Extra Part 3

909 70 2
                                    

Kehidupan pernikahan itu naik-turun, nggak ada yang bisa lepas dari ujian, kecuali kalau kita sudah nggak ada di dunia ini.

Apa setelah menikah, kita bebas dari masalah? No!

Justru lebih banyak masalah, tetapi untungnya ada teman seperjuangan yang bisa saling support.


Dialog
Zoya : sumpah demi apa pun, Beb. Aku enggak ada hubungan apa-apa sama cowok itu!
Mamet : (Diam, tapi hatinya terbakar)

Ada yang mau kasih Dialog sendiri?
Coba tulis dimari yaaa...
Buat seru-seruan




EP 3

 

Aku senang, akhirnya Demas mengabulkan keinginanku. Kami jadi pergi ke Puncak setelah proyek Demas selesai dan sukses. Aku tahu, dia adalah seseorang yang selalu menepati janjinya.

Kami pergi liburan!

Ehm, sebut saja ini honeymoon kami walau hanya tiga hari.

Kami menginap di hotel yang lumayan baru. Namun, pelayanan dan tempatnya sangat bagus, setiap sudut di kamar begitu aesthetic. Demas yang suka sekali makan, langsung memuji menu makanan di restonya. Sabtu kemarin kami sudah berjalan-jalan di hutan pinus dan taman bunga yang indah, juga mampir ke kebun buah.

Aku mengamati Demas yang sedang mendapat telepon dari Adam, dia menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatapku. "Kamu turun duluan aja, nanti aku nyusul," katanya.

Aku mengangguk. Sebelum pergi aku sempat menghampirinya untuk memberikan kecupan singkat dan itu sukses membuatnya bingung sekaligus kaget. "Bye! Jangan lama-lama ya!" seruku sebelum menutup pintu kamar kami. Hari ini kami tidak punya tujuan yang pasti, hanya ingin menikmati alam di sekitar sini sambil mencari makanan lagi. Makan-makan adalah hal yang disukai Demas. Aku yakin, satu tahun lagi perutnya pasti buncit kalau jarang berolahraga.

Aku turun ke bawah dengan tangga yang memutari dinding kaca, sehingga mataku dapat melihat para tamu keluar-masuk, sungguh ramai di akhir pekan. Dengan sengaja aku tidak menunggu Demas di lobi, tetapi ke arah samping dan dekat kolam renang.

Demas membalas pesanku dengan satu kata "ya" setelah kukabarkan keberadaanku di dekat kolam. Aku penasaran dengan air kolam yang sejernih itu, lalu berjalan ke tepi kolam yang cukup luas, di beberapa sudut telah diisi pasangan yang sedang berpacaran. Namun, tanpa sengaja mataku menangkap sosok yang sangat kukenal, Deon.

Ya ampun, kenapa dia ada di sini?

Aku memelotot untuk memastikan bahwa itu benar-benar Deon.

Rupanya Deon juga melihatku yang tampak kaget, dia tersenyum lebar dan segera berdiri setelah meletakkan botol minumnya, lalu berjalan menghampiriku. Sebenarnya aku hendak pergi setelah menyapanya, tetapi sebelum mulut ini mengatakan satu kata, Deon sudah memelukku begitu saja. Aku tak bisa berbuat apa-apa, menghindar pun tidak bisa, karena tangannya benar-benar mengunci tubuhku.

"Deon, tolong lepasin," ucapku sambil mengawasi arah lobi. Jangan sampai Demas melihat ini. Aku akan mati!

Deon melepasku, wajahnya terlihat segar dan bersemangat. "Ngapain kamu di sini? Sendiri?" Alih-alih membiarkanku berdiri tenang, dia malah membelai lembut rambutku. Teringat kebiasaannya di masa lalu, saat kami masih jadi pasangan kekasih.

Aku meneguk ludah seret, apa dia tidak pernah membuka Instagram lagi? Aku sudah memperbarui profil Instagramku setelah menikah dengan Demas. Aku tidak single lagi.

