Part 35: Melanjutkan Hidup

447 72 60
                                    

"Kau sudah pulang?"

Sambutan hangat seseorang saat Krist masuk ke kamarnya. Senyum yang lebar dan wajah yang penuh senang, membuatnya sadar bahwa ia telah sampai di rumah. Rumah yang menjadi tempatnya bahagia selama 8 tahun terakhir.

Sungguh, Krist tidak pernah berbohong saat berkata bahwa ia bahagia dengan hidup dan pernikahannya. Karena pada kenyataannya, hidupnya penuh dengan warna berkat kehadiran Fah dan Nora.

Meski penuh dengan kehobongan, tidak dipungkiri hal itu mengubah hidup Krist menjadi lebih indah. Harapan membentuk keluarga yang harmonis pun tercapai berkat keduanya. Tanpa mereka, Krist hanya sebatang kara dengan hidup yang sengsara.

"Bersihkan tubuhmu. Aku akan membuatkan minuman hangat untukmu," ujar Fah.

Krist hanya menurut tanpa berkata apapun. Ia mengambil handuk dan mulai membersihkan diri. Air dingin yang membasahi tubuh mampu menenangkan panasnya kepala. Ia mencoba untuk menghilangkan semua pikiran-pikiran negatif yang cukup menganggunya.

Mulai hari ini, Krist akan mencoba membuang semua yang membuatnya terluka dan menjaga segala yang membuatnya bahagia. Ia tidak mau lagi berurusan dengan hal-hal yang tidak perlu, kalau bisa ia akan menjauhi sejauh-jauhnya.

Hidup adalah pilihan, bukan? Maka Krist akan memilih bahagia.

Setelah menyelesaikan aktivitas mandinya, Krist keluar dengan sehelai handuk yang melilit pada pinggangnya. Ia langsung berjalan menghampiri sang istri yang nampak mengambilkan baju untuknya. Tangan panjang itu merengkuh tubuh Fah dari belakang, hingga membuat empunya badan terlonjak kaget.

"Aku yang melakukannya," ujar Krist, mencoba menenangkan Fah yang tekejut.

Ukiran senyum muncul di wajah Fah, ia pun membalas dekapan itu dengan memegang tangan Krist, sehingga membuat pelukannya semakin erat. Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan hangat tubuh suaminya itu.

Sembari memeluk, Krist menyadarkan kepala pada bahu Fah. Ia juga menghirup dalam wangi tubuh yang mulai terlupakan dalam benaknya akibat pertengkaran mereka. Aroma itu selalu membuatnya candu.

"Bagaimana konsermu hari ini?" Tanya Fah.

"Lancar." Krist mulai mendekatkan bibir pada ceruk leher Fah, "Semua karena dukunganmu."

Tubuh Fah merinding setiap kali kecupan singkat diberikan pada leher jenjangnya. Nafasnya mulai memberat dan matanya terpejam. Tangannya juga mencengkram jemari Krist dengan erat.

"Ngghh.. Krist."

Kecupan itu perlahan menjadi hisapan yang cukup membuat darah Fah berdesir. Ia menahan nafas setiap kali nafas Krist mengengenai kulitnya. Semakin lama, hisapan itu membuat warna merah keunguan yang mungkin tidak akan hilang dalam beberapa hari.

Krist melepaskan leher Fah dan berbisik, "Apa tawaran membuat adik untuk Nora masih berlaku?"

Fah membuka matanya sayu, "Lakukan apapun yang kau mau."

●●●

Setelah memastikan Leon telah pulas dalam tidur, Singto perlahan bangkit dari kasurnya. Ia berjalan pelan-pelan agar tidak mengganggu ketenangan sang anak. Ia meninggalkan kamar dan menuju dapur.

Sebuah wine ia raih di dalam lemari penyimpanan, kemudian menuangkan ke gelas kecil. Satu, dua, tiga dan empat tegukan telah membakar kerongkongannya. Rasa pahit pada pangkal lidah semakin terasa, bersamaan dengan rasa sakit hati yang begitu menyiksa.

Singto pernah melalui yang lebih berat dari ini, akan tetapi rasa sakitnya setara. Pada akhirnya hidupnya tak jauh dari kata kehilangan.

Unfinished LoveΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα