Part 7: Hilang

568 91 19
                                    

Singto sedang mengamati sebuah rumah dua lantai yang berwarna coklat tua dengan gaya khas Jepang. Rumah itu tidak bisa di bilang mewah, tapi terasa begitu asri. Terlihat dari banyaknya tanaman yang menghiasi hunian minimalis itu.

Pria berkulit tan itu tidak berpindah dari tempatnya sedari mentari di ujung kepala hingga surya telah menghilang. Entah yang dilakukannya itu benar atau salah, ia hanya ingin sebuah jawaban dari pertanyaan yang mengusik pikirannya.

Pernyataan tentang Fah yang menjadi istri Arthit sempat mengguncang batinnya, hal itu juga seolah mempertegas bahwa Arthit adalah Krist. Seseorang yang sempat ia kira telah diambil oleh bumi.

Sebenarnya skenario apa yang dibuat oleh sang pencipta untuknya? Mengapa ia seakan mempermainkan perasaan Singto? Dan mengapa baru sekarang, saat rela sudah di depan mata?

Bukannya tidak suka atau tidak menerima, hanya saja Singto takut kalau semua itu tidak nyata. Bayang-bayang kesakitan masih begitu terasa, seolah tak berhenti untuk menghancurkannya. Jika luka itu dibumbui oleh kecewa, rasanya akan sangat sulit untuk bertahan.

Singto mengusap wajahnya kasar untuk menghilangkan kenangan buruk yang baru saja terlintas dalam pikirannya. Ia harus fokus pada tujuannya datang ke tempat ini, jangan sampai lengah dan kehilangan hal-hal kecil yang akan menjawab beribu pertanyaannya.

Pengelihatannya menajam saat sebuah audi hitam memasuki rumah tersebut. Terlihat seorang pria keluar dari mobil itu dan masuk ke dalam rumah. Singto tau jelas itu adalah Arthit. Meskipun dalam jarak pandang yang jauh, Singto dapat melihat dengan jelas, karena pria itu sangat mirip dengan kekasih yang sangat dirindukannya.

Setelah Arthit masuk rumah, pintu mobil sebelah kemudi terbuka, menampilkan seorang wanita yang membuat mata Singto terbelalak lebar. Fah. Dia benar-benar Fah yang Singto kenal, wanita yang menjadi sahabat Krist semasa hidupnya.

"Bagaimana mungkin..."

Singto merasa dadanya sesak tak tertahan, penuh dengan kesedihan yang akan tumpah ruah. Sekarang ia mulai yakin bahwa Arthit adalah Krist, pria yang sangat ia rindukan. Namun, ia merasa bodoh karena selama ini tidak mengetahui kalau pria manis itu masih ada dan tidak lenyap dalam pelukan bumi.

Akan tetapi, satu hal masih mengganjal dalam benaknya; bagaimana bisa pria itu tidak mengenali Singto ataupun Leon? Air mukanya terlalu natural untuk dikata berpura-pura. Singto tau jelas karena ia paling mahir melakukannya.

Lalu Fah, apa dia adalah dalang dibalik semua ini? Apa Fah menyembunyikan Krist dan mengganti identitasnya? Jika memang iya, bagaimana mereka bisa menikah?

Rentetan pertanyaan itu belum menemukan jawaban, masih banyak hal yang harus digali oleh Singto. Tapi, bagaimana caranya? Ia tidak begitu dekat dengan Arthit dan juga tidak memiliki koneksi seperti dulu.

Salah satu caranya hanya Leon dan...

Tunggu. Jika Nora berusia sama dengan Leon, maka gadis kecil itu bukan anak mereka. Singto bisa pastikan kalau 7 tahun yang lalu Fah sedang tidak mengandung. Tapi, anak perempuan itu memiliki senyum dan lesung pipi yang sangat mirip dengan Arthit.

Lagi-lagi Singto tak berani berekspektasi tinggi, ia tak mau berharap bahwa anak perempuan yang sangat cantik itu adalah anaknya. Berharap Arthit adalah Krist saja sudah menyesakkan dada, apalagi ditambah dengan Nora.

Singto memilih untuk meninggalkan rumah itu dan kembali ke rumahnya. Percuma saja ia disana, tidak ada hal yang mampu menghilangkan rasa penasarannya. Ia akan cari tau, itu pasti. Tapi tidak saat ini, mungkin nanti di waktu yang tepat.

Setelah sampai di rumah, Singto tidak langsung masuk kamarnya, melainkan mampir sejenak untuk menengok anak laki-lakinya. Ia masuk ke kamarnya dan melihat Leon yang sudah tertidur pulas.

Unfinished LoveWhere stories live. Discover now