Part 5: Orang Paling Dibenci

662 97 82
                                    

Seorang wanita keluar dari mobilnya dan memasuki rumah yang beberapa hari ini ia tinggalkan. Bau khas dari rumah itu menyeruak masuk ke rongga hidungnya hingga membuat sebuah senyum mengudara. Rasa rindu perlahan terobati saat menelisik lebih jauh ke dalam tempat tinggalnya.

Wanita itu menenteng beberapa barang dan koper untuk membawanya masuk. Sebenarnya jadwal kepulangnya adalah lusa, sehingga orang-orang di rumah tidak mengetahui akan kedatangannya. Ia ingin memberikan kejutan, pikirnya.

Setelah sampai di depan pintu berwarna pink dengan beberapa ornamen hiasan bergambar mickey mouse, ia melepaskan barang bawaannya dan perlahan masuk ke kamar itu.

"MAMAAAA," teriak Nora saat mengetahui seseorang yang membuka pintu.

Anak perempuan itu langsung berhampur ke dalam pelukan mamanya. Fah dengan cepat menangkap Nora dan memeluknya dengan erat. Ia juga sama rindunya dengan sang anak. Seminggu tidak bertemu rasanya seperti sewindu tidak bersua.

"Mama rindu sekali dengan Nora."

"Nora juga rindu mama, rindu banyak-banyak."

Setelah melepas rindu, Fah mengambil barang-barangnya di depan pintu dan dimasukkan kamar Nora, karena sebagian besar yang ia bawa adalah oleh-oleh untuk anaknya.

Nora membukanya dengan antusias, ia sangat tidak sabar melihat isi semua paperbag yang dibawakan oleh Fah. Diantaranya ada baju, mainan, perlengkapan sekolah dengan model yang lucu dan juga sepatu.

"Sepatunya lucu sekali, Nora suka."

Nora segera memasang sepatu itu di kakinya kemudian berlari ke depan kaca dan berputar-putar untuk melihat tampilannya. Ia tersenyum bahagia saat melihat sepatu itu sangat cocok berada di kaki mungilnya.

"Sepatu itu hadiah dari grandpa, katanya grandpa rindu dengan Nora."

"Benarkah? Nora juga rindu grandpa, kenapa mama tidak mengajak Nora ke rumah grandpa?" Tanyanya dengan mengerucutkan bibir.

Fah melangkahkan kaki mendekati Nora, "Nora 'kan harus sekolah, tidak baik kalau bolos terlalu lama."

"Tapi Nora juga mau bertemu grandpa, ma."

"Nanti kalau liburan sekolah, ya. Kita ke rumah grandpa yang lama."

Nora langsung mengganti ekspresi murungnya dengan senyum lebar, ia bersorak gembira saat Fah menjanjikan liburan di tempat kakeknya. Rasanya sudah lama ia tidak mengunjungi orang yang paling di sayang setelah papa dan mamanya itu.

"Papa dimana, Nora?"

"Di ruang musik sedang latihan."

Fah menatap anaknya sejenak kemudian meninggalkan Nora yang sedang asyik mencoba barang-barang barunya. Ia berjalan ke ruang musik untuk menemui seseorang yang juga menjadi alasannya merindukan rumah.

Saat pintu terbuka, ia melihat seseorang yang sedang fokus dengan kertas dan gitar di pangkuannya hingga tidak menyadari kedatangan Fah.

"Apakah gitar itu lebih penting daripada aku?"

Pria itu langsung mengalihkan perhatiannya pada Fah yang masih berdiri di depan pintu. Senyumnya mengembang, gitarnya ia letakkan dan langkahnya mendekat. Sebuah pelukan ia layangkan pada istrinya itu.

"Kenapa kau tidak bilang kalau pulang hari ini? Aku bisa menjemputmu."

"Kalau aku mengatakannya padamu tidak jadi surprise, dong."

Arthit terkekeh kemudian melepaskan pelukannya pada tubuh wanita cantik itu, "Aku merindukanmu."

Fah memicingkan matanya, "Benarkah? Sepertinya kau hanya lelah merawat Nora sendirian, bukan merindukanku."

Unfinished LoveWhere stories live. Discover now