Part 6: Lomba Memasak Bersama Mama

579 94 27
                                    

Seorang gadis kecil sedang berjalan mondar-mandir di depan pintu aula yang sedang ramai orang. Ia nampak gelisah dan murung karena orang yang ditunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Sedangkan di dalam, acara akan segera dimulai.

Nora tidak membawa ponsel karena sekolah melarang menggunakan alat elektronik selama tidak dibutuhkan, sehingga ia tidak bisa menghubungi orang tersebut. Ia hanya bisa menunggu tanpa kepastian.

Anak itu semakin cemas saat suara pemandu acara mengumumkan bahwa acara akan dimulai. Matanya mulai memerah, pertanda tangisnya akan datang.

"Cengeng."

Nora langsung menoleh untuk melihat orang yang mengatainya. Dia adalah Leon, teman satu kelasnya yang sangat cuek, tapi kadang juga baik itu sedang berdiri dengan tangan yang bersendekap di dadanya.

"Aku tidak cengeng," bantah Nora. Namun, setelah itu Nora terisak dengan kencang.

Leon menggelengkan kepalanya pelan saat melihat Nora menangis, kemudian beralih meninggalkan anak perempuan itu sendirian. Sedangkan Nora semakin kencang mengeluarkan tangisnya.

"Nora, kenapa menangis?"

Nora mengalihkan pandangannya, "Mamaaa. Nora kira mama tidak datang huhu."

"Mama pasti akan datang, sesibuk apapun pasti ada waktu kalau untuk tuan putri mama. Maaf ya mama terlambat," ujar Fah lembut untuk menenangkan anaknya.

"Tidak apa-apa." Nora menghapus air matanya dan menggandeng tangan Fah, "Ayo masuk, acaranya sudah dimulai, ma."

"Ayo."

Keduanya memasuki aula bersama. Terlihat sudah banyak siswa dan ibu mereka yang sedang menyiapkan peralatan mereka untuk acara lomba memasak kali ini. Sekolah memang mengadakan acara ini setiap satu tahun sekali untuk melatih kemandirian para siswa dan juga mempererat hubungan anak dengan sang ibu.

Fah membawa semua barang-barang yang telah ia siapkan sesuai dengan resep masakan yang akan mereka buat untuk acara ini. Temanya adalah sarapan sehat, sehingga ia hanya butuh waktu singkat untuk menata bahan-bahan di meja Nora.

Saat semua selesai, tatapan Fah tidak sengaja mengarah pada meja di samping meja Nora yang masih bersih dan tidak berpenghuni.

Fah mengernyitkan kedua alisnya dan bertanya pada Nora, "Meja siapa itu, Nora?"

Nora mengalihkan perhatian pada meja yang dimaksud oleh mamanya, "Meja Leon. Tadi Nora bertemu dengan Leon tapi tidak tau kemana dia pergi sekarang."

Leon?

Wanita cantik itu melihat jam yang melingkar di tangannya, masih ada waktu 15 menit sebelum lombanya dimulai. Fah meminta izin untuk pergi ke toilet sebentar pada Nora, setelah itu ia bergegas meninggalkan aula.

Kakinya menyusuri setiap sudut sekolah untuk menemui anak laki-laki yang sebenarnya ia tidak begitu tau rupanya. Fah hanya mengandalkan ciri-ciri yang pernah diceritakan oleh Nora padanya. Kurang lebih sama seperti Krist.

Setelah hampir putus asa dan kehabisan waktu, akhirnya Fah menemukan seorang anak laki-laki yang sedang duduk di bangku taman dengan choco muffin di tangannya. Fah terkekeh, ia seperti melihat Krist saat pertama kali mereka bertemu. Benar-benar mirip.

"Leon?"

Karena merasa terpanggil, anak itu menoleh dan menatap Fah dengan bingung. Ia tidak mengenal wanita itu, tapi mengapa dia memanggil namanya? Siapa dia?

"Kau sama persis dengannya," ujar Fah dengan tersenyum.

"Kau siapa?"

"Namaku Fah, kita pernah bertemu saat kau masih sekecil ini--" Fah membentuk gerakan seakan ada bayi di tangannya, "--sekarang kau sudah sebesar ini. Aku yakin kau tidak mengingatku."

Unfinished LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora