PART 43

63 11 0
                                    

Happy Reading

Perlahan-lahan Visha mulai membuka matanya ketika alarmnya berdering. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, tangannya mulai mencari keberadaan ponselnya.

Ia melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Arzan. Kemudian ia membuka 2 pesan yang dikirim laki-laki itu 2 jam yang lalu.

Arzan

|Gue pamit, Sha
05:45✓✓

|Gue akan kembali. Tapi, jangan tungguin gue, ya?
05:45✓✓

|LO MAU KEMANA, ZAN? ANGKAT TELEPON GUE!
07:45 ✓

Tangan gadis itu bergetar hebat. Ia merasa dadanya terasa sesak. Ia terus mencoba menelepon nomor milik Arzan, namun nomor tersebut tidak aktif. Ia benar-benar takut terjadi apa-apa pada laki-laki itu.

Detik berikutnya ia langsung beranjak dari kasur. Kemudian bergegas keluar dari kamarnya. Saat ini hanya ada ia seorang diri di rumah. Astrid sudah berangkat bekerja 1 jam yang lalu.

Visha mengambil kunci motornya, lalu mulai mengendarai motornya. Ia berkendara dengan kecepatan yang tinggi.

Sesampainya di kediaman Rendra,  dengan langkah yang lebar Visha berjalan menuju pintu rumah itu. Ia menekan bel rumah tersebut beberapa kali.

"Assalamualaikum,"

"Arzan! Om Rendra!" gadis itu bersuara cukup keras.

Tak lama setelah itu pintu rumah tersebut terbuka. Menunjukkan sosok Rendra disana.

"Ada apa, Visha?"

"Arzan, Om. Dia ada di rumah, kan?"

Kening Rendra mengkerut, "Arzan? Di kamar mungkin. Om kurang tahu." jawabnya.

"Visha boleh masuk?"

Rendra mengangguk.

Visha masuk, lalu melangkah lebar menaiki tangga menuju kamar Arzan. Ia tidak memperdulikan Rendra yang masih terlihat bingung atas kedatangannya yang tiba-tiba seperti ini.

"Kamu kenapa kelihatan panik, Visha?"

"Sepertinya Arzan pergi, Om." sahutnya dengan masih terus menaiki anak-anak tangga.

"Maksud kamu?"

Tak menjawab pertanyaan Rendra, Visha justru dengan cepat membuka pintu kamar Arzan ketika ia sudah berada di depan kamar laki-laki tersebut.

Dan ternyata memang benar. Kamar Arzan kosong. Tidak ada siapapun disana.

Dengan cepat Visha berlari menuju lemari baju Arzan. Ia membuka lemari itu. Tidak ada satu baju pun yang tersisa disana. Laki-laki itu benar-benar pergi meninggalkan rumah.

Saat itu juga tubuh Visha melemas. Ia menjatuhkan dirinya ke lantai. Kepalanya menggeleng kuat, "Lo pergi kemana, Zan?" lirihnya.

Rendra diam tak berkutik. Perasannya benar-benar kacau. Ia merutuki dirinya sendiri karena tidak tahu jika anak semata wayangnya pergi meninggalkan rumahnya.

Lantas (END)Where stories live. Discover now