Part 42: Aku Milikmu

918 67 22
                                    

Selama seminggu terakhir, anak perempuan itu terlihat murung. Tidak ada pancaran bahagia di matanya, juga senyum ceria yang terenggut begitu saja. Ia berubah menjadi pendiam dari yang awalnya tidak bisa diam.

Sungguh miris melihatnya, Singto pun tak tega. Berbagai cara ia lakukan untuk mengembalikan suasana hati seperti sedia kala. Namun, hasilnya percuma. Anak perempuannya terlihat tidak mau berdamai dengan keadaan.

Singto paham betul bagaimana perasaan anaknya saat ini. Hancur, sudah pasti. Sedih, tidak mungkin bisa dihindari. Sekali lagi, anaknya yang lain menjadi korban dari keegoisan orang dewasa.

Selain Singto, ada satu orang lagi yang sangat peduli pada Nora, yaitu Leon. Anak laki-laki yang pernah berbagi rahim dengan Nora itu juga ikut merasakan kesedihan yang dialami saudara kembarnya. Mereka terikat, sehingga apapun yang dirasakan oleh Nora, Leon pun merasakannya.

Leon berusaha menghibur, mulai dari memberikannya kue, meminjamkan mainannya, hingga menggodanya seperti biasa. Namun, tanggapan Nora tidak seperti harapannya. Dia hanya merespon seadanya.

"Kau kenapa sedih terus? Aku lelah menghiburmu," ujar Leon, sedikit kesal.

"Nora tidak minta Leon untuk menghibur, lebih baik Leon diam saja."

Rasanya aneh. Biasanya Leon akan menyuruh Nora diam ketika anak perempuan itu banyak bicara. Namun, sekarang kebalikannya, Nora memintanya untuk diam. Ia semakin yakin bahwa Nora sedang tidak baik-baik saja.

"Aku tidak suka melihatmu sedih," ujar Leon.

"Nora merindukan papa dan mama. Nora ingin papa dan mama seperti dulu lagi. Kenapa mereka harus berpisah? Nora tidak suka."

"Karena paman Arthit mencintai ayah," jawab Leon dengan gamblang.

Seketika itu Nora mengalihkan semua atensinya kepada Leon. Ia melebarkan mata karena terkejut dengan ungkapan itu. Ia tau bahwa ayah dan papanya memang dekat, tetapi ia tidak mengetahui yang terjadi diantara mereka.

Meskipun Nora anak yang supel, nyatanya ia tidak memiliki kepekaan seperti Leon. Ia menganggap bahwa semua orang bisa dekat dengan siapapun, tanpa memiliki perasaan apapun. Berbeda dengan Leon yang menganggap kedekatan itu didasari oleh perasaan.

"Papa tidak mencintai mama?" Tanyanya, terkejut.

"Aku tidak tau. Aku hanya tau kalau papamu mencintai ayahku."

Banyak pertanyaan dalam benaknya yang tidak menemukan jawaban. Sekali lagi, Nora hanya anak-anak yang memiliki keterbatasan pemahaman, sehingga ia tidak begitu memahami konsep cinta orang dewasa. Setaunya, mencintai berarti memiliki. Jika papanya mencintai ayahnya, maka mereka akan bersama.

"Jadi papa dan ayah akan menikah? Lalu, mama akan sendirian. Mama pasti sangat sedih."

"Kalian sedang membahas apa?" Tanya Singto, yang baru saja memasuki kamar.

"Ayah." Nora segera bangkit dan mendekati Singto yang berdiri di samping ranjang, "Kalau ayah dan papa menikah, mama sama siapa? Nora tidak mau mama sedih."

Singto membulatkan matanya, "Menikah?"

"Leon mengatakan kalau papa mencintai ayah, berarti papa dan ayah akan menikah."

Helaan nafas kasar keluar dari rongga hidung Singto. Ia bingung menjelaskan pada Nora tentang rumitnya hubungan ketiga orang tuanya itu. Jangankan anak kecil, orang dewasa pun sulit untuk memahaminya.

Singto berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan Nora, "Nora tidak perlu khawatir tentang mama. Ayah yakin papa akan menjaga mama dengan baik, meskipun mereka sudah tidak bersama. Papa dan mama akan merawat dan menyayangi Nora seperti biasanya. Kasih sayang mereka untuk Nora juga tidak akan berkurang sedikit pun. Jadi, Nora jangan sedih."

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Dec 31, 2023 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Unfinished LoveTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon