44

1.6K 224 23
                                    

Tadi pagi aku bangun sebelum subuh demi membuatkan siomay untuk Demas, kubawakan lunch box berisi makanan buatanku ke meja kerjanya. Syukurlah ruangan ini sepi, semua orang masih pada ngopi di bawah dan beberapa belum sampai di kantor.

"Dimakan ya, Cinta." Ucapku seraya menggoda.

Demas menahan senyuman manisnya. "Nanti ya, lagi repot." Ucapnya setelah melirik kotak makan biruku. Dia membalik berkas dalam folder, tampangnya serius sekali.

"Aku suapin gimana?" tawarku baik hati.

Tok! Tok! Tok!

Demas mengangkat wajahnya setelah mendengar pintu divisi ini diketuk, aku juga menoleh ke belakang demi melihat siapa yang datang sepagi ini.

"Permisi, Mas. Eh, ada Mbak Zoya." Ucap wanita seusiaku sambil membawa laptop yang terlipat. Ia sempat terlihat kaget saat menatapku.

"Ada apa?" tanya Demas.

Wanita itu mengangguk. "Mau kasih info kalau project kami sudah end, Mas."

"Oke. Paling bisa kepegang sore sih, lagi urus yang lain dulu."

"Baik." Wanita itu menutup pintunya kembali.

Demas masih fokus dengan urusannya, dia berangkat lebih awal demi menyelesaikan beberapa pekerjaan yang terus menggunung di mejanya. Dia mendongak ketika melihat tanganku menyentuh barang-barangnya di atas meja. "Kamu nggak ada kerjaan ya? Gangguin aku terus dari kemarin."

"Ada." Sahutku pendek, kuletakkan bolpoin merah di tempat seharusnya.

"Terus? Ngapain masih di sini?" tanyanya nyebelin.

"Jangan galak-galak, nanti aku lari lho."

Demas menyipitkan matanya saat menatap wajahku.

"Iya, iya. Aku ngalah, keluar sekarang. Aku cuma pengin lama ngobrol sama kamu, kangen." Ungkapku jujur, sudah tiga hari ini kami tidak punya waktu bersama. Teman makanku hanya Inas, itupun kalau gadis itu tidak diseret ke meja meeting oleh TL-nya.

Demas mengawasi wajahku yang terlipat. "Nanti aja, pas pulang."

"Kamu bisa on time gitu?" sindirku.

"Besok," koreksinya cepat.

"Besok aku yang nggak bisa, ada weekly meeting sampai malam."

Demas menarik napas dengan sabar. "Memang mau ngobrol apa sih?"

"Apa aja," aku cuma butuh waktunya, sekadar melihat dia kerja begini pun tak apa, yang jelas kami di satu tempat dan ruang yang sama.

Demas terlihat bingung dengan jawabanku, "tapi sekarang aku lagi nggak ada waktu."

Aku mengangguk paham. "Iya. Sori ganggu. Aku keluar sekarang..." balasku sambil melangkah ke pintu, ada orang dari luar yang ingin masuk, kami berpapasan.

"Makasih ya. Nanti aku makan." Ujar Demas sebelum tubuhku menghilang di balik pintu.

Benar dugaanku, sampai pukul delapan malam Demas tidak kunjung datang ke mejaku, dia tidak bisa on time. Aku pun pulang lebih dulu setelah mengirim pesan pendek padanya, untung bawa mobil.



---



Hari ini nasibku lagi apes, sejak pagi aku dikejar report harian yang bermasalah. Masalah utamanya ada pada sistem yang tiba-tiba error dan membuat tim kami kelimpungan. Syukurlah Mas Bian dapat mengatasi hal itu, dia berbakat mencari jalan keluar dari bug-bug yang mendadak muncul dan menghambat pekerjaan.

ENCHANTED | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang