Part 16: Ruangan Foto

447 87 16
                                    

Suara bel berbunyi, menandakan waktu pembelajaran telah usai. Seluruh siswa keluar dari kelasnya masing-masing dan menemui orang yang menjemput mereka.

Leon berjalan pelan menghampiri sopir yang biasa menjemputnya sembari menenteng tas. Hari ini ayahnya sibuk sehingga tidak bisa menjemputnya langsung. Namun, pagi tadi Singto menyempatkan waktu untuk mengantar Leon sampai gerbang sekolah.

"Permisi, pak. Boleh Leon pulang bersama saya saja?"

Anak laki-laki itu segera mengalihkan atensi pada pria yang memiliki suara tidak asing baginya. Ya, itu Arthit. Leon langsung mengangkat bibirnya setinggi yang ia bisa.

"Maaf, tuan. Tuan Leon harus sampai rumah tepat waktu, kalau tidak saya akan kena marah tuan Singto." Jawab sopir Singto.

"Saya akan bicara dengan Singto san. Katakan saja padanya bahwa Arthit Rojnapat yang mengantarkan Leon pulang."

Sopir itu nampak ragu, ia bukan tidak tau siapa orang yang ada di depannya itu. Arthit seorang penyanyi terkenal. Namun, kasus kejahatan saat ini tidak mementingkan status, semua orang dapat bertindak kriminal.

Arthit menghela nafas kasar, "Baiklah, kita tanya Leon saja. Leon mau ikut bersama paman, tidak?"

Tanpa menunggu lama, Leon langsung mengangguk setuju. Sopir itu pun terpaksa mengizinkan tuan mudanya bersama dengan Arthit karena kemauan Leon sendiri.

Saat masuk ke mobil, Leon langsung disambut gembira oleh Nora. Anak perempuan itu tidak mau duduk di samping kemudi, ia ingin menemani Leon di bangku belakang. Sepanjang perjalanan, Nora tidak henti-hentinya berbicara dan Leon yang tabiatnya pendiam hanya menjawab ala kadarnya.

Arthit terus memperhatikan mereka dari kaca depan mobil dengan tersenyum, sesekali ia terkekeh. Nora dan Leon sangat berbanding terbalik, tetapi mereka terlihat rukun satu sama lain. Meskipun Leon hanya merespon seadanya, tapi anak itu mendengarkan dengan seksama.

"Paman Arthit ini bukan jalan ke rumahku," ujar Leon saat ia sadar bahwa jalan yang mereka lalui berbeda.

"Tentu saja bukan, karena kita akan pergi ke mall dulu," jawab Nora mendahului Arthit.

"Ya, kita akan ke mall. Leon mau, 'kan?" Tanya Arthit.

"Harus mau, kita akan bermain di timezone dan membeli banyak mainan." Sahut Nora.

"Baiklah."

Sesampainya di mall, Nora langsung mengajak Leon ke tujuan pertama mereka. Timezone. Anak perempuan itu sangat antusias mencoba beberapa permainan, ia juga memaksa Leon untuk ikut bersamanya.

Sedangkan Arthit hanya mengawasi mereka, sesekali berteriak untuk menyuruh mereka berhati-hati. Keduanya terlihat lucu, sehingga Arthit langsung mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan momen itu.

Lelah dengan banyaknya permainan, Arthit pun mengajak mereka untuk mengisi perut. Ia memesankan makanan kesukaan Nora dan saat ia menanyai Leon, anak laki-laki itu memesan menu yang biasa Arthit makan.

"Tapi tidak pakai sayur," ujar Leon.

Arthit menatap Leon sejenak kemudian tersenyum, "Leon juga tidak suka sayur?"

"Iya, rasanya pahit."

"Sayur itu tidak pahit dan bagus untuk tubuh, kalau tidak makan sayur nanti Leon jadi sakit, disuntik sama pak dokter cusss." Nora memperagakan dokter yang sedang menyuntik pasiennya.

"Aku tidak sakit, aku kuat." Jawab Leon.

"Sudah, tidak apa-apa. Paman juga tidak suka sayur sama seperti Leon."

Unfinished LoveWhere stories live. Discover now