lagi, melirik sembilan belas temannya yang bersembunyi di balik tembok perpustakaan. Mereka harusnya sudah pergi, tapi kenapa malah jadi saksi mirisnya perjalanan cinta Yerina ini?

"Gue mau ingetin aja," Arin menarik napas panjang. "Kalau gue sama Mark berakhir baik-baik, gue nggak musuhan sama dia sampai sekarang. Bahkan dia masih suka bantuin gue,"


Gadis cantik berwajah kalem itu tersenyum lebar. "Gue nggak mau ganggu hubungan kalian. Gimana pun gue sama Mark ada di organisasi yang sama. Susah buat menghindar dari dia,"


"Kenapa dulu lo malah bertahan di osis kalo akhirnya lo masih suka Mark? Rin, mungkin dulu lo oke aja karena ngerasa Mark bakalan terus nunggu sampai kalian demisioner,"

Gadis mungil itu meneguk salivanya sekilas. "Tapi perasaan orang nggak ada yang tau,"

"Dan gue kenal Mark juga bukan baru-baru ini. Jadi jangan anggap gue merusak rencana balikan kalian. Semua orang bisa berubah kan? Jangan naif anggap Mark nggak bisa suka cewek selain elo,"


Sebenarnya ada sesak yang sedari tadi ia tahan. Tapi setelah semua ucapannya usai, Yeri justru merasa makin menyesal, meski sesak itu hilang. Dadanya sakit bukan main.


Ia jadi bertanya-tanya, kenapa ia justru jadi lemah begini sih?


Kemana hilangnya macan biskuat yang terpendam dalam dirinya itu?


"Gue tau Mark susah melupakan sesuatu di masa lalunya," Arinda menjawab lagi.


Yeri betulan lelah. Tak tahu berhadapan dengan Arinda lebih melelahkan dari menghajar tiga gadis beberapa bulan lalu. Ketika ia hampir melangkah pergi, suara langkah cepat membuatnya menoleh kaget.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now