--21. Mundur--

224 39 5
                                    

Mark berdeham pelan ketika motor merahnya berhenti tepat di depan pagar hitam sedada di depannya. Matanya bisa langsung melihat sebuah motor vespa biru di garasi yang tak tertutup itu. Sementara pajero hitam yang biasanya terparkir kini tidak ada. Ia menipiskan bibir dengan bahu menurun.

Lantas, menatap lama room chat dengan gadis itu. Yang mana kini ia benar-benar tidak bisa melihat foto profil yang biasanya terpampang di sebelah nama kontak Yerina.


Sefatal itukah kesalahannya?

Cowok itu mengeratkan jaket hitam di tubuhnya. Beberapa hari ini cuaca memang sering berubah drastis. Dan malam ini, ia merasakan angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambutnya beberapa kali.

Mark memandangi kontak gadis itu lama. Sebelum akhirnya menekan ikon panggil dan menemukan dengung panjang tak terbalas. Membuatnya mungkin saja memang harus tahu diri.

Sebenarnya, ia memang mengaku salah. Saat Arinda mengirim pesan padanya, ia memang tidak membuka sama sekali. Lalu, ketika gadis yang menyandang status sebagai 'mantan' itu meneleponnya. Mark justru langsung mengangkatnya. Seperti biasa.

Ada keinginan menolak. Apalagi, ia jelas-jelas sedang ditunggu untuk rapat koordinasi dengan pihak kesiswaan dan osis. Namun, entah mengapa--apapun yang berasal dari Arinda memang tak bisa diabaikan begitu saja.

Jadi, tanpa berpikir lama ia benar-benar pergi. Menyusul Arin yang kala itu meminta agar dijemput di tempat yang tak jauh dari tempatnya pkl karena ojol yang ditumpangi pecah ban. Ia benar-benar lupa akan sesuatu. Seorang Arinda memang selalu berhasil membuat Mark lupa. Bahwa mereka bahkan tidak bisa bersama lagi sebelum waktu yang ditentukan tiba.

"I'm going crazy," ujarnya sembari mengacak rambutnya yang dipotong rapi sesuai aturan sekolah.

Laki-laki berjaket hitam itu bergerak mundur. Menjauh dari gerbang di depannya sebelum sekali lagi menoleh ke arah kamar sebelah kanan di lantai dua. Ia berkedip lemah, berbalik mengambil plastik warna putih dari stang motornya. Menggantung plastik itu pada gagang pintu gerbang sebelum berujar lirih.

"Semoga lo bisa nemuin ini,"

🍉🍉Fur Eye🍦🍦

Lampu kamarnya kini agak redup. Ia telah mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tumblr warna kemuning. Membiarkan lampu-lampu itu menyala bergantian dengan ritme lambat. Membuatnya yang kini tengah merebahkan diri jadi agak tenang.

James masih di rumahnya. Bahkan cowok itu juga mengajak sepupu Yeri untuk menginap dan mereka tengah mabar di ruang tengah.

Gadis itu sudah selesai dengan skincare rutin miliknya. Bersiap menutup mata meski kepalanya justru lebih berisik daripada jalanan depan. Ia bergoler lagi. Menatap handphone yang sedari sore sengaja ia matikan.

Lantas, ia membenarkan posisi bantal sebelum mulai mengaktifkan kembali handphone miliknya. Memandangi aplikasi whatsapp agak lama. Sebelum benar-benar menekan ikon dengan logo hijau itu. Untuk melihat berapa banyak orang-orang yang mencarinya.

Grup kelas tumben sekali sedang ramai. Tapi Yeri tidak dalam kondisi baik untuk meladeni teman-temannya itu. Jadi, ia beralih pada grup dengan lima member total.


'Ecan chance group name to -- Ecan Karin goes to bollywood'

Njun : jadi ya, kita nggak bakal tau kalo Karina aja nggak pernah anggap lo ada

Njun : mundur aja deh Can

Ecan : weiss.. Nggak bakal

Ecan : pokoknya gue bakal pantang mundur untuk neng Karin paling geulis sedunia

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now