--14. Antara Hujan Dan DOI--

197 50 6
                                    

Cuaca sudah mendung sedari pagi. Maka, tak heran jika siang ini hujan turun lebat. Padahal, Mark memiliki jadwal yang tak padat. Ia bisa saja langsung pulang karena belum ada agenda osis dalam waktu dekat selain festival akhir tahun.

Cowok itu menghela napas panjang di depan lobi sekolah. Memandangi hujan yang membasahi block paving depan. Kemudian ia melengos, jika hujannya begini-- lebih baik ia kembali ke ruang osis.

Ia terpaku beberapa detik ketika menemukan gadis mungil itu berjalan dari sisi lain. Bersama beberapa teman sekelasnya di TKR. Membuat Mark mengatupkan bibir sepenuhnya.

Yeri yang ada dua meter darinya pun menyadari. Mark Endaru ada di sana. Tengah menatapnya yang berjalan bersamaan dengan Yuvin, Barra, Lingga juga Doni si ketua kelas. Ia meneguk ludah, misinya beberapa hari ini memang menjauh dari Mark.

Jadi, tak ada salahnya jika kini ia justru merapat bersembunyi di sisi tubuh Yuvin yang jangkung. Melengos tak ingin bertemu pandang dengan cowok club bahasa Inggris itu.

Pada akhirnya, keduanya memang hanya saling diam di lobi. Yeri yang memilih menepi karena bocah-bocah ini tak ingin hujan-hujanan saat ini. Membuatnya memang harus berada di satu tempat yang sama dengan Mark.

"Yer," Yeri menoleh pada Yuvin di sampingnya. Membuatnya jelas harus mendongak karena jarak tingginya terlampau jauh.

"Apa?" balas gadis itu memicing.

"Lo tau persamaan hujan dan Sakura nggak?" lagi-lagi gadis itu dibuat memicing sampai akhirnya mendengus menanggapi Yuvin.

"Sakura yang mana nih? Iz*one? Bininya Naruto? Apa yang mana?" jelas Yeri harus menyerocos. Pembahasan Yuvin tiap hari kalau bukan girl band Korea ya Naruto.

"Bukan euy," tiba-tiba Yeri merasa merinding melihat Yuvin tersipu di sampingnya. Mengusap belakang kepala sekilas dengan senyum tertahannya. "Sakura yang kelasnya Haikal,"

"Anjir," Yuvin mendelik ketika Yeri justru mengumpat.

"Ngapain lo ngatain gue anjir," Yeri menghela napas lelah. Ia melengos karena betulan tidak ingin menanggapi temannya ini.

Lagian, Sakura kelasnya Ecan itu kan primadona sekolah. Yang deketin aja bukan cuma dari sekolah ini. Sampai sekolah depan kadang datang ke sekolah mereka hanya untuk melihat Sakura.

Untuk modelan Yuvino Aradhana Putra, Sakura jelas ada di level yang tinggi. Artinya, Yuvin memang harus menata hatinya untuk segera mundur. Sama seperti kini, dimana orang yang mereka bicarakan justru hadir di lobi.

Yamashita Sakura berjalan sendiri di koridor. Sebelum benar-benar tiba di lobi. Membuat teman-teman Yeri yang memenuhi tempat itu jadi menoleh refleks. Terutama si Yuvin ini.

Yeri menipiskan bibir. Melihat sendiri bagaimana Sakura masih percaya diri meski ditatap banyak orang. Bagaimana nayanika gadis itu yang bening jadi berbinar ketika menemukan cowok itu hanya berdiri sendirian di sisi lobi bagian kiri.

Yeri memperhatikan itu lama. Sebelum akhirnya melengos karena Sakura benar-benar berdiri di sisi Mark dengan sisa tawanya. Hm, enak sekali ya gadis itu.




Sedangkan Mark justru melirik Yeri beberapa kali. Membuat Sakura yang memang peka langsung mengerti.

"Kalau suka, deketin aja kali Mark," ucap gadis itu dengan lirih. "Toh si Arin udah lepas dari elo. Tunggu siapa lagi sih?"

Mark berdecak. Melirik sinis pada gadis cantik berambut sebahu itu. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya melengos lagi.

"Apaan sih lo," Kini, justru Sakura yang berdecak sinis. Ingin sekali ia geplak kepala ketua kelasnya ini.

"Anjir. Cewek jangan ditarik ulur melulu," kata Sakura mengomentari sekali lagi. Membuat Mark kini justru diam bergeming di tempat.

