PART 14

136 48 4
                                    

•Happy reading•

Ditengah ramainya kendaraan yang berlalu lalang, terlihat mobil hitam yang dikendarai dengan kecepatan sedang itu sedang melaju menuju sebuah Restoran. Mobil itu berisi Rendra, lalu Astrid yang berada di sampingnya, sementara di bagian belakang ada Arzan dan Visha.

Selama di dalam mobil tidak banyak obrolan yang mereka bicarakan. Masing-masing dari mereka hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Akhirnya Rendra membuka suaranya untuk memecahkan keheningan di dalam mobil itu. "Arzan, bagaimana sekolah kamu?" tanyanya kepada anak laki-lakinya itu.

Arzan yang sedari tadi hanya melamun pun langsung mengeluarkan suaranya, "Baik, Pah,"
jawabnya berbohong. Tidak mungkin Arzan memberi tahu Rendra bahwa dirinya sedang diskors.

"Benar, Visha?" kini Rendra bertanya kepada Visha.

"Bener, Om." Dengan cepat Visha menjawab pertanyaan Rendra.

"Arzan gak ada masalah kok di sekolah," ucapnya ikut berbohong.

"Bagus kalau begitu." Rendra mengangguk lalu tersenyum kecil.

Kemudian setelah itu Arzan dan Visha hanya saling menatap tanpa mengeluarkan suara.

Sudah 35 menit mereka di mobil, kini mereka telah sampai di Restoran yang cukup luas itu.

Lalu mereka berempat keluar dari mobil dan berjalan memasuki Restoran yang ramai akan pengunjung.

"Pak Rendra, ya?" ucap seseorang menghampiri mereka.

Rendra mengangguk sembari tersenyum ramah.

"Ayo saya antar ke meja yang sudah Pak Rendra booking," ucap pelayan laki-laki itu ramah.

Lalu mereka pun mengikuti langkah pelayan itu.

"Ini mejanya, Pak." Pelayan itu mempersilahkan mereka duduk.

"Sebentar lagi beberapa makanan akan di antar ke meja ini."

"Jadi, silahkan tunggu sebentar, Pak, Bu, Mas, Mbak," ucapnya.

"Saya permisi." Pelayan itu pergi meninggalkan mereka.

Beberapa menit telah berlalu. Kini semua makanan yang sudah dipesan sudah berada di hadapan mereka.

"Ayo di makan," ucap Rendra mempersilahkan mereka untuk makan terlebih dahulu.

***

"Jadi orang kaya enak, ya, Bu?" Visha bertanya ketika dirinya dan Astrid baru memasuki rumah setelah diantar pulang oleh Rendra dan Arzan setelah acara makan malam mereka beberapa jam yang lalu.

"Kata siapa jadi orang kaya itu enak?" Astrid malah balik bertanya.

"Jadi orang kaya itu tanggung jawabnya berat, sayang." Tangan Astrid terangkat untuk mengelus rambut halus Visha.

Visha mengangguk pelan, "Tapi jadi orang susah lebih berat kan, Bu?"

"Bu, kenapa sih Tuhan ngasih rezeki ke kita itu dikit banget?" Visha menatap mata Astrid dalam.

Astrid menggeleng, "Kok anak Ibu ngomong gitu?"

"Bukannya Bapak dulu sering bilang kalau kita jangan pernah mengucapkan kalimat kenapa sih Tuhan? tapi Bapak selalu bilang kalau kita harus bilang ada apa, ya, Tuhan?"

Lantas (END)Where stories live. Discover now