PART 34

67 27 0
                                    

"Di masa depan, gue mau jadi sosok laki-laki sederhana yang sangat bertanggung jawab atas kebahagiaan istri dan anak-anaknya."

"Di masa depan, gue mau jadi sosok laki-laki yang selalu merasa cukup dengan apapun yang dimilikinya."

"Dan di masa depan, gue mau jadi sosok laki-laki yang bisa memberikan kehangatan untuk orang-orang yang gue sayangi dikala keadaan sedang tidak baik-baik saja."

"Jadi pasangan yang lo harapkan. Itu impian terbesar gue, Sha."

Visha tertegun mendengar semua penuturan yang terucap dari mulut Arzan. Semua kalimat itu adalah kalimat yang ia tulis di sticky notes tentang pasangan impiannya di masa depan. Ia tidak menyangka jika laki-laki itu menghafalnya.

"Gue punya satu impian lagi, Sha," ucap Arzan dengan menatap Visha tulus.

"Apa?"

"Liang lahat gue ada disebelah liang lahat lo."

Lagi-lagi Visha terdiam. Laki-laki dihadapannya selalu berhasil membuat dirinya merasa begitu dicintai.

Visha mendekat pada Arzan. Lalu ia memeluknya erat. Sangat-sangat erat. Visha merasa nyaman dan aman berada didalam pelukan laki-laki itu.

"Gue gak berhenti berterima kasih ke Tuhan dan Semesta karena udah kirim laki-laki baik kaya lo ke hidup gue, Zan," ucap Visha didalam dekapan Arzan.

Arzan tersenyum kecil, "Tetap sama gue, ya, Sha?"

Visha mengangguk.

Cukup lama mereka berdua berpelukan. Visha mendapatkan kenyamanan tersendiri didalam dekapan laki-laki itu.

Berselang beberapa detik, Arzan melepaskan pelukannya, lalu ia menggenggam erat kedua tangan gadis itu. Ia menatap lekat manik mata hitam pekat milik Visha.

"Gue gak bisa bayangin kalau suatu hari nanti lo gak ada disisi gue, Sha," ucap Arzan.

"Gue gak bisa bayangin kalau suatu saat nanti disaat gue membuka mata gue di pagi hari, dan lo ternyata udah sama orang lain," lanjutnya.

Visha menggeleng kecil. Ia juga menatap lekat mata teduh milik Arzan. Pandangan mereka berdua kian beradu.

"Gue gak akan biarin hari itu terjadi, Zan," ucapnya. 

"Jadi sosok Ibu dari anak-anak lo. Itu salah satu impian gue di masa depan," lanjutnya.

Arzan menyelipkan rambut Visha kebelakang telinga gadis itu. "Semoga Tuhan dan Semesta Alam masih mengizinkan kita bersama sampai semua impian-impian yang kita harapkan tercapai, ya, Sha?"

Visha mengangguk.

"Lo memang bukan cinta pertama gue, tapi lo akan selalu menjadi cinta yang akan selalu gue kenang keberadaannya, Sha," ucap Arzan sembari mendekatkan tubuhnya pada Visha.

Hal itu membuat jantung Visha berdegup begitu kencang. Ia mengerjapkan matanya ketika wajah Arzan semakin dekat dengan wajahnya. Tiba-tiba saja Visha merasa oksigen didalam ruangan ini menipis sehingga membuat dirinya kesusahan untuk bernafas.

"Lo mau ngapain, Zan?" tanyanya gugup.

Tangan Arzan tergerak untuk menyentuh wajah Visha. "Bulu mata lo jatuh," ucapnya seraya mengambil bulu mata yang jatuh tepat dibawah mata kiri Visha.

Mendengar itu Visha bernafas lega. Ia pikir laki-laki itu akan melakukan hal-hal anah pada dirinya.

"Kenapa lo segugup itu?"

Visha menggeleng cepat, "Enggak. Gue gak gugup."

Arzan terkekeh kecil melihat Visha yang terlihat gugup seperti itu. "Lucu kamu."

Lantas (END)Where stories live. Discover now