Sampai beberapa menit kemudian mereka mendengar derap langkah. Sebelum akhirnya gadis berpipi cubby muncul dengan gadis jangkung di sebelahnya.

"Lo dari mana aja sih Na? Udah dicariin bapak lo nih," Mark mendelik. Sebelum akhirnya justru menahan napas secara tak sengaja bertemu tatap dengan gadis mungil itu yang menatapnya tanpa ekspresi.

Mina hanya meringis lebar. Mengangkat kantung di tangannya. Dimana ada beberapa makanan yang ia beli bersama Yesha sebelum hujan.

"Ujan gini tuh enaknya makan. Biar nggak mati kedinginan," gadis itu langsung menyodorkan kantungnya, menawari teman-temannya yang hanya menggeleng menolak. Membuatnya mengedikkan bahu lalu memasukkan kantung ke dalam tas.

"Pake jaket gue," mata sipit Mina melebar. Ia langsung tersenyum merekah mengambil alih jaket hijau army milik Mark. Memakainya dengan suka cita meski ia tak benar-benar kedinginan.

Beberapa meter di sebelah kanan, gadis mungil itu mendengus kecil. Melengos memandangi hujan yang masih turun lebat. Ia menoleh pada teman-temannya yang santai saja berkutat dengan ponsel mereka. Justru memilih mabar di lobi, yang mana signal wifi lebih kuat.

Gadis itu menarik napas panjang sekali lagi. Hidungnya sudah berair dan mungkin saja ia akan flu jika tetap memaksakan diri.

"Don, gue mau pulang sekarang ya? Udah dicariin," katanya berpamitan pada Doni--satu satunya yang tak ikut dalam pertarungan online itu.

"Masih lebat gini Yer," Doni mengerutkan kening. Memandangi Yeri dan hujan bergantian. "Pulang bareng gue aja,"

"Gue bawa motor kali Don.." katanya sudah memohon. Lalu, detik berikutnya ia mendengar hela napas panjang si ketua kelas.

Doni melepaskan hoodie coklat yang melekat di tubuhnya. "Pake hoodie gue," menyerahkan itu pada Yeri yang diam bergeming. "Nanti lo masuk angin,"

Yeri mengerjap kecil. Ia jelas tidak mengharapkan dipinjami hoodie oleh Doni. Yang ia harapkan adalah segera pergi dari lobi alih-alih terus berada di satu tempat dengan Mark Endaru.

"Lo gimana?"

"Gampang lah gue ada mantel. Lo pake aja," Doni tersenyum cerah. Mendorong hoodie miliknya agar segera diterima gadis itu.

Gadis mungil itu agak melirik. Tak menemukan Mark menatapnya, membuatnya mengangguk kecil setuju. Mengenakan hoodie coklat milik si ketua kelas. Membuatnya tenggelam karena ukuran oversize ini.

Yeri berdeham. "Gue pulang duluan ya," katanya berpamitan pada yang lain. Sebelum akhirnya Yuvin berdiri dari posisi jongkoknya.

Laki-laki jangkung itu mengeratkan jaket bombernya. Mengambil posisi di sebelah Yeri. Ia menghela napas panjang. "Gue kalah gara-gara nggak fokus sama kecantikan Sakura,"

"Ampas lo!" Yeri berdecih. Meninju lengan Yuvin yang kemudian tergelak di ambang lobi. "Dahlah. Gue mau pulang duluan,"

Gadis itu mengeratkan ranselnya bersiap menembus hujan siang ini. Tapi, ia harus tertarik lagi ketika Yuvin menahan belakang tudung hoodie nya. Terkekeh sekilas kemudian membenarkan tudung hoodie yang tak Yeri kenakan sebelumnya.

"Pake yang bener," tangan besarnya menarik ujung tudung. Membenarkan rambut Yeri yang agak menutup wajahnya. Kemudian, menepuk puncak kepala Yeri sebagai akhir dari kegiatannya mengasuh gadis itu.

"Dah. Kita Let's kill this love," laki-laki itu berlari duluan, membuat Yeri segera mengejarnya untuk ke parkiran bersama.

Tertawa di tengah hujan. Mengabaikan cowok TAV yang kini diam bergeming menatap kepergian mereka dengan hela napas panjang.


🍉🍉Fur Eye🍦🍦

Cuaca sekarang makin dingin, jangan lupa jaga kesehatan ya!

Terimakasih yang sudah mampir. Apalagi yang kasih bintang kejora💚

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang