PART 33

80 32 5
                                    

•Happy Reading•

"SHA!"

"LO JAHAT!"

"LO KHIANATIN GUE!"

"GUE BENCI SAMA LO."

"LO KENAPA, SHA? LO KENAPA MEREBUT LAKI-LAKI YANG GUE CINTAI?"

"LO KENAPA MEREBUT CINTA TERAKHIR GUE?"

"LO SAYANG SAMA GUE, TAPI KENAPA LO NGELAKUIN ITU?"

"LO JAHAT."

Seketika mata Visha terbuka lebar. Deru napasnya memburu. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Hatinya gelisah tak karuan. Ia mencengkram kuat selimut yang menutupi tubuhnya karena merasakan takut yang teramat.

Setelah itu ia melirik sekilas ke arah jam dinding yang terpajang. Jam kini menunjukkan pukul 1 dini hari.

"Vin, gue minta maaf," ucapnya pelan dengan nafas yang masih belum teratur.

"Gue minta maaf."

"Tolong jangan benci gue, Vin," ucapnya beriringan dengan satu bulir air matanya jatuh.

Beberapa menit telah berlalu. Bayang-bayang mimpi tersebut masih terputar jelas di kepalanya. Visha berusaha memejamkan matanya untuk kembali tertidur, namun sama sekali ia tidak bisa.

Ia bangkit dari posisi berbaring nya. Ia menatap kosong ke arah jendela ruang inapnya itu.

"Nak."

Visha menoleh. Ia melihat Astrid terbangun dari tidurnya.

"Kamu kenapa?" tanya Astrid sembari melangkah menuju Visha.

Visha langsung memeluk tubuh sang Ibu erat. "Visha takut, Bu," ucapnya didalam pelukan Astrid.

"Kamu kenapa? Mimpi buruk?" tanya Astrid. Kemudian ia melepaskan pelukannya.

Melihat keringat Visha yang cukup banyak, ia mengambil sebuah tisu. Lalu melapnya perlahan.

"Kamu mimpi apa sampai keringat dingin gini, Nak?" tanya Astrid.

Visha hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lebih baik sekarang kamu tidur lagi, ya? Gak usah pikirin hal-hal yang menganggu kamu," ucap Astrid sembari mengelus rambut Visha.

Setelah itu ia membantu Visha untuk kembali membaringkan tubuhnya dan membenarkan selimutnya.

"Tidur yang nyenyak, ya, Nak," ucap Astrid seraya mengelus halus rambut sang anak.

***

Arzan melangkah lebar di koridor sekolah sembari membalas sapaan beberapa gadis yang notabenenya adalah adik kelasnya.

"Hai, Kak Arzan!" sapa gadis berambut panjang yang ia biarkan terurai itu.

Arzan hanya tersenyum kecil.

"Kak Arzan semangat, ya, ngerjain UASnya," ucap gadis satunya.

Arzan mengangguk, "Kalian juga semangat," balasnya.

Lantas (END)Where stories live. Discover now