--13. Ketularan--

209 45 5
                                    

Mark mengacak rambutnya. Akreditasi, osis dan lomba bahasa. Semua ada di kepalanya.

Ia harus memastikan kelasnya selalu bersih. Tak ada yang absen dan membuat masalah, memastikan semuanya dalam keadaan sangat baik. Meski, kelas yang rusuh memang tak pernah bisa dihindari. Terlebih, si wakil ketua kelas kadang kumat gilanya.

Mark baru pulang jam lima sore setelah mengerjakan soal latihan bersama miss Tiffany di sekolah. Kemudian ke ruang osis untuk melepas penat dan naasnya bertemu Elsa, Hasan dan Alan. Yang nyatanya ketiga tokoh itu tengah berdebat ramai. Malah membuat kepalanya makin pening.

Cowok itu menghela napas berat. Pada akhirnya menutup buku Fisika dan berjalan menuju ranjangnya untuk merebahkan diri.

Ia sangat lelah. Mengurus tiga hal bersamaan membuatnya jadi orang sibuk. Bahkan membuat seseorang memilih mengakhiri semuanya, meski ada alasan lain yang lebih penting.

Tapi, laki-laki itu tak pernah mengatakan bahwa ia lelah. Sekesal apapun ia pada kelasnya, nyatanya tak pernah terucap kalimat, "Gue capek, bisa gak kalian nurut?"

Mark hanya menyimpan kalimat itu sendiri. Dia tak seegois itu untuk sekedar dimengerti.

Mark menghela napas panjang. Pernah berpikir akan melepas salah satu dari ketiganya. Yang berakhir tak pernah ia lakukan sama sekali. Berat rasanya untuk melepaskan apa yang tengah ia perjuangkan. Anggaplah Mark lebay, tapi memang begitu kenyataannya.

Ia tak mungkin melepas kelas begitu saja, sebagai salah satu yang di tuakan, apalagi memang tak ada yang mau. Membuatnya jadi pilar utama kelas sejak kelas 10.

Ia sempat berpikir mundur dari olimpiade, tapi hanya hal itu satu-satunya yang bisa ia banggakan.

Mark juga pernah berpikir akan mundur dari kepengurusan osis. Yang berakhir kak Theo membujuknya habis-habiskan. Membuat Mark memutuskan untuk tak maju dalam pencalonan dan menjadi ketua divisi biasa.

Tapi tetap saja, tanggung jawabnya sama besar untuk membantu si ketua dalam program kerja. Ia benar-benar maniak organisasi sejak SMP.

Lamunannya seketika buyar ketika Mark mulai memikirkan gadis mungil itu. Yang sekitar satu bulan ini mulai dekat. Hanya dekat saja, tak ada kata pdkt atau sepik. Dia hanya berusaha berteman. Tapi, entah mengapa akhir-akhir ini gadis itu justru menghindar.

Kentara sekali Yerina lebih sering nongkrong di TKJ alih-alih di depan kelasnya seperti biasa. Bahkan yang membuat Mark makin yakin adalah-- ketika gadis itu langsung pergi saat ia datang. Padahal, Mark sudah mendengar bagaimana perdebatan sengit keduanya.

Apa Mark menakutkan hingga gadis itu menghindar?

Mark mengubah posisi jadi duduk bersandar. Entah kenapa jadi ingat kata-kata unik dari gadis itu. Fur Eye, Fur bulu dan Eye mata. Artinya bulu mata.

Ia terkekeh sendiri dengan bodoh. Kemudian ingat kalimat lainnya. "Kita bisa panggil namanya tiga kali biar dia mendapat balasan,"

Mungkin konsep mengirimkan sinyal juga sama. Jadi, cowok itu akan melakukan hal yang sama.

Mark berdeham dan duduk tegak sempurna. Seperti duduk di depan presiden Indonesia, atau setidaknya pak Suryo--kepala sekolahnya. Dan entah kenapa ia jadi gugup sendiri.

Cowok itu mulai mengepalkan tangan dan menyebut nama gadis itu dalam hati. Yerina Mauryn. Tiga kali.

Mark membuka mata dan mengerjap. Yang lama kelamaan merasa bodoh sendiri. Bisa-bisanya dia juga percaya pada mitos aneh yang dikenalkan Yeri padanya. Ia sadar akan hal itu.

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now