01

5.8K 332 10
                                    

Semoga cerita ini ada "isi" nya ya, bukan hanya cerita kosong yang nggak guna buat dibaca. Aku sebenarnya pengin banget nulis yang ada bobotnya, apalah daya, kemampuanku terbatas, Bebs.

Buat yang sudah kenal aku, kebanyakan tulisanku nggak vulgar, sekadar nyerempet aja. Karena aku malas nulis yang penuh sensasi, takut kalian lari.

Semoga happy ya baca ini, aku persembahkan buat kalian yang suka sama romance-comedy-office worker. Dan maaf buat yang nggak terlalu suka bucin, di sini karakter ceweknya benar-benar agresif.

Love, R



***




Seabreg dokumen sudah menyambut pagiku di hari Senin yang cukup gila. Kenapa gila? Macetnya bikin aku sakit mata dan pusing kepala. Bisa nggak sih kita bikin mobil yang bisa terbang saja? Biar nggak harus melalui pagi dengan keluhan yang itu lagi - itu lagi. Bosan, kan?

Aku meletakkan tas Pradaku penuh kelembutan di sisi laptop, benda itu jangan sampai lecet atau terkena debu, aku bisa menangis tujuh hari tujuh malam.

Setelah duduk di kursi kerja, aku mebuka satu dokumen dan menguap seketika. Masih urusan yang kemarin, belum kelar juga. Aku menyalakan laptop yang baterainya masih penuh, menunggu loading kubuka berkas lain dan ... apa ini?

Dokumen siapa di mejaku? Siapa yang meletakkan ini sembarangan?

"Hi, Joy!" suara itu membuatku menoleh cepat, ternyata dia. Siapa lagi kalau bukan Rio, cowok resek yang paling kuhindari di sini. "Kopi?" tawarnya.

"Udah di rumah," balasku singkat dan ketus. Jujur, meski tampangnya Rio lumayan juga, tapi aku malas harus melihatnya sepagi ini, membuat mood-ku buruk saja. "Ini punya lo?" aku mengangkat dokumen sampul merah di depan dadanya.

Dia mengangguk dan tersenyum lebar. "Nitip tadi, mau ke pantri."

Harus gitu nitip di mejaku? Apa nggak bisa dia bawa ke pantri aja?

Aku meletakkan dokumen tersebut di meja samping, lalu membuka file di laptop. "Itu MOM proyek yang mana?" tanyaku penasaran.

Rio menyesap kopinya sebelum menjawab, lalu mengambil dokumen dari mejaku. "Properti."

Aku mengangguk sungkan, bosan dengan project properti yang sudah kupelajari sejak masuk ke sini, aku ingin project lain.

Tiga tahun ini aku menjadi salah satu pegawai di Iskandar Techno Asia sebagai system analyst, sementara Rio adalah business analyst. Kami sering masuk dalam satu tim, tapi kali ini aku bebas dari jangkauannya. Sudah bukan rahasia lagi kalau Rio menyukaiku, hampir seluruh orang di sini sadar betul kalau Rio masih mengincarku meski dia punya banyak wanita di luar sana. Sinting.

"Pagi, pagi, pagi..." sapa teman sekaligus sahabat baikku di tempat ini, Alya. Aku dan dia dulunya satu kampus, tanpa sengaja diterima di perusahaan yang sama. Saat masih kuliah dulu kami tak dekat, beda circle, entah kenapa setelah bertemu di sini rasanya kami cocok.

"Hai," sapa Rio, ramah pada siapa pun.

"Lo di sini? Ngapain?" Alya menatap Rio curiga, lalu menatap jail ke arahku. "Oh, I see."

"Bukan!" aku menyilangkan tangan di depan dada. "Awas lo mikir liar!" ceplosku setengah mengancam, nadaku sungguh serius.

Alya langsung mengatupkan mulutnya dan duduk di kursi. Setelah itu Rio pamit, membuat tarikan napasku begitu lega dan bebas sekali. Aku sungguh tak suka Rio ada di sekitarku, kalau untuk urusan pekerjaan dia cukup bisa diandalkan, namun untuk hal lainnya aku tidak sanggup.

ENCHANTED | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang