PART 36

67 25 0
                                    

•Happy Reading•

"Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi,"

Gadis dengan pakaian rumah sakit dengan rambut sedikit berantakan itu berdecak kesal ketika mendengar kalimat itu telah ia dengar beberapa kali. "Lo kemana sih, Zan?" gumamnya khawatir.

Ia masih mencoba menelpon nomor Arzan, namun tetap saja tidak terjawab. "Kebiasaan." ucapnya kesal. Setelah itu ia meletakkan ponselnya di nakas disampingnya.

Visha menghela nafas kasar. Ia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Namun, baru beberapa detik berlalu ia kembali membuka matanya. Jujur saja ia sudah sangat bosan berada di rumah sakit. Ingin sekali ia keluar untuk menghirup udara segar di luar sana, tetapi sudah pasti ia tidak akan  mendapat izin dari sang Ibu.

Tok Tok

Visha menoleh ke arah pintu. Saat pintu terbuka, sosok Dokter Ranung lah yang ia lihat.

"Kenapa, Dok?" tanyanya.

"Mau jalan-jalan keluar?"

Visha mengangkat kedua alisnya. Baru beberapa detik yang lalu ia memikirkan untuk pergi keluar, dan tiba-tiba saja sosok laki-laki yang masih di ambang pintu itu mengajaknya.

"Emang boleh?" tanyanya dengan polos.

"Boleh, kalau kamu mau." jawab Ranung seraya melangkah mendekati Visha.

"Tapi, Visha izin dulu sama Ibu." sahut Visha setelah itu.

Ranung mengangguk.

Setelah itu Visha mengambil kembali ponselnya. Lalu menghubungi nomor Astrid. "Assalamualaikum, Ibu." ucapnya setelah telepon telah terhubung.

"Waalaikumsalam, Nak. Kenapa?"

Visha mengernyitkan keningnya. Ia merasa ada yang berubah dari suara Astrid. Seperti seseorang yang baru saja menangis. Tapi, ia memilih untuk tidak bertanya karena ingin membicarakan hal tersebut jika Astrid sudah berada disampingnya.

"Ibu masih di rumah Om Rendra?" tanya Visha yang mengira jika Astrid masih berkerja di rumah Rendra sebagai asisten rumah tangga.

"Masih, kenapa, Nak?"

Visha mengangguk mendengar itu, kemudian ia membalas ucapan Astrid, "Visha boleh jalan-jalan keluar gak, Bu? Visha bosan di ruang inap terus." tanyanya.

"Sama siapa?"

"Dokter Ranung, Bu. Dia yang ngajak Visha keluar. Boleh kan, Bu?"

"Ya sudah, boleh. Asalkan kamu harus  nurut sama semua ucapan Dokter Ranung, ya?"

"Iya, Bu."

"Ya sudah, Ibu matikan, ya, teleponnya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Ibuu."

Visha menyimpan kembali ponselnya. Setelah itu ia melirik pada Ranung yang berada disampingnya.

"Boleh?" tanya Ranung dengan kedua alis yang terangkat.

Visha mengangguk excited.

"Ya sudah, ayo." ajak Ranung.

Visha turun dari brankar nya dibantu oleh Ranung yang menopang tubuhnya. "Mau pakai kursi roda?" tanyanya.

Visha menggeleng, "Gak usah, Dok." ucapnya.

Visha melirik sekilas pada Ranung yang berada disebelahnya, "Dokter boleh keluar memangnya?" tanyanya.

Lantas (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz