PART 4

243 82 11
                                    

Happy reading

Di tengah keramaian pengendara motor dan mobil di Jakarta, ada sosok anak laki-laki yang mengendarai motor ninjanya dengan kecepatan sangat tinggi pasalnya jam sudah menunjukkan hampir pukul 7 yang berarti pembelajaran di sekolah akan di mulai.

BRUKK

Arzan menghempaskan motornya untuk menghindari anak kucing yang berada di tengah jalan itu.

"Aww," lirihnya saat tubuhnya terhempas cukup jauh dari motornya.

Dengan cepat ia bangkit dan membersihkan noda pasir yang menempel di seragam putihnya. Kemudian ia menghampiri anak kucing yang hampir ia tabrak tadi. "Are you okay?" tanyanya pada anak kucing yang sudah berada dalam dekapannya.

"Sorry," lanjut Arzan seraya mengelus bulu halus kucing tersebut.

***

"Permisi, Bu." Arzan mengetuk pintu ruang kelas.

Sontak Bu Valen dan beberapa murid langsung menolehkan kepala mereka ke sumber suara.

"Masuk!" perintah Bu Valen.

Arzan pun masuk ke dalam kelas dengan kaki yang sedikit pincang tapi tidak ada satu pun yang menyadarinya.

"Kenapa kamu telat?" tanya Bu Valen pada Arzan saat ia sudah duduk di bangkunya.

"Saya kejebak macet, Bu," jawabnya bohong.

Bu Valen hanya memanggut-manggut kan kepalanya, "Ya sudah, silahkan kamu buka buku Sejarah Indonesia halaman 223 sampai 229. Silahkan dibaca dan dipahami!"

Arzan pun membuka tasnya dan mencari buku sejarah tersebut, namun ia tidak menemukan buku sejarah itu di dalam tasnya.

"Sha." Arzan memanggil Visha pelan.

Mendengar namanya di panggil, Visha pun menoleh. "Apaan?"

"Buku sejarah gue ketinggalan, gue boleh minjem buku lo?" tanya Arzan.

"Pliss," pintanya.

Karena Visha merasa kasihan pada Arzan, dengan berat hati ia langsung meminjamkan buku sejarahnya pada Arzan. "Nih."

"Thanks." Arzan menerima buku sejarah tersebut.

2 JAM KEMUDIAN

"Karena bel istirahat sudah berbunyi, pembelajaran hari ini Ibu cukupkan sampai disini. Silahkan kalian pelajari kembali di rumah materi yang kita pelajari tadi," ucap Bu Valen lalu ia beranjak meninggalkan ruang kelas.

Setelah Bu Valen sudah keluar, beberapa murid juga langsung beranjak dari duduk mereka untuk pergi ke kantin sekolah.

Saat Visha hendak beranjak dari duduknya, Arzan berucap, "Nih, buku lo. Makasih."

Visha menoleh sekilas, "Taroh di laci gue," titahnya. Kemudian ia mulai melangkahkan kakinya. Baru dua langkah ia beranjak dari bangkunya. Ia langsung kembali lagi karena netra matanya seperti melihat ada darah yang keluar dari hidung Arzan.

Lantas (END)Where stories live. Discover now