PART 20

141 45 1
                                    

Happy Reading•

Visha bangkit dari duduknya. Lalu ia melangkah menuju jendela. Netra hitamnya melihat jika Arzan sedang berlari mengelilingi lapangan sekolah. Ia tahu jika hal tersebut merupakan bentuk hukuman untuk Arzan.

Visha tidak tahu sudah berapa putaran Arzan berlari. Ia hanya melihat Arzan yang mengusap keringatnya terus menerus.

Ingin sekali Visha membawakan minum untuk laki-laki itu, tapi tugas rangkuman miliknya masih belum juga selesai.

Detik berikutnya Visha kembali ke tempat duduknya. Ia melanjutkan aktivitas menulisnya yang terjeda. Ia berniat akan memberikan Arzan minum setelah ia selesai merangkum.

"Guys, Arzan pingsan!"

Suara Citra tersebut mampu membuat Visha yang menulis pun memberhentikan kegiatannya.

Ia bangkit dari duduknya. Dan dengan cepat ia melangkah keluar dari kelas.

Visha berlari di koridor sekolah menuju ruang UKS.

Kini, ia sudah berada di depan UKS. Visha langsung masuk tanpa mengetuk pintu UKS terlebih dahulu.

Hal pertama yang ia lihat adalah Arzan yang terbaring di brankar dan seorang gadis yang mungkin merupakan salah satu petugas UKS.

"Biar gue yang nungguin dia," ucap Visha pada gadis berambut panjang itu.

Gadis itu mengangguk, "Iya, Kak," ucapnya. Setelah itu ia keluar dari UKS dan menyisakan Arzan dan Visha saja di dalam.

"Zan, sadar dong." Visha menepuk-nepuk pelan pipi Arzan.

Visha dapat merasakan tubuh Arzan sedikit panas.

"Arzan, ini gue, buka matanya, ya?"

Tak lama setelah itu Visha melihat mata Arzan sedikit demi sedikit mulai terbuka.

"Visha?" suara Arzan terdengar serak.

"Iya, Zan, ini gue," ucap Visha mengulas senyumnya.

Kemudian Visha mengambil satu gelas air dan ia berikan pada Arzan. "Minum dulu," ucapnya.

Arzan menerima gelas itu dengan senyum kecil diwajahnya. "Lo khawatir banget, ya, sama gue?" ucap Arzan setelah meneguk air putih yang diberikan Visha.

"Gimana gak khawatir coba? Tiba-tiba aja gue denger kalau lo pingsan ditengah lapangan," sahut Visha.

"Makasih, ya, udah khawatirin gue," ucap laki-laki itu dengan senyum yang tidak memudar.

"Lo lagi sakit, Zan?"

Arzan menggeleng, "Enggak."

"Tapi, badan lo panas."

Arzan mengangkat tangannya dan ia letakkan di dahinya. "Gak panas kok," ucapnya.

Visha menghela nafas, lalu ia menaruh tangannya juga di dahi Arzan. "Tuh, kan, panas, Zan," ucap Visha khawatir dengan tangan yang masih ia tempelkan di dahi Arzan.

Mata Visha membulat karena Arzan tiba-tiba saja memegang tangannya dan Arzan arahkan untuk memegang pipinya.

"Kalau pipi gue panas gak?" tanya laki-laki itu.

Visha mengangguk, "Panas."

"Ya udah, gue minjem tangan lo dulu, ya? Tangan lo dingin soalnya," ucap Arzan dengan masih setia memegang tangan Visha yang ia letakkan di pipinya.

Visha hanya diam dan tidak mengelak sehingga membuat Arzan tersenyum kecil.

"Lo tadi kenapa telat, Zan?"

Lantas (END)Where stories live. Discover now