Part 37: Pamit

493 67 15
                                    

Memaafkan. Satu kata yang paling sulit untuk dilakukan. Perbuatan yang membuatnya harus berperang dengan diri sendiri. Namun, setelah dijalani, memaafkan orang yang menyakiti justru membuat hidup lebih bermakna. Tidak ada lagi dendam sehingga membuatnya lebih tentram.

Hal itu yang dirasakan oleh Krist saat ini. Setelah mencoba untuk memahami kesakitan setiap orang, ia mulai menerima segalanya. Ia juga mencoba untuk berdamai dengan mereka.

Singto, pria yang pernah membuat Krist begitu terluka karena sifat pengecutnya. Dia telah mendapatkan hukuman atas perbuatan yang dilakukan. Bahkan mungkin rasa sakit yang diterima oleh Singto lebih berat berkali-kali lipat dari yang Krist rasakan.

Nutcha dan Rod, dua orang yang membuat hidup Krist sangat menderita dan memisahkan kedua anaknya. Mereka telah mendapatkan hukuman sosial yang sangat mengerikan.

Fah, sahabat yang selalu menjadi tempat Krist berkeluh kesah telah menyakitinya dengan semua kebohongan. Dia juga telah mendapatkan hukuman dengan cinta yang tak terbalas.

Leonard dan Leonora, dua anak yang tidak bersalah pun harus menerima hukuman atas keegoisan orang sekitarnya. Anak kecil yang dipaksa dewasa oleh keadaan dan tumbuh dengan bekas luka yang tidak mudah pulih.

Pada akhirnya, semua orang akan memanen yang mereka tanam. Jika baik, maka akan menjadi kebaikan. Jika jahat, maka bersiaplah mendapatkan hukuman.

Krist menghela nafas panjang. Ia merasa beruntung, karena setelah banyaknya kejadian dalam hidup, ia masih memiliki kesempatan untuk bahagia. Menurutnya, bahagia itu sederhana, hanya sebatas melihat kedua anaknya tumbuh dengan baik. Meskipun salah satu dari mereka pernah merasakan luka yang begitu menyakitkan.

Namun, mulai saat ini, Krist janji akan melindungi keduanya sekuat kemampuannya. Ia juga akan berusaha untuk membuat hidup mereka jauh lebih baik dan bahagia. Karena hanya mereka yang membuatnya mampu bertahan hidup sampai hari ini. Tanpa keduanya, mungkin ia akan meninggalkan dunia pada saat peti mati adiknya masuk ke dalam tanah.

Satu orang lagi yang menjadi penyelamat untuk Krist, yaitu Fah. Meskipun wanita itu berulang kali membohonginya, akan tetapi dia juga berjasa dalam hidup Krist. Tanpa Fah, mungkin ia akan mati di tangan Rod sebelum melihat kedua anaknya.

Hal itu juga menyimpan sesal dalam hati Krist. Karena dari sekian banyak bantuan yang telah diberikan oleh Fah, nyatanya tidak bisa mengetuk hatinya untuk mencintai wanita itu. Krist sudah berusaha, akan tetapi gagal. Ia tidak bisa menganggap Fah lebih dari sahabat.

Entah bagaimana Arthit bisa mencintai Fah, ia tidak tau. Arthit adalah dirinya, meski tidak memiliki ingatannya. Namun, ketika ingatan Krist kembali, ia merasa semua rasa itu telah hilang darinya. Krist bahkan tidak mengingat bagaimana ia bisa mencintai dan menerima Fah sebagai istri.

Katakan Krist adalah orang yang bodoh, karena tidak bisa memberikan cintanya untuk orang yang sangat berjasa dalam hidupnya. Namun, perkara hati tidak bisa dipaksa, 'kan?

Akibatnya, Fah mulai menjauhinya. Ia bahkan tidak mengobrol dan bertegur sapa dengan Krist. Mereka satu rumah, akan tetapi ada dinding pembatas yang sangat besar diantara keduanya. Krist sudah mencoba untuk memulai pembicaraan, tetapi tidak digubris sama sekali oleh lawan bicaranya.

Krist merasa bersalah. Namun, sebanyak apapun rasa bersalah yang ia tunjukkan, tidak akan mampu menyembuhkan luka batin Fah. Ia juga tidak bisa melakukan apapun untuk menghibur, karena semakin ia mencoba, Fah semakin terluka.

Suasana di rumah sangat berbeda, hingga Nora juga bisa merasakannya. Ia pun bertanya kepada kedua orang tuanya, akan tetapi jawaban yang ia dapat selalu sama.

Semua baik-baik saja.

Nora yakin bahwa tidak ada yang baik-baik saja antara papa dan mamanya. Mereka sedang bertengkar. Namun, Nora tidak tau permasalahan yang terjadi di antara keduanya.

Unfinished LoveWo Geschichten leben. Entdecke jetzt