--18. Gas Puoll--

210 46 0
                                    

Yeri berjengit kaget karena setibanya di halaman depan rumah, ia justru menemukan Mark Endaru siap dengan motor matic miliknya. Lantas, gadis itu menahan napas beberapa detik. Memperhatikan cowok itu yang masih belum menyadari kehadirannya.

Kalau dilihat-lihat Mark memang punya pesona tersendiri. Dia memang tidak setampan kak Theo si ketua OSIS tahun lalu. Tapi, wibawa yang ia bawa memang agak serupa dengan kak Theo. Tidak heran sih jika mereka adalah saudara sepupu.

Oke. Kembali pada Mark Endaru yang fokus memperhatikan ponselnya dengan tenang. Membawa aura adem yang menenangkan untuk hati Yerina yang sejak kemarin memang gundah gulana. Jujur saja! Ia takut dapat panggilan dari pak Jidan.

Yeri lama melamun, sampai tak sadar cowok itu ternyata menemukan atensinya. "Eh Yer! Morning!"

Gadis mungil itu mengerjap kecil tersadar. Lantas menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman lebar. "Oyy.. Morning Mark,"

Mark agak terbahak. Kini mengangsurkan helm warna abu milik gadis itu. "Mau berangkat sekarang?"


Yeri agak menoleh ke belakang. Dimana ia bisa melihat Yira yang rusuh mencari sebelah sepatunya--yang sengaja Yeri lempar di dekat kursi teras. Takut bocah itu akan memergokinya pergi dengan Mark.


"Ya. Sekarang aja," katanya kemudian langsung meraih helm. Memakainya asal sebelum Mark justru menahan puncak helmnya.

Cowok itu berdecak. Meraih tali di bawah helm lalu memperhatikan area dagu Yeri agak lama. Membuat gadis itu sampai menahan napas beberapa detik. Merasakan Mark tak jua selesai dengan pekerjaannya.

"Udah belum sih?!" tanyanya agak kesal. Yang justru, Mark kini balas menggerutu lirih.

Pada beberapa detik terakhir, Mark selesai.

"Pake yang bener," kemudian menepuk pelan puncak helm Yeri dengan senyum tipisnya. Membuat gadis itu agak mencibir. Juga merona.

Gadis itu segera duduk di boncengan motor maticnya. Masih dengan pipi yang merona merah. Meski kemudian ia harus dikacaukan dengan suara cempreng Yira di depan pintu rumah.

"BUN! TETEH SAMA COWOK LAGI!"


Mark agak menegak dalam duduknya. Tapi tak lama ia bisa merasakan tepukan yang makin kencang di bahu kirinya. "Buruan Mark! Buruan ih!"

"Iya iya, astagaa.." Mark segera menarik gas di tangan kanannya. Menuruti gadis itu yang kini mencebik di belakangnya.

Mark agak melirik spion ketika berhenti di lampu merah. Melirik  kedua pipi gadis itu yang merona kemerahan seperti persik. Bibirnya yang bulat kini bergerak-gerak entah gadis itu tengah mengomel apa di belakang.

"Yer," panggilan itu menarik atensi Yeri yang mulanya ikut menghitung mundur lampu lalu lintas.

"Apa?"

Mark menimang agak lama. Berdeham pelan sebelum meyakinkan dirinya sendiri.


"Besok nggak usah bawa motor ya?" Mark bisa melihat dengan jelas kernyitan di kening gadis itu makin dalam. "Biar gue aja yang jemput sama anter pulang,"

Tak ada jawaban apapun. Yeri justru diam seolah jiwanya baru saja dicabut oleh sang Izrail. Lalu melayang-layang di udara.


"Nggak pa-pa, kan?"

"H--Hah?"

Mata bulat itu itu lagi-lagi mengerjap cepat. Mungkin jiwanya baru saja kembali. Membuat Mark terkekeh kecil kembali melajukan motor matic Yeri.

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now