PART 16

137 45 2
                                    

Happy reading•

1 Minggu telah berlalu sejak kepergian Vina, namun rasa sesak di dada Visha masih belum juga mereda.

"Sha, udah, ya, nangisnya," ucap Arzan memberikan tisu yang sudah keberapa kalinya pada gadis disampingnya.

Visha menerima tisu itu, lalu mengusap sisa air mata di pipinya.

"Rasanya masih kaya mimpi, Zan," ucap Visha dengan suara lirihnya.

"Dunia emang gak pernah adil ke dia."

"Vina itu anak baik, dia pantes dapat kebahagiaan. Tapi nyatanya?"

"Keluarganya hancur, tubuhnya juga ikut hancur gara-gara kelakuan laki-laki bejat."

"Yang lebih parahnya adalah ketika dia udah pergi pun, keadilan belum berpihak ke dia."

"Dunia terlalu pilih kasih."

"Sha...." Tangan Arzan bergerak untuk menggenggam tangan Visha

"Lo gak boleh menyalahkan keadaan terus menerus kaya gini."

"Gak baik," lanjutnya.

"Seiring berjalannya waktu gue yakin lo akan bisa nerima kenyataan ini. Walaupun susah, tapi gue yakin lo pasti bisa," ucapnya dengan menepuk-nepuk punggung tangan Visha.

"Udah sore, gue anter pulang, ya. Nanti Tante Astrid nyariin," ucap Arzan sembari bangkit dari duduknya.

Visha ikut bangkit. Lalu ia mengikuti langkah Arzan

***

Setelah mengantar Visha pulang, Arzan langsung kembali ke rumah karena takut jika Rendra sudah pulang dari kantor.

Dugaannya benar. Saat membuka pintu, Arzan langsung disambut dengan wajah dingin Rendra.

Arzan hanya menatap sekilas ke arah Rendra. Kemudian ia melangkah untuk pergi ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Rendra terdengar.

"Duduk, Zan. Papa mau bicara sama kamu." ucap Rendra melangkah menuju sofa.

Mau tidak mau Arzan harus mengikuti Rendra. Ia berjalan menuju sofa dengan langkah malasnya.

Ia duduk, kemudian membuka suaranya, "Ada apa, Pa?"

"Kamu diskors dari sekolah?" tanya Rendra dengan menatap Arzan tajam.

Untuk beberapa saat Arzan terdiam. Bagaimana Rendra mengetahui hal itu?

Arzan menggeleng.

"Belajar dari siapa pintar bohong seperti ini?"

"Apa Papa pernah mengajarkan kamu untuk berbohong? Tidak, kan?"

Kepala Arzan tertunduk. Ia tidak berani menatap mata Rendra saat ini.

"Kesalahan apa lagi yang kamu lakukan sampai diskors seperti ini?"

"Papa kira kamu sudah berubah, Zan, tapi ternyata Papa salah."

"Kamu masih sama, cuma bisa bikin malu Papa."

Perlahan kepala Arzan terangkat. "Arzan cuma difitnah." ucapnya pelan.

"Kalau kamu memang tidak salah, kenapa harus bohong waktu Papa tanya apa sekolah kamu baik-baik saja?"

Lantas (END)Where stories live. Discover now