--36. Date--

218 37 8
                                    

**Belum diedit. Maaf kalo banyak typo**



"Nggak banyak. Dikit kok. Dikit banget," lalu, jari mungilnya memperagakan bagaimana ia memakan liptint jika ke sekolah. Membuat Mark justru tergelak.

"Bahas liptint mulu heran gue," Yerina mendengus. Menepuk bahu kekasihnya ketika lampu berubah jadi hijau dalam beberapa detik. "Emang kenapa sih? Mau nyobain?"


Ia memajukan tubuh, kepalanya agak sejajar dengan Mark. Mencoba melihat ekspresi cowok itu melalui spion kanan.


"Udah pernah," cowok itu menjawab singkat. Dengan kekehan kecil di ujung kalimatnya. "Manis,"

Yeri tambah mendelik. Ia kira, Mark adalah cowok-cowok yang akan nyinyir jika melihat laki-laki memakai liptint-- seperti Novandika Faujin yang selalu nyinyir karena idol korea memakai pewarna bibir. Tapi, mungkin cowok ini agak berbeda ya.

"Emang lo pernah cobain? Beneran?" mata bulatnya berkedip antusias. "Nggak pernah nyangka gue cowok kayak lo--"

"Sisa yang di bibir lo. Gue pernah cobain,"

Yeri hilang kata. Gadis itu benar-benar merasa tidak bisa mengucapkan apapun. Jantungnya serasa dibawa bermain rollercoaster. Panas matahari agaknya membuat wajahnya lebih memerah daripada beberapa menit yang lalu. Ia justru diam-diam tersipu.

"Sialan," meski pada akhirnya, kata itu mewakili segala salah tingkahnya.

Lagi-lagi Mark terbahak. Melihat pantulan Yeri yang terus melongo tanpa mengatakan apapun lagi. Lalu beberapa detik setelahnya gadis itu merengut marah ketika ia dengan sengaja menarik tuas rem dan membuat gadis itu terhuyung ke depan. Menyebabkan helm keduanya berbenturan.

Mark tahu, gadis itu pasti akan mengamuk lagi setelah ini. Jadi, ia buru-buru menarik tuas gas lebih kencang. Membuat motor hitamnya melaju lebih cepat dari sebelumnya. Lalu, lagi-lagi ia tertawa lebih keras. Menggoda Yerina selalu menyenangkan.

"KALO LO NGAJAK ORANG BUAT MATI BARENG. JANGAN GUE JUGA ANJIR!"


🍉🍉Fur Eye🍦🍦


Yeri masih saja diam ketika Mark mulai membawa nampan berisi makanan pesanan mereka. Duduk di sofa paling ujung dekat dengan jendela jalusi yang dibiarkan terbuka. Menyisakan jendela kaca yang tertutup rapat menjaga udara dalam Cafe tetap dingin oleh air conditioner.

Meski perlahan, mood gadis itu yang berantakan parah sejak pagi agak terobati. Ia menatap rak-rak buku di sekelilingnya. Ada beberapa rak di bagian tengah ruangan, lalu di sisi-sisi sofa. Jujur saja, Yeri tidak terlalu suka membaca. Tapi wangi-wangi buku begini benar-benar membuatnya lebih tenang.


Apalagi, Mark tidak mengatakan apapun setelah cowok itu juga sibuk memilih bahan bacaannya sendiri. Membuatnya juga sibuk membaca satu per satu judul buku yang menarik di matanya.

Lalu, ia menarik salah satu buku dari rak bagian tengah. Membawa buku bersampul violet dengan ilustrasi seorang perempuan berambut panjang.

Lama membaca bagian awal, gadis itu mulai berkomentar. "Ni buku cocok banget buat si Yuri, kpopers," Katanya sembari meraih Oreo Frappuchino miliknya. Menyedotnya beberapa saat sembari membaca paragraf lanjutan.

"Ini beneran cocok sama si Yuri. Udah kpopers, abangnya kayak haeters kpop. Tapi suka SNSD juga. Dasar bang Daffa,"

Mark mengulum bibirnya. Memperhatikan Yerina selalu menyenangkan. Gadis itu masih mendumel, mengomentari betapa miripnya karakter yang ia sebut 'Mas Daffa' dengan seorang Novandika Faujin si anak Futsal. Alih-alih cemburu karena Faujin berkali-kali disebut namanya, Mark justru ingin sekali tertawa.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now