PART 5

233 84 10
                                    

"Lo asik juga ternyata." Arzan berbisik pelan.

Sontak bulu kuduk Visha langsung merinding ketika hembusan nafas Arzan terasa di lehernya.

"Emang," balas Visha percaya diri.

"Btw lo gak usah bisik-bisik bisa, kan?" Visha menatap Arzan tajam.

"Emang kenapa?" Arzan bertanya sembari menaikkan alisnya.

"Geli," titah Visha.

"Dih emang gue gelitikin lo?" celoteh Arzan.

"Serah lo deh." Visha memutar bola matanya malas.

Beberapa menit kemudian seorang guru mulai memasuki ruang kelas. Sontak semua murid pun langsung duduk di tempat mereka masing-masing dengan rapi.

"SELAMAT PAGI ANAK-ANAK," ucap Pak Toni saat memasuki kelas.

"PAGI, PAK," balas semua murid.

"Siapa yang tidak hadir hari ini?" tanya Pak Toni sambil mengambil buku absensi.

"Darma, Pak," sahut Dea selaku sekretaris kelas.

"Apa lagi alasan dia tidak masuk?" tanya Pak Toni.

"Saya rasa setiap saya ngajar pasti Darma tidak pernah masuk," lanjut Pak Toni.

"Mungkin dia takut sama bapak," timpal seorang siswa.

"Ngapain dia takut sama saya? toh saya bukan kanibal," ucapan Pak Toni tersebut mampu membuat gelak tawa semua siswa.

"Sudah-sudah, ayo kita mulai sekarang pembelajarannya," ucap Pak Toni yang beranjak dari duduknya dan mengambil spidol.

Pembelajaran pun dimulai dengan tenang. Semua siswa mendengarkan dengan seksama materi yang dijelaskan oleh Pak Toni. Tapi, tidak dengan Arzan. Ia hanya memutar-mutar kan ballpointnya saja sedari tadi. Tidak mendengarkan sama sekali apa yang dijelaskan Pak Toni.

Arzan membuka buku bagian belakang miliknya lalu menuliskan sesuatu yang ingin ia tunjukkan pada Visha.

"Baca." Arzan berbisik seraya memberikan buku tersebut.

Visha yang sedang mendengarkan penjelasan Pak Toni pun merasa terganggu akibat ulah Arzan.

Visha menolehkan kepalanya dan menatap Arzan sekilas. Setelah itu ia mengalihkan tatapannya pada buku yang diberikan Arzan tersebut.

Saat membaca tulisan yang ditulis Arzan membuat Visha mengerutkan keningnya.

"Lo mau gak jadi temen gue mulai sekarang?" Arzan menulis kalimat itu menggunakan ballpoint merah.

"Gimana, mau?" tanya Arzan pelan.

Visha hanya mengangkat bahunya.

Detik itu juga Arzan langsung menarik tangan Visha untuk mengajaknya bersalaman, "Oke mulai sekarang kita temen, ucapnya.

Sementara itu Visha hanya menatap Arzan datar. "Aneh," batinnya

***

"Sha, lo hati-hati bawa motornya!" teriak Arzan saat Visha hendak melajukan motornya.

"Jangan reting kanan tapi lo malah belok kiri!" lanjut Arzan.

"BERISIK LO, ZAN!" Setelah mengucapkan itu Visha langsung melajukannya motornya dan meninggalkan area sekolah.

"Lucu banget temen gue," ucap Arzan lalu ia menaiki motornya dan melajukannya.

Lantas (END)Where stories live. Discover now