Part 3: Bertemu

745 106 32
                                    

Masa kini,
Tokyo, Japan.

Suara sorak ramai terdengar di taman bermain sekolah. Para siswa sedang berkumpul mengelilingi dua anak laki-laki yang terlibat baku hantam. Keduanya saling melemparkan pukulan untuk mengalahkan lawan. Salah satunya memiting leher lawannya dengan kuat hingga membuatnya terjatuh di tanah. Namun, anak laki-laki satunya tak mau kalah, ia langsung membalikkan badan hingga dirinya berada di atas dan membalas dengan pukulan yang keras.

Siswa lain tidak ada yang berani memisahkan karena takut akan terkena pukulan dari keduanya, sehingga hanya bisa melihat dan menunggu guru datang untuk mengamankan mereka.

Tak selang beberapa lama, beberapa guru datang dan membubarkan aksi adu jotos yang terjadi di sekolah. Guru memerintah semua siswa kembali ke kelasnya dan meminta dua anak yang bertengkar tersebut ke ruang BK untuk ditindaklanjuti.

"Leonard dan Ichirou. Apa yang menjadi alasan kalian bertengkar?" Tanya salah satu guru. Namun, keduanya hanya bungkam. Tidak ada yang mau menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sang guru.

Guru itu menghembuskan nafas kasar dan langsung mengangkat gangang telepon untuk menghubungi orang tua kedua anak itu. Perkelahian di sekolah merupakan tindakan yang tidak terpuji, sehingga guru harus memanggil orang tua mereka agar tidak terulang kejadian serupa.

Singto mengernyitkan dahi saat melihat telepon yang masuk atas nama sekolah Leon. Ia segera mengangkat dan mendapat laporan jika anaknya terlibat perkelahian. Tidak mau membuang waktu, Singto langsung bergegas menuju sekolah Leon secepat yang ia bisa.

Sesampainya di depan ruangan, Singto mengetuk pelan pintu itu dan masuk ke sana. Terlihat Leon yang sedang duduk di sofa dengan memagangi kapas yang hampir penuh darah. Singto yang syok langsung berjalan cepat menghampiri sang anak.

"Leon, apa yang terjadi?" Tanya Singto khawatir.

"Aku baik-baik saja."

Setelah kedua orang tua siswa itu sampai, guru menjelaskan masalah yang membuat mereka harus dipanggil ke sekolah. Namun, guru itu juga belum menemukan akar masalah yang membuat keduanya bertengkar, karena mereka berdua tidak mau menjelaskan yang terjadi.

Saat mereka sedang berdiskusi, tiba-tiba seorang siswa perempuan masuk ruangan dengan kepala menunduk dan wajah yang murung menahan tangis. Seluruh perhatian teralihkan padanya, termasuk Leon.

"Leonora, ada yang bisa ibu bantu?" Tanya guru.

"A-aku.. aku..." Nora melihat ke arah Leon kemudian mulai menangis. Semua yang ada di ruangan menjadi panik, pasalnya tidak tau apa yang terjadi pada anak perempuan itu.

Guru langsung menghampiri Nora dan mencoba untuk menenangkannya, "Nora kenapa menangis? Apa ada sesuatu yang menganggumu?"

"Leon.. sakit karena... aku," ucap Nora dengan terbata-bata karena menangis.

Singto, orang tua Ichirou dan guru dibuat bingung oleh ucapan Nora. Akan tetapi tidak dengan Ichirou. Anak laki-laki bermata sipit itu mengenggam tangannya erat karena ketakutan. Ia tidak membayangkan kemarahan orang tuanya jika mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.

"Apa maksudnya, Nora?" Tanya guru lagi.

"Kalau Leon tidak membelaku tadi... hiks.. pasti dia tidak akan berdarah huhu." Nora mengusap air matanya yang tidak mau berhenti, "Ichirou melempar sepatuku di atas pohon... hiks.. terus Leon datang membantuku."

"Leon membantumu mengambil sepatu dan memukul Ichirou sebagai balasan karena mengganggumu. Benar begitu, Nora?" Tanya guru yang dibalas anggukan oleh Nora.

Guru itu segera menghampiri kedua siswanya untuk mendamaikan mereka. Keduanya salah. Ichirou bersalah karena menganggu Nora dan Leon bersalah karena menggunakan kekerasan untuk membalas Ichirou. Guru memberikan sanksi untuk memberikan efek jera pada keduanya.

Unfinished LoveWhere stories live. Discover now