Deon mungkin tidak tahu bahwa aku sudah menikah, dia bukan salah satu tamu di pesta penikahanku tempo hari. Aku memang tidak berniat mengundang dua mantanku, mereka sudah kubuang jauh-jauh ke tepi laut. Namun, kenapa salah satunya terdampar di sini? Bukan laut, tetapi puncak. Jujur saja, aku kesal melihat kemunculannya di sini.

Aku menepis tangannya yang terus mengusap rambutku. "Gue liburan, sama pasangan."

"Oh?" Dia tampak kaget dan melangkah mundur. "Sejak kapan kamu lupain aku?" todongnya dengan nada mengejek.

"Gampang, karena lo yang selingkuh. Buat apa mikirin orang yang menghianati perasaan gue?" balasku ketus.

"Sori, Joy. It's just a small mistake." Akunya, persis seperti dulu.

Aku tersenyum culas. "Kecil kata lo? Dasar berengsek!" Aku berniat mendorong dadanya, tetapi tangan Deon menahan lenganku.

"I can fix it all, we can start again, Joy." Kata-katanya bohong, karena Deon justru terlihat tidak bersahabat. Dia menarikku maju. "I still love you, but your number...."

"Gue blokir nomor lo. Deon, lo harus tahu, gue sudah nikah!" potongku tegas, lalu berusaha melepaskan pergelangan tanganku dari cengkeramannya.

"Impossible. Jangan bercanda, Zoya." Tiba-tiba Deon memelukku lagi seperti orang gila. Aku berusaha melepaskan diri darinya. Kuinjak kakinya dengan sepatu yang kupakai dan dia meraung sambil menjauhkan diri dari tubuhku. "Shit!" pekiknya keras.

Masa bodoh dengan jari jempolnya yang mungkin mau putus. Aku tak peduli pada Deon lagi, sudah sejak lama perasaanku menghilang. Kubalikkan badan dengan segera.

Tuhan...

Seketika tubuhku terasa kaku, sekujur badanku dingin, seolah aliran darah berhenti di satu titik. Jantung dan kepalaku tidak dialiri oksigen. Aku mati.

Kulihat tatapan Demas begitu membara, dia berdiri tiga meter di depanku.

"Beb...," lirihku setelah bibirku kembali dialiri darah segar.

Demas tetap diam meski aku berhasil meraih tangannya, dia menatap sosok di balik punggungku. Ekspresinya dingin, tatapannya tajam, membuat aku benar-benar takut. Aku memutar kepala, ikut melihat Deon. Cowok itu tampak kesal dan sekarang jalannya pincang, dia tidak mengatakan apa-apa dan pergi begitu saja.

Aku menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk menghadapi prasangka buruk yang mungkin sedang memenuhi ruang kepala Demas. "Beb, aku ... bisa jelasin," ucapku sambil mengusap-usap dadanya, detak jantung Demas terasa keras dan berkebut-kebutan dengan jantung dalam tubuhku. "Kita cari tempat duduk dulu yuk," ajakku dengan perasaan super kacau.

Sayangnya, Demas mengabaikan ucapanku. Dia membalik badan dan berjalan ke arah parkir. Aku mengikutinya dengan perasaan campur aduk, sedih dan kecewa. Demas tahu aku punya mantan, tetapi yang kami tidak tahu adalah, mantanku masih berada di sekelilingku. Kupikir Deon sudah hilang dan tidak akan pernah muncul lagi. Kemunculan Deon adalah kejutan tersial yang pernah ada dalam hidupku.

Ya Tuhan, tolong ... bantu aku menjelaskan ini semua pada Demas.

Di akhir liburan kami berdua, kenapa harus ada cobaan seperti ini? Aku pun tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Demas menghindar.





Bab ini adalah bab terakhir yang bisa aku post di sini

Sisa bab bisa kalian baca di Karyakarsa  (update segera ...)

Terima kasih sudah menjadi pembaca setia Mamet dan Zoya. Love.

🥰🥰🥰

ENCHANTED | EndWhere stories live. Discover now