--49. Bocil--

183 28 7
                                    

Baca author note juga ya!
.


"Yerina! Ayo kejar teman-teman kamu!"

Yerina melengos, memajukan bibirnya merasa lebih cepat lelah. Sementara yang lain jelas sudah lebih dulu melaju. Meninggalkan dirinya yang lamban di belakang.

"Larilah kasih kejarlah mantan-mantanmu!" Aditya Jerome menyeringai lebar. Sengaja menghadap Yerina dan berlari berputar arah. Hanya untuk membuat gadis mungil itu mengamuk marah-marah.


"Berisik lo Je!" balas Yeri berusaha mengejar cowok bermata sipit itu. Ingin menendangnya meski agaknya tidak akan mungkin.

Ia jadi mendengus. Apalagi ketika pak Jidan masih dengan wajah datarnya memerintahkan untuk segera mengejar yang lain.


"Bapak! Jeje nih rese!" Yeri segera menggapai pundak Jeje. Meski akhirnya cowok itu mengelak ganti berputar putar di sisinya bersama Dino.

"Jeje, kalo Yerina nangis bapak nggak tanggung jawab,"

"Huu.. Mau ngadu pasti lo," Jeje mencibir itu. Benar-benar membuat Yeri ingin meledak. Dan terbukti ketika gadis mungil itu berlari lebih cepat demi mendapatkan Jerome sialan itu.

Bagi Jeje, mengelak dari Yeri tidak akan ada habisnya. Kecuali gadis itu lelah sendiri dan menyerah.

"Berisik!"

Gadis mungil itu hanya berjarak satu meter dari Jeje, sekali tabok cowok itu akan kesakitan dan gantian mengadu pada pak Jidan. Tapi belum sempat Yerina membalas si wakil ketua kelas itu, kerah kemeja putihnya ditarik dari belakang. Membuatnya tertahan begitu saja.

"Apa lagi gusti.." gadis itu merengek. Sementara cowok jangkung di belakangnya tertawa-tawa dengan giginya yang berderet rapi.

Dari suara tawanya yang besar Yerina bisa langsung tahu, manusia dengan lengan besar itu tak lain si Januar Chaniago.


"Gue unfollow lu Nu! Disubscrabe yutub lu!"


"Ilang satu tumbuh seribu Yerina. Kayak rasa cinta gue sama elu,"

"Dih ogah gue dicintai sama lo!" Yeri menggeliat. Menendang Januar ke belakang. Sampai akhirnya Doni dengan wajah lelahnya datang melepaskan gadis itu lebih dulu.


Awalnya Yeri merasa diselamatkan. Tapi apa yang diucapkan Doni justru membuatnya membeku seketika.


"Udah Nu. Lari lagi lo, kasian bocil nanti nangis ngadu ke siapa?"


Gadis itu melirik Doni malas. Sementara cowok jangkung itu segera mengejar yang lain setelah menepuk pelan puncak kepala Yerina.


Ya.


Disini hanya Yerina Mauryn yang paling bocil. Tubuhnya bukannya tidak tinggi, hanya saja mereka yang kelewat titan. Dan itu menyebalkan!

Yeri mendengus lagi. Setelah meneguk salivanya susah payah, ia kembali memulai langkah pelannya.

"Ayo, pelan-pelan aja," mendapat dorongan dari Benji yang ikut berlari kecil di dekatnya. "Kalo kecepatan nanti bakal lebih capek,"


"Thanks Ben. Andai gue belum suka orang lain, lo jadi crush gue selanjutnya," kata Yerina dengan wajah lebih merekah.

"Ngaco lo, gue juga punya cewek kali." Yeri mencibir kemudian. Melihat Yena yang sudah ada di depan-- memang sedari awal seolah memimpin yang lain dengan suara berisiknya.

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang